Part 1

44.2K 1.3K 9
                                    

SATU

Tiada hari tanpa keributan, bagi keduanya hal itu adalah cara mereka untuk berinteraksi, bukan lagi dua orang yang baru saja berkenalan sebulan atau dua bulan, melainkan mereka sudah mengenal sejak menginjak Sekolah Dasar. Bahkan saat ini Dera dan Keno menempuh pendidikan di sekolah yang sama yaitu, di SMP Pelita Dharma, yang membedakan hanya kelas, Dera berada di kelas IX-2 sedangkan Keno di kelas IX-3.

Saat Dera sedang asyik berjalan menuju kantin bersama ketiga sahabatnya. Sambil sesekali menyisir suasana lorong yang sudah banyak di huni oleh para siswa-siswi Pelita Dharma. Tiba-tiba Keno dan kedua temannya datang dari arah belakang Dera, dengan segala kejahilan nya pria itu menarik ikat rambut Dera, hingga ikat rambut itu terlepas sempurna dari rambut halus Dera yang sudah tertata rapih.

Dari tempatnya, Keno menyeringai kecil. Bahkan ia sudah mulai berhitung dari satu sampai tiga di dalam hati bahwa Dera akan berteriak dan menyebut namanya, ya seperti itulah cara Keno agar Dera selalu menyebut namanya. Dengan santai ia menyumpal telinganya menggunakan earphone nya agar tak terkontaminasi oleh teriakan mematikan milik gadis itu.

“KENOOO…”

Keno tertawa terbahak-bahak karena dugaan nya tepat, kepalanya menoleh sekilas melihat gadis itu sedang menatapnya tajam. Julian dan Revi yang menyaksikan hal itu hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah sahabatnya itu. “Gila ya, hobi banget sih lo ngejahilin Dera." tegur Revi yang sambil berjalan mengikuti kemana Keno pergi.

Benar-benar menyebalkan! Bukannya merasa bersalah malah tertawa. Wajah nya merah menahan marah dengan tangan mengepal kuat. Saat Dera hendak menghampiri Keno, siap menghajar manusia menyebalkan itu, Namun ketiga sahabatnya langsung menahan lengan Dera kuat-kuat menghentikan amukan sang ratu pemarah.

“Udah Der.. jangan dibalas, sabar…” Ucap Alana menuntun gadis pemarah itu ke kantin agar segera meredakan emosinya.

“Keno itu bener-bener ya! Jahil banget sama lo, giliran sama cewek lain aja. Dingin banget! udah kayak es batu cendol!” Mela mendengus sebal sambil menatap tajam Keno dari kejauhan.

Keno yang sudah melenggang leluasa di kursi kantin, kini melihat Dera dan ketiga temannya yang mulai memasuki pintu kantin. Ia tahu jelas bahwa tadi di belakangnya, Dera hendak menyerangnya namun teman-temannya langsung menahan gadis pemarah itu.

Tatapan Keduanya bertemu, tapi dengan cepat Dera membuang muka tak ingin melihat wajah Keno. Membuat Keno mendesah pelan masih menatap gadis itu dari kejauhan.

Sebenarnya Keno memiliki perasaan cinta monyet sejak SD kelas 6. Pikirnya itu hanya Karena gadis itu sepintas menarik. Tapi ternyata sampai sekarang ia semakin menyukai gadis pemarah itu. Selalu menjahilinya agar ia dengan mudah dekat dengan Dera dan ia juga kalau gadis pemarah itu sedang menahan emosi karenanya, menurutnya justru akan semakin menggemaskan. Menjahili Dera mungkin sudah kebutuhan pokok bagi Keno. Karena tahun ini adalah tahun terakhirnya berada di SMP Pelita Dharma, ia takut tak akan ada waktu lagi untuknya mengungkapkan perasaannya pada gadis itu. Maka dari itu malam ini ia berencana untuk mengungkapkan perasaannya pada gadis itu.

Banyak sekali kekhawatiran yang melandanya, mulai dari ketakutan kalau nanti Dera akan menolak lalu membencinya. Atau yang lebih parahnya jika gadis itu akan merasa ilfeel dengannya dan selalu berusaha menghindarinya sejauh mungkin.

Keno menarik nafasnya agar tenang dan menekankan pada dirinya bahwa itu adalah urusan belakangan, yang terpenting ia sudah mengungkapkan hal yang sejujur-jujurnya. Kadang ia menerka-nerka apakah Dera memliki sedikit rasa suka padanya atau tidak sama sekali? Rasanya hampir tak mungkin. Karena melihatnya saja sudah seperti mencium bau kentut busuk orang lain! Buang muka lalu mencibir sebal.

Jarak meja Keno dan Dera tak begitu jauh jadi ia masih dapat memandang wajah gadis pemilik bola mata yang indah itu.

“Woiii… ngeliatin siapa sih? Dera ya?” Revi yang membuyarkan lamunan Keno sampai tersentak pelan.

“A-apaan sih enggaklah, ogah amat gue ngeliatin macan betina!” Keno berusaha mengelak sambil menyentuh jus mangga milik Julian.

“Punya gue woiii!” sergah Julian menggebrak meja tak bersalah itu karena tak terima jusnya akan di ambil oleh Keno.

“Pelit lo ah bagi dikit doang! Gue beli deh jus nya sama mbak-mbaknya sekalian.” Balas Keno lebih galak di banding empu-nya. Sedangkan Julian hanya mendelik sebal dan meraih minumnya kembali  dengan tatapan merajuk.

“Guyss ada yang mau bantuin gue gak?” tanya Julian memasnag wajah seriusnya.

“Apaan?” tanya Keno ketus menatap sebal karena tak di beri jus mangga.

“Lusa gue mau nembak Beby.” Julian mengecilkan suaranya hati-hati agar tidak ketahuan oleh siswa lain.

Namun Revi tak dapat di ajak kompromi “Hah lo gila? Kemarin lo baru aja putus, dan yang lebih parahnya lagi  dia kan mantan gue!” Julian melotot tajam ke arah Revi karena membuat siswa lain menoleh ke arah mereka.

“Hehehe.. kan udah mantan Vi! Lagian kan lo udah lama putus nya, gue gak betah jomblo sumpah!” Julian menyengir tanpa ada rasa bersalah sedikitpun.

“Dasar playboy kampung!” Keno menoyor kepala Julian.

“Eh gue laper nih, Jul pesan bakso Jul!” Revi menyentuh perutnya yang sudah mulai berbunyi seakan banyak pendemo di dalam sana.

“Gue juga laper, No lo mau makan apa?” Julian bertanya sambil berdiri dari tempat duduknya.

“Siomay aja.” Jawab Keno dan langsung di balas anggukan oleh Julian.

.

.

.
HIDE•

Ini cerita pertama yang aku publish, jadi mohon di maklumi ya jika ada suatu bahasa atau alur yang rada2 gajelas..

Namanya juga bocah 15 tahun lagi coba buat nulis cerita wkwkwk..

HIDE-CompletedМесто, где живут истории. Откройте их для себя