XX

7.7K 625 12
                                    

⛔️WARNING!

Kalau gak suka gak usah baca, oke?
Dan kalau udah baca tinggalin VOTE dan COMMENT nya, oke?👌👌

--

Keheningan tercipta beberapa menit ketika Azira dan Steffi menyisakan mereka berdua di sini. Azira dan Steffi memilih pulang dulu, toh di sini udah ada Iqbaal.

"Hm," Iqbaal mulai memecahkan keheningan yang sempat membuat tangannya terasa dingin, sedikit canggung ketika bertemu (Namakamu). Takut kekasihnya tak menerima yang akan ia katakan setelah ini.

"Kamu masih marah sama aku?" Tanyanya kepada (Namakamu) yang dalam posisi tertidur dan pandangannya menghadap langit-langit ruangan tanpa memperhatikan Iqbaal yang sedang berbicara dengannya.

Hening.

"Aku tahu kamu marah sama aku." Ucapnya setelah (Namakamu) tak menjawabnya.

'Kalau lo tahu ngapain nanya gue!' Umpat (Namakamu) dalam hati.

"Dengan begitu, aku minta maaf sama kamu. Aku tahu aku salah, aku janji aku gak akan deket-deket sama Zidny," Katanya sambil menggenggam erat tangan (Namakamu). "Aku mohon, kamu maafin aku."

"Hm," Dehaman (Namakamu) membuat Iqbaal mengangkat alisnya bingung. "Jawab aku (Namakamu)." (Namakamu) menghela nafasnya panjang dan membuat Iqbaal sedikit panik di buatnya. Selanjutnya, ia memusatkan pandangannya fokus pada Iqbaal, fokus pada kedua matanya yang sudah lama tak di lihatnya.

"Gak butuh janji. Butuhnya bukti." Jawabnya. "Oke, aku akan buktiin itu ke kamu." (Namakamu) menatapnya dengan tatapan yang seperti berkata 'lo serius?'

"Jadi aku kamu maafin gak, nih?" Tanyanya lagi. (Namakamu) terlihat memikir sejenak lalu setelahnya mengangguk. "Aku tunggu buktinya."

Iqbaal tanpa berfikir panjang langsung memeluk (Namakamu). "Ih, biasa aja kalii!" (Namakamu) mencubit lengan Iqbaal.

"Biarin. Meluk pacar sendiri 'kan gak pa-pa." Iqbaal berbisik tepat di telinganya sehingga membuat (Namakamu) sedikit merinding.

"Lepasin, Baal..." Ucapnya mendorong pundak Iqbaal.

Ketukan pintu terdengar dua kali dan keduanya menengok ke arah pintu. Dilihatnya Hito masuk dengan wajah gembiranya. Tapi setelah melihat Iqbaal di sini, raut wajahnya seketika berubah.

"Lo, ngapain di sini?" Tanyanya datar setelah menutup pintu.

Hito mendekati (Namakamu) di seberang Iqbaal. Lalu membisikkan sesuatu, "Kamu nanti siang udah boleh pulang." Kata-kata yang di bisikkan Hito tidak bisa Iqbaal dengar dengan baik. Namun, yang ia tahu kini (Namakamu) sedang tersenyum. "Cepet banget?" Hito mengangguk.

"Kak, (Namakamu) kapan pulang?" Tanyanya. "Siang ini, Baal." Bukan, bukan Hito yang menjawabnya. Tapi (Namakamu). "Wah, serius kamu?" (Namakamu) mengangguk.

Hito yang bingung, bukankah adiknya sedang bertengkar dengan Iqbaal? Mengapa secepat itu mereka kembali seperti semula?

"Gue minta lo keluar dari sini." Ucap Hito dengan nada dinginnya.

"Jangan..." (Namakamu) menarik pergelangan tangan Iqbaal ketika bangkit dari kursi dan ingin berbalik menuju arah pintu. Hito mengangkat alisnya, "Biarin aja dia keluar!"

"Tapi, Kak--" Secara sepihak Hito memotong pembicaraannya.

"Kamu mau bantah Kakak, hah?" (Namakamu) menunduk.

"Yaudah, kalau gitu aku pamit pulang ya." Iqbaal berjalan menuju Hito dan mengambil tangan Hito untuk pamit. Tapi Hito menepis tangan Iqbaal.

"Langsung pulang aja bisa, kan?" Ucapnya datar. Iqbaal mengangguk. "Aku pamit, Kak. Permisi." Setelah Iqbaal tersenyum ke (Namakamu) ia membuka pintu dan menutupnya kembali dengan rapat.

DhiafakhriWhere stories live. Discover now