42. Iqbaal Dhiafakhri

3.9K 292 11
                                    

"Om!" (Namakamu) berhambur memeluk pamannya.

"Keponakan om sudah besar." kata pria yang mengenakan jas dan dasi sambil memeluk keponakan kesayangannya itu.

"Ya dong, masa aku kecil mulu."

"Om." Rafto menyapa lalu memberikan salam pertemuan kepada pria itu.

"Kamu Rafto 'kan?" tanya pria itu memastikan.

"Yaiyalah, Om. Siapa lagi?" (Namakamu) memutar bola matanya kesal.

"Om gak nanya ke kamu." balas pria itu tak kalah kesalnya.

Hito baru saja turun dari lantai atas. Berjalan menuju perkarangan rumah. Lantas ia melihat adiknya, Rafto, dan omnya.

"Loh, Om?" Hito terkejut.

"Nah, kamu juga nih, sini Hito!" pria itu melambaikan tangan ke arah Hito, agar Hito mendekati mereka.

"Kamu makin ganteng ya, kayak om waktu dulu." kata Om.

"Dulu ya, Om...." (Namakamu) tertawa kecil.

Hito ikut tertawa kecil. Rafto tersenyum.

***

"Kamu sukanya warna apa?"

"Masa kamu gak tahu?"

"Maksud aku kamu maunya kartu yang warnanya apa."

"Yang gabungan. Biru sama putih."

Persiapan menjelang pernikahan. Kali ini Rafto dan (Namakamu) sedang memilih kartu undangan. Setelah itu, baru ke butik untuk memilih baju pengantin.

"Yaudah yang ini aja." (Namakamu) memisahkan kartu pilihannya dari kartu yang lain.

---

"Ki, gue khawatir dia gak bakal bertahan. Waktu itu dokter bilang, dia bisa bertahan dalam dua bulan ini. Dan ini udah mau masuk dua bulan." Hito mengacak rambutnya.

Kiki bisa merasakan apa yang dirasakan Hito.

"Ya ... lo jangan percaya juga lah sama dokter. Gak semua perkiraan itu benar. Yang penting lo berdoa aja yang terbaik buat (Namakamu). Gue tau dia anak yang kuat." Kiki tersenyum, menepuk pundak Hito.

Hito mengangguk samar.
"Thanks ya, Ki udah ngeluangin waktu lo buat gue."

"Not a problem, Bro!"

***

Rafto menunggu di sofa yang disediakan butik. Menunggu gadisnya keluar dari ruang ganti.

Tak lama tirai ruang ganti terbuka.

Rafto melihat gadisnya mendekat.

Gaun putih dengan pita di bagian pinggang, bagian bawah gaun terdapat gradasi warna pelangi. Rafto tidak bisa berhenti menatap gadis di hadapannya.

"Gimana?"

"Cantik." Satu kata penuh makna dari Rafto.

(Namakamu) tersenyum. "Makasih."

Rafto mengangguk. Lalu berbicara kepada pegawai butik. Membayar gaunnya. Lalu keluar dari butik bersama (Namakamu).

***

28 Desember 2019

Hari yang akan sangat (Namakamu) kenang dalam hidupnya. Hari yang akan membuat dirinya menjadi Ratu dalam satu hari ini.

(Namakamu) bercermin, melihat dirinya dengan gaun indah berwarna putih yang disertai dengan pita. Tidak menyangka ia akan bersanding dengan Rafto. Padahal, dulu ia ingin sekali bersanding dengan Dhiafakhri. Jodoh memang tidak bisa ditebak. Pacaran dengan siapa, menikah dengan siapa. Lucu sekali kadang hidup ini.

DhiafakhriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang