40. Baru

3.3K 312 4
                                    

Happy New Year!🎉❤️🌹🌹🌹
Semoga gak jomblo lagi di tahun ini.

_____

Satu tahun berlalu.

Dhiafakhri memutuskan untuk keluar negeri, melanjutkan semua perusahaan ayahnya, meninggalkan Indonesia entah sampai kapan. Tanpa memberi kabar sama sekali dan tanpa memberi kabar kepada siapapun.

(Namakamu) mengetahui hal itu. Tidak masalah (walaupun di awal sempat bermasalah). Dia tetap melakukan kegiatannya seperti biasa. Semua itu Rafto yang membantunya. Rafto terus menemaninya hingga ia bisa melupakan lelaki yang sudah mengganggu pikirannya.

"Kamu gak capek dari tadi ngetik mulu?"

"Enggak."

"Serius banget kayaknya nih. Lebih fokus sama pandangan laptop daripada pacarnya sendiri." Sindir Rafto yang berada di sampingnya, duduk dengan ditemani cemilan dan es teh buatannya.

"Oh, jadi kamu mau dipandang sama aku?" (Namakamu) mengalihkan pandangannya ke arah Rafto.

"Kayak gini?" (Namakamu) menatap Rafto semakin dalam.

Rafto yang menatapnya sambil mengunyah cemilannya malah gugup.

"Udah deh, kerjain aja lagi naskahnya." Rafto mengarahkan kepala gadis itu ke arah laptop.

(Namakamu) tersenyum kecil.

Rafto benar-benar membuat perubahan pada dirinya. Perubahan ke arah lebih baik lagi. Dirinya merasa lebih sering tersenyum ketika berada di samping Rafto. Entah kenapa.

"Senyum-senyum mulu." Rafto menempelkan gelas es teh itu pada (Namakamu) yang sedang mengetik sambil tersenyum.

"Yeu, gak suka amat." Senyum gadis itu mengembang. Rafto ikut tersenyum, lesung pipinya terlihat. Manis.

***

Dhiafakhri hilang. Hilang dalam pikiran dan perasaannya. Benar kata Hito, dia bukan lelaki yang baik. Dhiafakhri hanya membuat hidupnya tidak nyaman. Membuat hatinya terus bertanya-tanya. Membuat perasaannya ragu-ragu. Membuatnya terus menunggu.

Satu tahun itu bukan waktu yang singkat untuk melupakan satu orang yang pernah menjadi bagian dalam hidup. Ada banyak kenangan. Kenangan yang selalu membuat hatinya hancur. Tapi, Rafto selalu memperbaiki lagi hati itu, walau tidak akan menjadi sesempurna dulu.

Bagaimanapun juga, ia harus menghormati Rafto. Rafto baik, penasihat yang baik, dan tentunya kekasih yang kelewat baik! Walaupun ia tidak bisa memastikan Rafto akan setia, tapi ia bisa melihat itu pada mata dan tingkah lakunya saat berada di dekatnya.

"Walau kamu bukan yang pertama, tapi aku yakin kamu adalah yang terakhir dalam hidupku. Tidak ada yang lain. Tidak boleh ada yang mengganggu. Ini adalah kita. Kita untuk selamanya."

Entah ini naskah ke berapa yang sudah ia tulis dan akan dikirimkan kepada penerbit.

Rafto sudah mengetahui bahwa gadis itu menyukai untuk menulis. Katanya, dengan menulis, pikiran dan perasaannya sedikit lebih lega daripada ia menceritakan kepada seseorang. Toh tidak menjamin seseorang itu akan memberikan feedback kepada kita. Daripada menghabiskan waktu untuk hal itu, lebih baik ia menghabiskan waktunya untuk menulis apa yang ia ingin tulis.

"Bagus juga ceritanya. Ini tentang kita?" Tanya Rafto sesekali mengintip tulisan hasil ketikan kekasihnya.

(Namakamu) mengangguk tanpa menatap Rafto. Masih fokus dengan ketikannya. Targetnya, seminggu ini naskahnya sudah harus ia kirimkan kepada penerbit. Lebih cepat akan lebih baik.

DhiafakhriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang