41. Tunangan

3.9K 321 1
                                    

SEBENTAR LAGI TAMAT LOH! SENENG KAAAAN? ^-^

***

Lelaki berperawakan sempurna yang memakai jas hitam baru saja tiba di Indonesia. Ia sendiri. Datang dari Eropa.

DRTTT
DRTTT

Ponselnya berbunyi. Dengan cepat ia mengangkatnya.

"Hallo?"

"..."

"Gimana keadaannya?"

"..."

"Baiklah. Saya ke sana sekarang."

Tidak membawa barang banyak, lelaki ini lantas keluar dari bandara dan menaiki taksi hitam yang akan membawanya ke rumah sakit terbesar.

---

"To, lo gak pulang dulu?" tawar Hito.

Pasalnya, sudah dua bulan Rafto meninggalkan jadwal kuliahnya dan memilih untuk menemani (Namakamu). Menunggu gadis itu terbangun.

Rafto menggeleng.

"Kamu kapan bangunnya?"

Entah ini kalimat ke-berapa yang Rafto lontarkan untuk kekasihnya yang masih menutup matanya rapat-rapat.

Gadis itu semakin kurus, walau begitu cantiknya tidak akan memudar.

"Aku akan nungguin kamu sampai kapanpun." Rafto mengelus pelan rambut tipis itu.

Hito sebenarnya juga sedih. Cuma, ia tidak mengungkapkannya di hadapan Rafto.

Dokter sudah memberitahu Hito bahwa terhitung dari hari ini, adiknya tidak akan bertahan sampai dua bulan. Rafto tidak mengetahui hal itu. Takut membuat anak itu semakin sedih.

Rafto yang sedang menggenggam tangan gadis itu, merasakan gerakan kecil dari tangan itu. Pandangannya mengarah ke bawah.

"Kak, (Namakamu) sadar!"

Hito yang terduduk di sofa bangkit dan menghampiri Rafto. Keduanya tersenyum.

***

"Kamu tidurnya lama banget." Rafto cemberut.

Rafto memegang mangkuk bubur yang baru saja diberikan suster.

"Nunggu itu gak enak 'kan." (Namakamu) terkekeh. Menerima suapan pertama dari Rafto.

"Aku serius, ish!"

"Lah, jangan ngambek dong." (Namakamu) tersenyum. Ia tahu Rafto akan ikut tersenyum jika ia tersenyum.

"Iya deh...." suapan ke-dua Rafto berikan kepada kekasihnya itu.

Berharap tidak akan ada yang menganggunya. Ia ingin menghabiskan seluruh waktu untuk bersama dengan (Namakamu).

"Kakak ke rumah, ya?"

Rafto mengangguk.

"Yah. Padahal masih mau ngomong banyak sama kakak."

DhiafakhriWhere stories live. Discover now