Bagian 4

431 61 42
                                    


"Jadi," jawab Lyra menggantungkan pertanyaan Orion.  

"Jadi?" tanya Orion menantikan jawaban Lyra.

"Dulu aku gak bisa bersosialisasi. Selalu malu tiap ketemu sama orang baru," jawab Lyra lemas.

"Sekarang?" tanya Orion lagi.

"Sedikit lebih baik. Mungkin harusnya aku begini sejak dulu," jawab Lyra menyadari kenyataan ini.

Tidak puas dengan jawaban Lyra akhirnya Orion kembali bertanya pada Lyra, "Kenapa disini? ITB apa kabar?"

"Aku... lari dari kenyataan," jawab Lyra dengan nada sedih.

"Lari dari kenyataan?" tanya Orion menyakinkan.

Lyra mengangguk pelan, "Menghindari teman-teman sekolah dan teman-teman olimpiade astronomi. Supaya aku bisa berubah. Kalau aku bertemu mereka, aku tak yakin bisa berubah."

"Sepertinya alasan yang tidak masuk akal. Gimana jika suatu saat kamu bertemu mereka lagi?"tanya Orion, lagi.

Lyra menarik nafas sesaat dan menjawab pertanyaan Orion, "Seharusnya aku bisa berubah, begitupun dihadapan mereka."

"Seharusnya dan semoga," sahut Orion santai.

Lyra mengambil green laser milik Orion dan mengarahkannya ke langit. "Orion," kata Lyra sambil menggerakkan green laser membentuk rasi Orion di langit.

Orion merebutnya. "Ini Lyra?" tanyanya sambil menunjuk sebuah rasi.

Lyra mengangguk pasti. "Gak kuliah di ITB?" tanya Lyra.

Orion menggeleng lemas. "Gak lolos," jawabnya.

Lyra hanya diam. Sekali lagi dia menenggelamkan wajahnya diatas kedua lutut miliknya. "Aku kangen belajar astronomi," kata Lyra pelan.

"Besok malam ayo ikut pengamatan hujan meteor sama teman-teman Penjelajah Langit!" ajak Orion dengan penuh semangat.

"Ahh.. itu. Boleh," sahut Lyra mulai bersemangat.

Malam berlalu begitu saja. Keesokan harinya Lyra sedang berdiri di depan gerbang ISI. Dengan jaket cukup tebal dan sebuah ransel berisi makanan ringan, minuman, minyak angin, senter yang sudah di lapisi mika merah, ponsel, dompet, dan kamera. Cukup lama Lyra menunggu Orion disana. Malam mulai terasa dingin. Lyra berjongkok menanti kehadiran temannya itu.

"Yuk," ajak Orion yang tiba-tiba datang. Tidak jauh berbeda dengan Lyra, hanya saja dia mengendarai sebuah motor.

Lyra berdiri. Menunjuk kepalanya. Mengisyaratkan bahwa dia tak punya helm. Orion tertawa pelan, mengambil helm yang sudah disiapkannya dan memberikannya pada Lyra. Lyra segera memakainya dan naik keatas motor Orion. Mereka pun melaju menuju daerah pantai selatan. Perjalanan yang cukup lama.

"Orion," teriak seseorang diantara kerumunan yang ada di sana.

Orion melambaikan tangannya. "Yuk!" ajak Orion yang mulai melangkah mendekati sekumpulan orang disana.

"Lyra bisa... Lyra pasti bisa!" kata Lyra dalam hati sambil mengepalkan kedua tangannya.

"Apa kabar? Lama gak main sama kita nih," tanya seseorang disana.

"Iya, lagi banyak tugas. Segini aja nih yang datang?" jawab Orion yang terlihat sangat akrab dengan mereka.

"Yang lain lagi on the way" jawab seseorang di dekat Orion.

"Oh iya, kenalin, temen baru," kata Orion memperkenalkan Lyra. Orion menggeser tubuhnya agar Lyra dapat terlihat oleh teman-temannya.

Semua orang disana terdiam. "Saya Lyra, salam kenal," kata lyra sambil mengangkat tangan kanannya dan tersenyum.

Tujuh Tahun CahayaDonde viven las historias. Descúbrelo ahora