Bagian 11

190 27 8
                                    

Ave melepaskan kacamatanya yang sejak tadi tergantung di hidung mancungnya. Kemudian menyandarkan tubuhnya di kursi dan tersenyum melihat layar laptop. Udara sejuk di balkon kamar Ave sungguh menyenangkan.

'I knew It was you!'gumam Ave dalam hati.

Sekali lagi Ave fokus melihat layar laptopnya, fokus melihat sebuah nama yang mencuri perhatiannya.

Alyra Putri Fransjaya - FMIPA

Ave menutup laptopnya sambil tersenyum. Merapikan beberapa kertas yang berserakan di sekitar laptopnya. Dia baru saja menyelesaikan laporan praktikumnya. Ave meletakkan kertas-kertas itu diatas laptopnya. Tangan Ave meraih kacamata yang dia lepaskan beberapa saat yang lalu. Dengan santai Ave berjalan menuju pinggiran balkonnya. Memasang kembali kacamatanya.

'Akhirnya kita bertemu lagi, Lyra!'

***

"Lyra! Aku merindukanmu!"teriak Venus.

"Venus? Apa itu benar dirimu?"tanya Lyra tak percaya.

"Iya ini aku. Ikutlah denganku."kata Venus sambil menarik tangan Lyra, berlari kecil menuju pantai. Dingin air menyentuh kaki Lyra, hempasan ombak membawa Venus kembali.

"Aku merindukanmu!"teriak Lyra sambil memeluk Venus dari belakang. Tubuh Venus yang tinggi menjadikan Lyra dapat merasakan punggung hangat milik Venus.

Mereka berdiam dalam beberapa waktu. Menikmati angin pantai. Venus membalik badannya. Lyra mendongak keatas melihat wajah Venus.

"AVE?!?!"

"Oh tuhan, itu cuma mimpi!"desah Lyra. "Ave? Venus?"gumam Lyra. Lyra mengacak rambutnya, kemudian menenggelamkan wajahnya dalam bantal.

"Lyra! Sudah bangun?"panggil ibu Lyra yang sedang berjalan menuju kamar Lyra.

"Belum ma!"sahut Lyra malas. Mana mungkin dia menjawab jika belum bangun.

"Ada temanmu di bawah!"lanjut ibu Lyra.

'Teman? Siapa?'pikir Lyra yang langsung merubah posisinya, dari tidur tengkurap menjadi duduk bersila diatas kasur. "Suruh masuk dulu ma, Lyra mau mandi!"lanjut Lyra yang segera mengambil handuknya.

Ibu Lyra mengurungkan niatnya untuk masuk ke dalam kamar Lyra, dan memilih kembali menuruni tangga menghampiri teman Lyra yang sedang menunggu. "Masuk dulu yuk, Lyranya masih mandi."ajak ibu Lyra.

"Iya makasih tante."sahut orang itu sambil melangkah memasuki rumah Lyra dan duduk di ruang tamu.

"Tante gak pernah tau Lyra punya teman disini."

"Oh, saya Orion tante. Teman Lyra di Jogja dulu."kata orang itu sambil menggaruk kepalanya. Orang itu ternyata Orion.

"Oalah. Pantes. Tante bersyukur akhirnya Lyra bisa punya teman."kata ibu Lyra sambil melepas nafasnya dengan lega.

"Memangnya Lyra kenapa tante?"tanya Orion bingung.

"Apa Lyra sudah pernah cerita tentang masalah kesulitan bersosialisasinya?"tanya ibu Lyra dengan hati-hati.

"Oh itu. Iya Lyra sudah cerita tante. Orion pikir tak separah itu. Lyra benar-benar tak punya teman?"tanya Orion benar-benar tak percaya.

"Hmm.." ibu Lyra berpikir sejenak. "Sejak Lyra kecil hanya ada satu nama yang disebutnya sebagai teman, siapa ya? Tante sedikit lupa. Kalau tidak salah namanya Venus."

Orion hanya mendengarkan perkataan Ibu Lyra. "Tapi entah ada apa, tante tak parnah mendengar Lyra menceritakan Venus lagi sejak dia SMA."

Orion hanya menganggukkan kepalanya, mendengarkan cerita ibu Lyra. Orion sendiri tak mengerti siapa Venus yang dimaksud oleh ibu Lyra ini.

Tujuh Tahun CahayaWhere stories live. Discover now