Part 4 : Menginap

85 9 1
                                    

Aku membuka mataku perlahan. Mencoba menetralkan pandangan sekitar.

Sudah seminggu lebih sejak Calum berkunjung ke apartemen baruku ini. Nampaknya pria berhidung besar namun seksi itu sedang sibuk, jadi dia tidak bisa menemaniku.

Sejak kapan sih aku jadi memikirkan Calum?

Belum lima menit usahaku mengumpulkan nyawa, tiba-tiba terdengar ada pesan masuk.

Fr : Luke Hemmo 💔

Jangan pergi kemana-mana hari ini.

Aku mengangkat bahuku acuh.

Ngatur amat si bang.

Seakan tau aku protes, tiba-tiba ada pesan baru lagi.

Fr : Luke Hemmo 💔

I won't take no as the answer, baeby.

Deg.

Deg.

Baeby.

"Ih Lukeeee. Kenapa harus chat siii."
"Mana panggil baeby!"
"Jadi gagal move on tau ga!"
"Tau ah! Badmood!"

Aku masuk ke dalam selimut lagi dan memasukkan kepalaku ke bawah bantal. Hari Minggu ini aku sangat malas untuk melakukan aktivitas apapun karena pesan Luke beberapa menit lalu.

~~~

Samar samar aku mendengar lagu Lost Boy terputar. Dengan keadaan setengah tersadar dan masih bergelung di selimut, aku pun ikut bernyanyi.

"Im coming because I need to find you."

Aku bisa mendengar suaraku serak khas orang bangun tidur.

"Anybody home?"

Aku tertegun.

"Apakah 5SOS mengganti liriknya?"

"Anybody home?"

ASTAGA!

Aku beranjak dari tempat tidur dengan segera. Tiba-tiba rasa pusing menyergap. Berusaha kuat, aku segera terjun dari kasur. Sayangnya, aku harus rela mencium lantai dulu.

Rasa pusingku semakin menjadi. Setelah karena adegan bangun mendadak, kini ditambah aku mencium lantai.

"Oh poor little chick!" kataku sambil mengusap jidat yang kuyakini berwarna keabuan.

Bel apartemen semakin menjadi-jadi. Ini hal ketiga yang membuat aku makin pusing.

"YA YA. IM COMING!" teriakku.

Setelah pintu dibuka, tiba-tiba aku dipeluk.

"Apartemenmu sangat gelap. Kupikir kau tidak di sini. Ternyata kau mendengarkanku," katanya sambil menggosok punggungku.

Aku terdiam. Tidak tahu harus berbuat apa. Lelaki sialan bernama Luke ini selalu bisa membuatku diam tak berkutik.

"Kau tidak memelukku," bisiknya sedih.
Aku meremas kepalan tanganku di samping badanku.

Aku ingin memelukmu. Sangat ingin, pinguin.

Dia melepaskan pelukannya dan mencium keningku lama. Dengan keadaan apartemenku yang gelap karena hari semakin sore dan lampuku yang tidak kunyalakan sejak tadi malam, bukankah adegan ciuman kami sangatlah romantis?

Aku memejamkan mataku. Menikmati ciuman kami ini. Entah kenapa aku merasakan bahwa Luke sangat merindukanku.

Aku berharap ciuman ini tidak akan terlepas.

Cklik

Aku tersadar dari imajinasiku dan mendapati lampu ruang tengahku sudah dinyalakan.

"Astaga! Y/n! Apa yang terjadi dengan jidatmu? Dan lihat! Kau masih memakai baju tidur semalam?"

Sesuatu terdengar aneh.

"B-bagaimana kau tau aku memakai baju tidur ini semalam?"

"Kau hanya memakai pakaian tidur ketika malam. Bahkan ketika sakit pun kau pasti akan mengganti pakaian tidurmu dengan baju rumahan ketika siang hari."

Aku tersipu malu. Kupikir Luke mengintaiku seperti di dalam kebanyakan novel romansa yang kubaca.

Tapi, apa yang diucapkannya itu lebih manis daripada novel romansa! L-luke masih ingat kebiasaan tidak penting itu.

"Kau kenapa?"
"Aku tidak..."
"Simpan omong kosongmu. Biarkan aku mandi dahulu. Lalu ceritakan padaku nanti setelah makan malam."
"Maksudmu?"
"Aku menginap," katanya lalu tersenyum ke arahku.

Kemudian kulihat Luke menaruh tas ransel miliknya ke kamarku.

Aku menginap.
Aku menginap.

LUKE MENGINAP!

-tBC

Yohooo thanks for reading! Read my another story, titled "Penyerahan Dini"

Xx

DisappointmentWhere stories live. Discover now