PART 9 :

29 3 0
                                    

Sore menginjak petang. Aku duduk sendiri di ayunan, memikirkan nasib 'kita' ke depannya. Mengingat ancaman Arzay beberapa bulan lalu, aku berharap dia bercanda.

"Kak?" sapa Mama lalu duduk di depanku.
"Iya, Ma?"
"Ngelamun?"
"Engga kok," kilahku.
"Mama bawa kabar kalau Om Karno yang tinggal di Cilacap lagi sakit. Mama sama papa rencana mau pulang ke Indonesia lusa."
"Abang?"
"Abang juga pulang. Soalnya kata abang dia mau jenguk pacarnya."
"Oh."

Dasar tim LDR.

"Kamu gimana kak?"
"Gimana apanya?" tanyaku bingung.
"Ikut aja yuk? Masa baru seminggu di sini udah ditinggal aja."
"Kayanya aku stay di Aussie aja deh. Gapapa kok kalau aku balik ke apartemen."
"Mending ikut aja kak. Bukannya kamu kepengen ke Jogja? Itu loh, apa sih namanya?" Mama mencoba mengingat-ingat.

Yah elah mama buruan kek. Mau galauin ayang Luke nih.

"Apa sih? Mama mau ngomong apa?"
"Yang meet and greet itu loh. Kakak mau ketemu siapa? Mama lupa deh. Big Mac? Mac Hormon? Big Mac Hormon? Big Hormon? Siapa kak? Mama lupa," cerocos mama.

Aku mendesis, "Mac Harmon."
Mama terlihat berpikir sejenak. "Oh iya hehe. Kamu jadi ikut ga nih?"
Aku menimang-nimang sesuatu.

Kalau udah follow followan di twitter bahkan Instagram, kenapa harus ikut Meet and Greet?

"Ngg gausah deh ma. Aku di rumah aja."
"Yaudah. Kamu jaga diri ya. Kalau kamu di rumah, mama bawain kamu kunci rumah juga. Inget ya, jangan bermalam di apartemen! Jaga rumah!"
"Iya. Daddy kemana?"
"Lagi lari pagi. Yaudah, mama ke dalem dulu."

@mukeismyotp tagged you in a comment.


Aku yang penasaran pun memencet tombol notifikasi.




"Apa? Mereka merayakan ulangtahun bersama-sama? Dammit!"

.
.






02.00 dini hari, aku duduk termenung di coffee shop bandara. Sudah 30 menit yang lalu keluargaku berangkat. Jadwal penerbangan mereka diajukan. Tidak berniat pulang, aku memilih diam di sini.

1 jam

2 jam

3 jam

Puk!

"Permisi nona, Anda telah tertidur selama 3 jam dan sebentar lagi coffee shop kami akan buka. Bisakah kau pulang untuk tidak memakai pakaian seperti ini?" tanya seorang pelayan menunjuk pajamas ku.

Pipiku memerah. Antara malu dan marah. Sialan!

Aku keluar dari tempat terkutuk ini dengan tergesa dan tanpa melihat jalan.

"What the hell!" seru seseorang karena telah kutarik ujung jaketnya.
"Sorry, the floor is very slippery. I almost fell if I didn't-"
"Do I care?!"
"S-sorry, sir."
"Fu*ck off."

Mataku sedikit kabur pandangannya, apakah aku menangis? Oh tidak. Jangan sekarang, kumohon.

Dugh!

Dua kali. Y/n kau sangat ceroboh!! Kini aku terduduk di lantai.
"Sorry sorry! I didn't mean to hit you! For God's Sake! Sorry! I said sorry!" racauku.
"Hey Y/n? What are you doing huh?" tanyanya lalu disusul gelak tawa.

"Calum?"

Lalu dia mengulurkan tangannya, berniat membantuku. Aku dengan senang hati menerima uluran tangannya.

"Hahahahaha Y/n! I.. I can't... Ahahahahaaha!"
"Gila."

Aku berakhir mendengar hinaan Calum atas wajahku yang memerah karena hampir menangis selama 10 menit. Sial.

"Sudah puas, Tuan Calum?"
"Okay. Okay. Maaf, Y/n. Aku tidak bermaksud untuk tertawa selama ini."

Air mukanya berubah menjadi serius.

"Ya, baiklah. Aku maafkan. Sebagai gantinya, traktir aku. Bagaimana?"
"Baik. Kutraktir sekarang, karena coffee shop ini juga sudah buka."
"Ehh! Jangan!"
"Kenapa?"
"Kau ini bodoh atau apasih? Calum, kau sudah menabrakku, mencercaku habis-habisan. Sekarang apa? Mentraktirku di tempat itu? Bahkan pelayannya saja mengusirku karena aku masih memakai baju tidur."

Calum hendak tertawa lagi. Namun aku buru-buru menginjak kakinya.

"Oops! Sorry!"
"Terserah. Aku ingin makan cream soup sekarang."
"Siap!" katanya lalu hormat.

Dasar sinting. Untung ganteng.

Aku menikmati sarapanku dengan Calum. Sejenak melupakan adegan Luke merayakan ulangtahun Arzaylea. Seketika bayangan Arzaylea yang mengancamku beberapa waktu lalu datang menghantui.

Aku menghembuskan nafasku dalam diam. Seharusnya aku tidak merasa cemas ketika mereka bersama-sama merayakan ulangtahun. Toh, siapa aku? Aku tidak berhak untuk cemburu karena aku bukan siapa-siapa.

"Hey Y/n?"
"Hmm?" jawabku sambil menyeruput green tea.
"Bukankah itu Luke?"
"Apa?"

"Hey mate! Right here! Oh you bring Arzaylea?" teriak Calum yang membuat gendang telingaku pecah. Tidak, bukan karena ia terlalu keras. Tapi karena aku mendengar nama yang seharusnya tidak kudengar sepagi ini.








tBC

Thanks for reading!

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Nov 20, 2016 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

DisappointmentWhere stories live. Discover now