Chapter 37-38: Kau ingin permen atau mata?

7.2K 666 8
                                    

15 VOTE untuk chapter selanjutnya^^ Buat yang nugguin YEHO sabar ya. Aku belum nemuin moodnya.

...

Sore berikutnya,Chi Cheng secara kebetulan melihat sebuah permen ketika dia sedang mencari sesuatu di dalam laci. Itu adalah permen yang diberikan Wu Suowei beberapa hari yang lalu. Dia adalah tipe orang yang tidak menyukai hal yang manis-manis, jadi dia memilih menyimpan permen itu.

Tapi, melihat permen berbentuk kelinci yang terbungkus rapi, dia jadi ingin memakannya. Dibukanya bungkus permen itu. Hal yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Fang Xin melihat Chi Cheng memasukkan permen ke dalam mulutnya saat ia masuk ke dalam ruangan.

"Eh... aku pikir kau tidak makan permen?" tanya Fang Xing bingung.

"Siapa yang bilang?" tanya Chi Cheng remeh.

"Beberapa hari yang lalu, Er Gua Zi membagikan banyak permen sebagai sovenir pernikahannya ke departemen dan kau tidak mengambilnya, aku bertanya tentang hal itu dan kau mengatakan kau tidak memakan permen!!"

"Itu beberapa hari yang lalu," kata Chi Cheng cuek.

Fang Xin tidak mengatakan apapun, ia dengan semangat menatap beberapa potong permen yang masih tergeletak diatas meja, "Aku belum makan permen kelinci putih sejak bertahun-tahun yang lalu, rasanya pasti masih sama seperti dalam ingatanku."

"Ya."

Satu kata tajam dari Chi Cheng untuk Fang Xin yang menginginkan permen itu. Tapi, Fang Xin tidak menyerah dan melanjutkan "Hadiahkan saudaramu dengan satu permen saja."

"Tidak ada lagi," kata Chi Cheng singkat. Orang normal akan mengerti dan membiarkan masalah ini, tapi Fang Xin adalah orang yang naif, dia menunjuk permen dan berkata dengan berani.

"Apakah kau tidak pandai berbohong dengan mata terbuka? Itu tepat di depanku, bagaimana bisa tidak ada satupun di sana?"

Chi Cheng mengangkat kelopak matanya dan memandang Fang Xin "Kau ingin permen atau matamu?"

Fang Xin tertegun selama tiga detik sebelum melesat pergi.

...

Dalam minggu-minggu berikutnya, Wu Suowei masih datang kelapangan untuk bermain basket. Meskipun Chi Cheng berada di shift pagi atau shift malam, meski di hari-hari hujan, Wu Suowei selalu muncul tepat waktu.

Kadang-kadang ia bermain sendiri, dan kadang-kadang ia mengumpulkan beberapa orang untuk bertanding bersama.

Tidak peduli seberapa terkenal dan tampannya Chi Cheng, selama pria itu tidak melakukan langkah pertama, Wu Suowei pasti tidak akan mengambil inisiatif untuk memperhatikan atau mendekatinya.

Jika Chi Cheng ada shift malam, maka lapangan basket hanya milik mereka berdua, dan Wu Suowei diam-diam akan terus memasukkan makanan ringan kedalam kantong Chi Cheng.

Sebagian besar seperti kacang panggang dan kadang-kadang tofu atau kaki ayam pedas.

Setelah beberapa hari, Chi Cheng menjadi lebih sadar, dia tidak lagi menunggu Wu Suowei untuk memberinya hadiah, dan sebagai gantinya, dia langsung mengambil sendiri didalam tas Wu Suowei, apapun yang dia temukan adalah miliknya.

Wu Suowei juga membawa serta segala macam mainan untuk Xiao Bao Chu.

Ada pemahaman halus dan menakjubkan antara keduanya.

Chi Cheng tidak bertanya mengapa Wu Supwei memberinya barang-barang, dan Wu Suowei tidak akan bertanya mengapa Chi Cheng mengambil barang-barangnya.

Rasanya seperti berdiam-diam adalah hal yang benar dan tepat, dan mengambil sesuatu dari tas mu adalah sesuatu yang diharapkan.

Keduanya tidak perlu bicara dan sepertinya tujuan utama mereka datang kesini hanya untuk bermain basket dan makan.

Baru-baru ini, cuaca sangat kering dan berpasir. Chi Cheng selalu melakukan tugas di luar ruangan dan lapisan kulit kering terbentuk di wajahnya.

...

Hari ini, Chi Cheng mengambil tas Wu Suowei dan menemukan botol Da Bao. Kemasannya masih utuh dan masih ada label harganya.

"Untukku?" Chi Cheng bertanya.

Wu Suowei pura-pura tidak mendengarnya dan bermain dengan bola basket di tangannya.

Chi Cheng mengambil batu di tanah dan dengan tepat mengenai salah satu telinga Wu Suowei.

"Mulai sekarang aku akan memanggilmu Da Bao," suaranya terdengar kasar dan rendah.

"Kenapa??" Wu Suowei berhenti bermain dengan bola yang ada di tangannya sejenak.

Permusuhan itu telah pergi dengan senyuman Chi Cheng "Karena kita bertemu setiap hari!!"

Iklan untuk Da Bao melintas dikepala Wu Suowei "Sampai jumpa besok, Da Bao!! Melihatmu sehari hari, Da Bao!!", fuck, apa dia mencoba mengejekku? pikir Wu Suowei.

Jangan berpikir bahwa produk perawatan kulit yang mahal itu bagus, sebenarnya tidak bisa dibandingkan dengan Da Bao yang murah dan efektif.

Chi Cheng tidak mengatakan apa-apa dan terus tertawa.

Kesuraman terlihat diwajah Wu Suowei saat ia berjalan dan tangannya terpikat untuk merebut Dao Bao dari tangan Chi Cheng, "Kembalikan padaku jika kau tidak menginginkannya, aku juga tidak mau memberikannya padamu!!"

Pada akhirnya, dia tidak berhasil merebut pencuci wajah itu dan menjatuhkan diri sebagai gantinya.

Tangan besar Chi Cheng meraih kerah Wu Suowei dan dengan brutal menjatuhkan Wu Suowei di depan dirinya.

Menggunakan matanya untuk mengamati wajah Wu Suowei. Dia meludah dengan tidak sungguh-sungguh, "Aku ingin."

"Minta jika kau ingin, mengapa malah menjatuhkan aku seperti ini?"

Wu Suowei menggunakan semua kekuatan dan berusaha untuk melepaskan diri. Untuk sesaat, ia hampir tidak bisa menahan amarahnya dan ingin menendang Chi Cheng kemudian meninggalkan pria itu, tetapi memikirkan semua pembalasan dendamnya, ia dengan tegas menolak keinginan itu.

Chi Cheng sedang mencari sesuatu di tubuh Wu Suowei, meskipun ia memakai pakaian tua, sepatu yang sangat kotor, tangannya penuh dengan lumpur dan wajahnya penuh keringat.

Chi Cheng masih merasa bahwa Wu Suowei sangatlah bersih, begitu bersih sehingga ia tidak bisa menemukan tempat untuk menyerangnya.

Akhirnya, Chi Cheng memposisikan tangannya di pinggang Wu Suowei yang tiba-tiba berhenti bergerak.

Dan secara sengaja diremasnya junior Wu Suowei.

Pembuluh darah di dahi Wu Suowei pecah dan sebuah pukulan mendarat di wajah Chi Cheng.

Namun, Chi Cheng hanya tersenyum gelap dimalam yang gelap gulita.

To Be Continue
...

[Complete] Jatuh Cinta Pada Musuh Indonesian Vers Chap 1-105Onde histórias criam vida. Descubra agora