Learn To Love. 2

30K 2.6K 9
                                    

"Ohmygod lo itu ngapain siih belaiin anak baru ini? Lo kenal dia?" Feli terus menunjuk Prilly.

Prilly hanya menatapnya santai.

"Lo diem deh Fel. Gak usah ganggu anak orang. Dapat karma baru tau rasa lu." Feli mendengus. Ia melangkahkan kakinya keluar.

Prilly kembali menatap laki laki yang tadi.

"Siapa nama kamu?"

"Ali."

Ooh Ali. Prilly mengangguk. Ali kembali duduk ditempatnya tadi. Prilly masih tak mau ambil pusing.

Prilly keluar dari ruangan itu dan bergegas masuk kekelasnya karna bel sudah berbunyi.**

Pelajaran berlangsung. Semua tertib.

"Ali! Darimana saja kau!?" Prilly mendengar suara Bu Ila menggema dikelas itu.

Matanya mengikuti arah pandang Bu Ila. Tunggu. Itu laki laki yang tadi. Prilly berfikir. Sedang apa laki laki itu disini?

"Dari perpustakaan bu." Bu Ila mengangguk paham.

"Duduklah." Ali duduk tepat didepan Prilly.

Tubuh tegap Ali membuat Prilly kesusahan untuk melihat papan tulis.

Karna tak konsentrasi, Prilly menarik almameter Ali. Ali menengok.

"Em. Maaf. Ali? Aku.. Gak bisa liat papan tulisnya. Badan kamu terlalu tinggi buatku." Ucap Prilly jujur.

Ali mendengus. Membereskan barang barangnya.

"Tukeran aja deh." Prilly mengangguk. Ia bertukar tempat dengan Ali.

"Makasih." Prilly tersenyum manis. Ali hanya menanggapinya dengan anggukan.

***

Prilly berjalan memasuki rumahnya.

"Hallo sayang. Gimana sekolahnya? Bagus gak?"

Daddy Prilly tersenyum. Prilly juga ikut tersenyum.

"Bagus kok dad. Bangunan bangunannya bagus juga. Keren. Daddy emang arsitek paling keren. Oh ya. Itu sekolah milik siapa siih Dad?"

Prilly menjatuhkan kepalanya di bahu Daddynya.

"Punya daddy lah." Prilly terbelalak.

"Bukannya sekolah daddy ada di Bandung? Kok ada yang di Jakarta. Daddy gak bilang Prilly niih." Prilly merajuk. Melipat kedua tangannya.

"Hahaha. Maaf sayang. Kenapa daddy masukkin ku disitu? Supaya daddy bisa awasin kamu. Dasar nakal."

"Mommy mana dad?"

"Masak tuuh." Prilly mngangguk.

"Daddy kenal Ali?" Daddy Prilly berusaha berfikir.

"Ali Ali. Ooh. Iya! Daddy kenal! Papanya itu sahabat daddy dari kecil. Mamanya Ali juga sahabat Mommy kamu. Kita dulu selalu berempat. Sampai sampai kita bikin perjanjian."

"Perjanjian apa dad?"

"Mau tau aja kamu. Udah. Daddy mau mandi dulu.. Babay."

"Issh daddyy!"

Daddy Prilly sangat gaul menurutnya. Prilly merajuk.

"Heii cantik. Makan dulu yuk." Prilly tersenyum.

"Oke mommy." Prilly mengecup pelan pipi mommynya dan berjalan kearah meja makan.**

Prilly merebahkan dirinya diranjang.

"Ali? Astaga! Mukanya itu tengil sekali. Dia fikir dia ganteng apa!? Gantengan Justin Bieber."

Prilly mencibir.

"Dasar sok ganteng!"

Prilly mengingat wajah Ali. Wajahnya dingin sekali. Seperti es.

"Cahaya matahari aja gak bisa cairin muka esnya itu. Apa perlu aku rusak lapisan ozon supaya bisa cairin esnya." Prilly menggeleng.

"Bagaimana ya wajahnya jika ia senyum? Apa ganteng? Omaygat Prilly! Berhenti mikirin Cowo tengil itu!"

Prilly menarik selimutnya. Dan bergegas ingin masuk ke mimpi yang menurutnya akan indah.

Learn To LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang