Learn To Love - 12

23.2K 2K 5
                                    

Prilly terbangun dari tidurnya. Ali tak terlihat lagi disana.

"Ali kemana? Mungkin dia sudah pulang." Prilly mendengus. Jam sudah menunjukkan pukul 5 sore. Berarti sudah 2 jam yang lalu sekolah bubar.

Prilly tergesa gesa turun dari kasur UKS. Ia bergidik saat mulai keluar UKS. Lorong lorong itu tampak sepi. Seperti tak ada yang menghuni.

Prilly berjalan mengendap.

Tuk!

Langkah Prilly terhenti. Matanya memandang lurus kearah depan. Badannya mulai bergetar. Keringat dingin mulai mengucur deras.

Prilly semakin gencar berlari dari sekolah itu. Karna ia fokus berlari, matanya tak melihat jika ada batu yang menghalang jalannya sehingga ia terjatuh.

Prilly mengaduh pelan. Ia meringis menatap sendu kakinya. Ia mengalihkan pandangannya lagi.

Prilly mulai bangkit. Tapi tak bisa.

Hup!

Seseorang mengangkatnya. Mata Prilly tertutup lebih rapat.

"Tolong! Tolong jangan apa apaiin saya! Lepas! Turuniin!" Prilly meronta ronta. Matanya yang masih tertutup itu sudah mengeluarkan air mata.

"Eeh. Sstt. Ini gue." Prilly berhenti meronta. Matanya perlahan ia buka.

Kedua bola mata itu menangkap siluet mata seseorang yang dikenalnya. Prilly memeluknya erat.

"Ali.. Aku takut. Hiiks hiiks." Tangis Prilly semakin menjadi jadi. Tangannya memeluk leher Ali kuat. Ali menatapnya iba.

"Iya. Gue disini. Udah diem. Kita pulang ya?" Prilly mengangguk dalam diam.

Ali menggendong Prilly ke mobilnya.

Diperjalanan, keduanya hanya diam tak bicara.

"Kenapa lo main kabur aja hm?" Ali mulai membuka percakapan.

"Abisnya, aku kira kamu sudah pulang. Yaudah aku juga mau pulang." Prilly mendengus saat mengingat kejadian tadi.

"Tadi gue ke kamar mandi bentaran." Ali mulai fokus lagi kearah jalanan.

"Makasih udah jagaaiin aku." Prilly tersenyum simpul. Ali mengangguk dalam diam.

***

Ali mengantar Prilly masuk kedalam rumah. Tak terlihat satupun orang disana.

Prilly melihat secarik kertas di meja bar rumahnya.

Prilly, Mommy sama Daddy lagi ke Swiss ada kerjaan mendadak disana. Mommy dan Daddy harap kamu gakpapa ya sendirian. Awas jangan takut ada hantu. Mommy lupa! Nanti Ali bakal selalu jaga kamu. Tapi dia gak nginep. Dia bakal jadi pengawal kamu. Dari jam 6 pagi sampai 10 malam. Mommy udah bilang sama Alinya kok. Hehehe hati hati ya sayang.

-Mommy Daddy-

Prilly menganga lebar. Ia memandang Ali yang tengah sibuk memakan buah anggur.

"Kamu udah tau ternyata?"

"Iya gue tau." Prilly mendengus.

"Kenapa gak ngasih tau aku?"

"Lo gak nanya." Prilly geram. Ia mengelus dadanya.

"Sabar Prill." Prilly mengambil posisi disamping Ali.

"Udah pulang aja. Aku gak takut sendirian."

"Lo gak liat ini jam berapa? Baru jam setengah 6. Dan lo liat? Disurat itu mommy lo bilang gue disuruh pulang jam 10." Ali tetap kekeh untuk berada disini.

"Tapi entar dicari sama mama kamu Li." Ali menatap Prilly datar.

"Tenang. Gue gak bakal dicari." Ali melangkahkan kakinya kearah ruang tamu.

Sedangkan Prilly mengganti pakaiannya dengan pakaian tidur dan mendatangi Ali lagi.

Prilly bersender disofa dan menutup matanya. Matanya mulai meredup dan tertidur.

"Besok Libur kan ya?" Prilly bertanya lagi. Ia duduk disofa sedangkan Ali duduk dilantai dan bersender di kaki sofa.

"Hmm." Ali menanggapinya dengan senyum.

Prilly mengambil sepiring spagheti dan memberikannya ke Ali. Ali memakannya lahap.

"Laper ya?" Prilly memainkan rambut Ali.

"Iya." Ali merasa sangat nyaman diperlakukan seperti ini dengan Prilly. Perhatian yang hanya dibutuhkan oleh Ali.

Prilly mengusap rambut Ali dengan penuh sayang. Ali mengambil tangan Prilly dang menggenggamnya.

"Mau jadi sahabat?" Prilly tersenyum dan mengangguk.

"Sahabat." Prilly mengaitkan kelingkingnya dengan kelingking Ali. Keduanya tersenyum dan tertawa.

Ali menaruh kepalanya di atas paha Prilly.

"Gue sayang lo." Ucap Ali perlahan.

"Aku juga."

*

"Prill! Weh!" Prilly mengerjapkan matanya. Ia mengedarkan pandangannya. Tubuhnya masih berada di sofa.

"Tidur mulu lo." Prilly mengucek matanya perlahan.

"Loh? Ali? Bukannya tadi kamu ada di?" seingat Prilly , Ali tadi tidur di pahanya. Tapi?

"Apa? Liat nih jam berapa? Udah jam 10. Lo molor mulu dari tadi. Gue pulang ah."

Prilly mengerutkan dahi. Jadi, tadi saat Ali mengaitkan kelingkingnya dan mengatakan ia menyayangi Prilly itu hanya mimpi.

Astaga Prilly!

"Ya.. Yaudah deh. Makasih ya Li." Prilly tersenyum kikuk. Ali mengangguk datar.

"Ya. Besok gue jemput." Ali keluar dari rumahnya.

Prilly masih bingung.Kemudian mengangkat bahunya. Ia melangkah menuju kamarnya.

Andaikan saja itu bukan mimpi. Kamu tau? Senyummu itu mahal. Aku ingin hanya aku yang melihat senyum mahalmu itu setiap saat.

Learn To LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang