Learn To Love - 26

18.7K 1.4K 23
                                    

"Gue sayang lo Prill." Ucap Ali tulus. Tubuh Prilly seketika menegang mendengar satu kalimat yang baru saja keluar dari mult Ali, ia benar - benar tak mengerti apa maksud dari semua ini.

Keheningan dan rasa canggung menyertai keduanya. Ali bungkam, rasanya ia telah salah bicara hingga membuat Prilly terdiam dengan keringat dingin yang terus berjatuhan dari pelipisnya. Ia menatap sendu gadis mungil ini yang sekarang berusaha melepaskan genggaman tangannya pada Ali.

"Prill?" Suara berat seorang pria dewasa menelusuk masuk kedalam teling kedua sejoli ini. Prilly menatap aneh lelaki yang tegah tersenyum sumringah, disampingnya terdapat perempuan yang umur tak beda jauh dari lelaki ini.

"Kalian siapa?" Tanya Prilly mengungkapkan kebingungannya. Mama dan Papa Prilly bungkam, mereka terdiam melihat anaknya yang sama sekali tidak mengingat mereka.

Senyuman yang tadinya melengkung indah, kini berbalik. Tangis mereka tak bisa ditahan lagi, rintik air yang keluar dari mata seorang Mama membuat Prilly meringis.

Ia berfikir sudah berapa kali ia membuat orang menangis karenanya?

"Ali?" Mama Ully menatap Ali seolah meminta penjelasan.

"Gak Bun. Prilly benar-benar gak ingat siapa kita." Jelas Ali sembari menggeleng pelan menahan isak tangisnya.

"Ini gara-gara gue!" Teriak Ali membuat Papa Rizal terkejut. Ia menghampiri Ali sambil mengelus punggung pria itu. Ali masih menangis seraya meremas helaian rambutnya kuat.

"Ali?" Suara lembut Prilly sama sekali tak digubris Ali. Ia terus menyalahkan dirinya sendiri.

"Ali? Ali jangan gini. Gimana Prilly bisa ingat kalau misalnya kamu putus asa begini hah? Ali yang papa kenal bukan kaya gini! Ali yang papa kenal gak mudah menyerah!" Tegas Pak Rizal keras.

Ali menatap Pak Rizal sendu. Tak lama ia beralih pada bidadari yang tengah menatap adegan itu serius.

"Ali kamu kenapa? Apa ada yang salah dari aku? Sebenarnya mereka siapa? Aku.. Aku bingung Li!" Ucap Prilly sambil memegang kepalanya erat.

"Dia Daddy lo, Rizal dan dia mommy lo, Ully. Mereka orang tua lo Prill. Masa lo lupa? Separah itukah amnesia lo gara gara gue?" Tutur Ali pelan. Ia menyimak mata Prilly dengan tajam, mata hazel itu berair. Ia merasakan hangatnya kasih sayang orang tua saat Pak Rizal dan Bunda Ully memeluknya erat.

Keberuntungan selalu dipihak Prilly. Tak bisa mengganggugugat. Walaupun ingatannya hilang, Prilly tetap rendah hati. Amnesia tak bisa merubah jalan fikiran serta kelembutannya.

***

Ali mendorong kursi roda yang berada didepannya. Di kursi roda itu terdapat gadis manis yang ia cintai selama ini. Ali mendorong kursi itu berputar mengelilingi rumah sakit dan berhenti di halaman rumah sakit yang luas. Terdapat rumput hijau yang pendek serta bunga-bunga yang harumnya bertebaran.

Ali memetikkan sebatang bunga kecil dan diselipkan ditelinga kanan Prilly. Prilly tersenyum seraya menatap Ali bahagia.

Ali mengambil posisi untuk duduk dibangku panjang yang telah disiapkan. Dibantunya Prilly untuk duduk bersamanya disana. Ali diam, tak ada perbincangan sedikitpun. Sebenarnya bukan tak mau bicara dengan gadisnya cuman takut salah bicara.

"Li?" Ali menoleh mendapatkan Prilly tengah memandang lurus dengan lingkaran hitam dibawah matanya.

"Iya?"

"Sebenarnya aku kenapa? Aku ini siapa? Kenapa aku kecelakaan? Apa kecelakaan itu begitu parah?" Tanya nya secara beruntun. Ali diam, bagaimanapun Prilly harus mengetahuinya.

Learn To LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang