Part 6

3.7K 131 2
                                    

Ella, 16 tahun

Ayah selalu saja meributkan tentang mandi. Selalu aku dipaksa mandi. Aku yakin ayah ingin yang terbaik bagiku tapi apa seperti itu caranya? Tentu saja salah.

Terakhir kali adalah kejadian ketika aku pulang dari sekolah. Aku sampai rumah cukup sore dan karna aku telat makan aku pusing lalu meletakkan tas pada tempatnya. Lalu merebahkan badan di ranjang. Tiba-tiba ayah masuk.

"Jangan tidur lebih baik kamu mandi dan rapikan semua barang-barangmu" kata ayah

"Iya nanti" balasku

"Jangan nanti-nanti, sekarang!"

"Ya"

"Kamu jangan main-main ya. Nanti ayah seret kamu dari ranjang dan kalau kamu jatuh jangan salahkan ayahmu"

Lalu aku langsung saja menjawabnya dengan kesal

"Nanti, lagian tas ku tidak mengganggu jalan kok"

Tiba-tiba ia yang sedang memegang sapu ditangannya langsung saja diangkat lalu ingin memukulku

"Bajingan ya!"

Lalu aku yang terbakar amarah dan terlalu lama memendam langsung saja membalasnya dengan mendorongnya dan menghempaskan tangannya. Lalu ia pun sempat memukul mulutku karna menurutnya aku telah kurang ajar. Ya mungkin aku memang kurang ajar, tapi apa aku pernah membalasnya kecuali saat ini?

Tak lama tante dan omaku datang dan menghalangi kami. Tentu saja aku tetap ingin mencakar ayahku karna aku terlalu emosi namun ditahan tanteku.
Dan tak lama aku didorong lalu terjatuh diatas ranjang dan seketika aku menangis. Dan tanpa sadar tante dan omaku terjatuh di lantai.

"Bajingan ya! Dasar bajingan!" Kata ayahku

Lalu ia masih saja kesal

"Coba lihat dia yang kurang ajar" kata ayah

"Lagi kenapa ga pernah sabar? Kenapa ga percaya kalau aku ga akan tidur?" Kataku sambil menangis

"Masih berani melawan? Tuh mereka jatuh itu karna kamu" kata ayah masih emosi

"Kenapa salah aku? Emang aku yang ngedorong? Aku saja sudah terjatuh di ranjang" aku masih menangis dan shock

Dan sampai saat ini kata "bajingan" itu masih nyata dipikiranku. Sebrengsek dan sebajingan apakah aku? Sepertinya anak lain yang melakukan hal yang lebih parah tidak pernah dikatai seperti itu... kenapa harus aku? Kenapa? Apa salahku? Lagi lagi aku selalu salah

"Terserah udah terserah percuma aku ga akan pernah benar" kataku

"Ga usah terserah-terserah! Mau ngelawan lagi?" Kata ayah

Akhirnya aku diam. Dan saat itu aku ingin membunuhnya. Ya aku tau aku salah, itu wajar jika aku salah. Karna memang hal itu tidak diperbolehkan. Semua terus saja mengatakan bahwa ia adalah ayahku. Tapi bagaimana jika kalian diposisiku? Masihkah kamu mampu berpikir bahwa dia ayahmu?

Ayah, Apa Kau Menyayangiku?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang