Wattpad Original
Ada 4 bab gratis lagi

Part 3 - Duda Ganteng

509K 32K 1.9K
                                    

Setelah semua pekerjaan selesai, aku langsung ke loker untuk mengganti seragam kerjaku dengan pakaian biasa sekalian mengambil kemeja dan jas Pak Adam yang sudah selesai di laundry. Waktu sudah menunjukan pukul 10.30 malam, usai berganti pakaian aku harus bergegas ke ruangan Pak Adam jika tidak ingin kemalaman sampai di tempat kost.

Kuketuk pintunya pelan begitu sampai di depan ruangan Pak Adam yang terletak di lantai tiga.

"Masuk!"

Aku langsung masuk begitu mendengar suara pemilik ruangan menyuruhku untuk masuk. Di dalam ruangan, aku melihat Pak Adam masih sibuk menatap laptopnya.

Tatap mata adek saja bang!

Wajahnya terlihat begitu serius, kacamata yang ia pakai membuat wajah tampannya semakin terlihat berwibawa. Bagaimana bisa ada makhluk Tuhan yang tampan tak terhingga macam Pak Adam. Andai saja aku bertemu dengan Pak Adam lebih dulu, mungkin aku dan Pak Adam sudah hidup bahagia, punya anak-anak yang cantik seperti aku dan tentu saja tampan seperti Pak Adam.

Aya halu!

"Ay ... Aya .... Kamu melamun?" Aku tersentak kaget saat Pak Adam tiba-tiba sudah berada di hadapanku sambil mengibaskan tangannya.

Ya Tuhan ... Aku ini kenapa sih? Kok bisa-bisanya melamunkan Pak Adam. Cepat-cepat kutepis pikiranku yang agak sedikit ngelantur.

"Eh? Iyaa Pak ... maaf .... Pak Adam bilang apa tadi?" ujarku sedikit gugup, ah salah, bukan sedikit gugup tapi ini sangat gugup.

Dasar Aya bodoh, bisa-bisanya kamu memikirkan yang iya iya tentang Pak Adam. Runtukku dalam hati.

"Mana kemeja dan jas saya?" tanyanya sambil mengulurkan tangan.

"Eh ... Ini pak! maafkan saya atas kejadian kemarin." jawabku sambil menyerahkan paper bag dan jas Pak Adam yang di dalam plastik dan gantungan.

Pak Adam kembali duduk di kursinya lalu mengecek isi paper bag yang aku berikan. Dengan teliti Pak Adam mengecek kemeja dan jasnya. Sesuai permintaan Pak Adam, aku sudah melaundry kemeja dan jasnya sampai bersih dan harum.

"Hmmm ... Not bad." gumamnya sambil mencium jasnya, lalu setelah itu memasukannya ke dalam lemari.

"Jika tidak ada hal lain lagi, saya permisi mau pamit pulang pak." ujarku.

"Tunggu dulu, saya belum selesai. Siapa yang mengizinkan kamu untuk pamit pulang? Kamu tetap di sini." ujar Pak Adam melirikku tajam.

"Duduk!" perintahnya tegas. Perasaanku mendadak jadi tidak enak, seperti tersangka yang akan dijatuhi hukuman mati. Ada apakah gerangan?

"Mulai besok kamu tidak perlu lagi datang ke Pradana's—"

"Lho kenapa pak? Saya dipecat? Saya salah apa? Apa karena kejadian kemarin?" tanyaku memotong ucapan Pak Adam. Kalau sampai aku di pecat lagi, bagaimana nasib kuliahku, bayar kos, biaya makan dan lain sebagainya.

"Yang bilang kamu dipecat siapa?" tanya Pak Adam sambil mendengkus kesal.

"Lah kan tadi Pak Adam bilang kalau say—"

"Saya belum selesai bicara Cahaya, Kamu sudah memotong ucapan saya. Saya tidak memecat kamu, tapi saya ingin memberi tugas lain kepada kamu. Mulai besok kamu pindah kerja di rumah saya. Menjaga putri saya, Aqilla. Bagaimana?" sahut Pak Adam gantian memotong ucapanku.

Aku terdiam, tidak tahu harus menjawab apa.

"Tapi pak ..."

"Saya akan bayar gaji kamu tiga kali lipat dari biasanya." ujarnya sambil kembali menatapku.

D U D ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang