06. Faker

13.7K 1.2K 39
                                    

Jane jadi tidak fokus sampai pelajaran terakhir, pelajaran Bahasa Inggris. Pikirannya kembali ke kejadian Mila-Claudia-Evan-Rino kemarin siang.

Dia mengetukkan pulpen di dagunya. Dia tidak bisa bersembunyi di belakang punggung Yogi lagi, jadi tidak leluasa untuk melamun.

Jane menoleh ke arah Bagas, seperti biasa cowok itu menundukkan kepala membaca kamus Oxford Bahasa Inggris.

"Bagas." Bisik Jane sedikit mendekat ke arah cowok itu. "Lo suka model rambut cewek yang kaya gimana sih?"

Bagas menoleh sedikit, dia memiringkan kepala ekspresinya tetap datar. "Nggak tau."

"Masa nggak tau? Lo nih, lo suka cewek yang rambutnya gimana?"

Padahal pertanyaan Jane sangat mudah, tapi Jane bertanya pada orang yang salah. Cowok ini mana peduli sama model rambut cewek, jawabannya pun ogahan begitu. Ih.

"Model yang cocok sama bentuk wajah," jawab Bagas serius.

Jane menganggukan kepala.

"Makasih ya." Jane tersenyum puas memikirkan ide gila yang muncul dalam otaknya, dia jadi tidak sabar menanti jam pelajaran berakhir.

Jane belum menjauhkan dirinya dari Bagas, lengan Jane di meja bersentuhan dengan lengan Bagas. Cewek itu tersenyum malu langsung menarik tangannya.

Lima menit sebelum pelajaran berakhir Bu Welih membagikan kelompok untuk tugas storytelling. Jane, Mila, Bagas dan Yogi berada dalam kelompok yang sama. Setelah Bu Welih keluar kelas, murid segera ramai membahas tugas tersebut. Mila dan Yogi bercanda soal tugas mereka.

"Lo bisa bahasa Inggris, Mil?" tanya Yogi disambut cengiran lebar dari Mila.

"Ya, nggaklah pake aja kamus atau google translate, hahaa," jawabnya asal.

"Gas, nomer hape lo berapa sih?" tanya Jane seraya menyodorkan buku catatan kecil. "Bukan modus kok buat tugas kelompok kita."

Bagas mengambil pulpen dan menuliskan sesuatu di kertas tersebut.

021(8721199)
Bagasramdan@gmail.com

"Aku nggak pakai ponsel, kabarin lewat telepon aja. Ini e-mail untuk ngirim tugasnya."

Haaaah???? Jane menggaruk kepalanya, masih zaman gitu pake e-mail? Cowok ini memang unik atau aneh luar biasa.

"Beneran nggak pakai ponsel?" Jane menyobek kertas lainnya yang kosong menuliskan nomer ponsel, telepon rumah dan alamat e-mailnya.

Bagas tampak menerawang memikirkan sesuatu, lalu dia menggeleng lemah.

"Oke, ini lo bisa hubungin gue di sini." Jane menyerahkan kertas tersebut ke meja Bagas, cowok itu menyimpannya ke dalam tempat pensil.

Jane takjub melihat isi tempat pensil milik Bagas. Isinya super lengkap banyak stabilo warna-warni dan spidol aneka warna. Jangan ditanya benda lain macam tipe-x, penghapus dan serutan pensil kayu dia pasti punya juga.

Wow.

Bagas menutup tempat pensilnya secepat mungkin, Jane masih terkesima melihat isinya.

"Kalo gue mau pinjem boleh nggak?" tanya Jane polos.

Bagas menggeleng. "Sebaiknya nggak. Kalo udah dipinjam orang lain pasti hilang entah ke mana."

"Cuma gue kok, lo rajin banget punya alat tulis super lengkap. Gue aja kalah."

"Karena aku nggak bisa mengandalkan orang lain untuk pinjam, jadi lebih baik siapin sendiri."

Ouh. Cowok ini tidak bisa mengandalkan orang lain lagian dunia luar lebih keji dari yang kita kira, kalo anak lain tahu isi tempat pensil Bagas lengkap pasti sudah dipinjam banyak murid. Tapi, siapa sih yang mau pinjam barang dari cowok dingin dan cuek ini?

WisdomWhere stories live. Discover now