07. Gate

13.5K 1.1K 18
                                    

Jika ada polling kelas mana yang sangat tidak diinginkan oleh para guru, juara tersebut akan jatuh ke kelas duabelas IPS 4. Hampir semua guru di SMA Taruna Bakti mendadak menderita darah tinggi sejak kembalinya Rino ke sekolah tersebut.

Sebelum kepala sekolah benar-benar menerima kembalinya Rino mereka mengadakan rapat pleno, tidak ada jalan lain selain menerima murid itu kembali, lagian Rino merupakan aset yang berharga untuk menaikkan nilai rata-rata kelulusan nanti.

Meski bandel dan hobi tawuran, tidak bisa dipungkiri Rino memiliki otak yang cerdas dan pintar. Nilai rapotnya juga bagus tidak ada yang angka 7. Makanya, tidak ada yang bisa menolak keberadaan Rino. Itulah salah satu kelebihan Rino dibanding rivalnya, Dilan.

Bagi Rino cowok kayak Dilan itu cuma modal tenaga doang tapi otak dodol banget.

Kalo di kelas Rino, memang lebih suka ngobrol, melamun dan bercanda tapi saat ulangan jawabannya betul semua.

Jadi para guru berkesimpulan, meski cowok itu terlihat tidak pernah memperhatikannya, sebenarnya telinga Rino tidak tuli. Aneh.

Setiap materi yang guru terangkan bisa masuk ke telinga itu tapi mengapa setiap nasihat, ocehan dan teriakan guru ngomelin betapa bandelnya Rino tidak pernah masuk ke telinganya, alias masuk kuping kanan keluar lewat kuping kiri.

Kerusuhan di kelas duabelas IPS 4 diperparah dengan kehadirannya geng SuperB, Bianca dan Bonita menyogok bu Yuni yang biasa mengatur pembagian kelas agar mereka tetap sekelas, kalo bisa di satukan dengan Vitto dan Gilang.

Keinginan mereka terpenuhi bonusnya sekelas juga sama Rino.

Saat ini di kelas mereka sedang ada pelajaran Akuntansi bu Ira adalah guru muda yang baru mengajar di sekolah tersebut langsung dikasih jam ngajar di kelas duabelas IPS.

Pihak sekolah belum tahu Rino akan pindah ke sekolah tersebut 2 hari sebelum tahun ajaran baru dimulai. Untuk menghadapi Vitto dan Gilang guru itu pasti mampu. Kehadiran Rino yang membuat Vitto dan Gilang makin songong dan tengil. Makin berkuasa di kelas.

"Siapa yang bisa ngerjain soal nomer 1 masih mudah nih?" tanya Bu Ira sambil berkeliling, sepatunya yang lancip beradu dengan lantai menciptakan suara yang khas.

"Yah, Ibu... Kenapa sih kita harus belajar Akuntansi?" Kelas menjadi sunyi saat Vitto menceletuk seperti itu.

Bu Ira tersenyum kecil, mengira pertanyaan itu standar khas anak SMA. "Agar kamu bisa menghitung pengeluaran dan pemasukan uang, Vitto."

"Masa? Kayaknya percuma aja deh Bu, saya belajar mati-matian ngitung duit milyaran tapi duit saya aja cuma dikit Bu. Jadi ilmunya nggak bakal kepake. Ya nggak teman-teman?????"

Tidak ada yang berani menyangkal ucapan Vitto jadi seisi kelas menjawab dengan suara yang sama, IYA dengan koor yang panjang dan kompak sekali.

Wajah Bu Ira merah padam antara kesal dan pengen nangis, bibirnya terkatup rapat sekali. Dia memandang seisi kelas yang mentertawainya dengan sorot mata depresi. Tangannya mencengkram kuat buku paket Akuntansi.

Rino tertawa bengis memaklumi ketololan temannya itu. Teman sebangku Vitto, cowok berambut cepak, Gilang, menoleh ke arah Rino dengan wajah polos.

"Kelakuan si anak tolol maafin teman lo yang satu ini ya Bor!!" kata Gilang pada Rino, cowok itu sandaran di kursi sambil mengelus-elus dagunya.

"Baru ditinggal setahun lo udah berubah jadi makin goblok banget sih, To! Polos banget sih, lo kalo emang nggak suka ya pendam aja jangan diomongin depan umum." Rino menggelengkan kepala geli.

"Emang ucapan gue ada yang salah gengs? Nggak kan?" Tatapan Vitto menyapu isi kelas, lalu tertuju ke Bu Ira lagi. "Emang nggak berguna banget Bu pelajaran ini. Duit di dompet saya cuma 20 ribu kalo di masukin dalam pembukuan juga repot doang, Bu."

WisdomWhere stories live. Discover now