#1

4.1K 213 5
                                    

Dalam diriku mengalir sungai panjang, darah namanya.
Dalam diriku menggenang telaga darah, sukma namanya.
Dalam diriku meruak gelombang suara, hidup namanya.
Dan karena hidup itu indah, aku menangis sepuas-puasnya.
(Sapardi djoko damono)

Kehidupan adalah merupakan salah satu anugerah yang diberikan Tuhan kepada kita. Tinggal bagaimana kita menjalani dan mensyukuri hidup yang kita miliki. Sesulit apapun rintangan yang ada kita harus bisa melewatinya. Seperti seorang yeoja yang melewati hari demi hari seorang diri tanpa ada yang menemani. Mungkin Tuhan mempunyai tujuan lain untuk membuatnya bahagia tanpa harus bersama kedua orang tua. Jadi Tuhan membawa kedua orang tuanya, tapi Tuhan juga adil, yeoja itu masih bisa tinggal bersama pamannya yang baik hati mau menerimanya untuk tinggal bersamanya dan juga keluarganya. Nama yeoja itu adalah Minatozaki Sana, berumur 19 tahun, ia tinggal bersama paman sejak berusia 12 tahun. Sekarang Sana sedang menjalani hari sebagai mahasiswi jurusan hukum semester 4 di salah satu universitas terkenal di Seoul karena beasiswa yang ia dapatkan.

"Sana-yaa... apa kau tidak ke kampus hari ini? Libur kah ? Sana, bangun beasiswa akan meninggalkanmu apabila kau terus seperti ini!" Teriakan pamannya yang satu ini bisa membuat Sana langsung bangun apalagi saat ia menggunakan kata 'beasiswa' dalam kalimatnya.

"Ne, samchun... aku akan segera kebawah." Ucap Sana masih setengah sadar, ia mencari-cari sesuatu di kasurnya. Begitu terkejutnya saat ia mendapati jam didalam ponselnya menunjukan pukul 08.30.

"Omoo!!!" Sana langsung bangkit dari tempat tidurnya menuju kamar mandi. Ia mulai tergesa-gesa. Segala sesuatu yang seharusnya dipersiapkan sebelumnya belum ia siapkan. Panik. Suara langkah kaki yang sedang terburu-buru terdengar hingga bawah oleh paman dan keluarganya. Mereka tidak begitu terkejut dengan hal seperti ini, sudah menjadi ritual pagi Sana apabila keributan ini terjadi.

"Ishhh lagi-lagi, kenapa anak itu selalu terlambat menuju kampusnya?" Ucap paman Sana.

"Hahaha mungkin tadi malam dia terjaga untuk menyelsaikan tugas-tugasnya itu. Maklumi saja namanya juga mahasiswi hahaha" ucap istri paman yang sangat baik hati mau menganggap Sana sama seperti anaknya sendiri.

"Jika sudah lulus nanti aku tidak akan kuliah seperti Sana noona, sepertinya melelahkan. Aku akan membantu eomma di toko roti." Ucap San Ha anak dari paman Sana yang masih duduk di bangku SMA.

Paman Sana yang bernama Park Ji Young dan istrinya Han Jae Ji memang memiliki usaha kecil-kecilan toko roti berkat keahlian bibi Han. Mereka sudah menjalani bisnis ini cukup lama dan toko rotinyapun cukup laris manis dikalangan anak muda. Untuk membantu perekonomian mereka, paman Park bekerja sebagai konsultan keuangan di salah satu bank sementara istrinya menjaga toko roti.

"Baiklah 5 detik lagi pasti Sana noona akan turun. Appa, ayo kita bertaruh jika noona turun dalam 5 detik tambah uang jajanku." Ucap San Ha pada appanya.

"O geurae tapi apabila tidak uang jajanmu appa kurangi. Call?"

"1...2...3....4" mereka menghitung bersamaan.

"5..!"

Dan benar saja pada hitungan kelima Sana turun terburu-buru. Dengan berat hati paman Park mengeluarkan uang dari saku nya dan memberikannya pada San Ha.

"Yaaa Sana-ya makan dulu rotinya" ucap bibi Han pada Sana.

"Imo gomawo, aku akan memakannya dijalan. Aku pergi dulu...." ucap Sana sembari membawa tas ditangan kiri dan roti ditangan kanannya.

"Sana noona masih ada rol dirambutmuu...." teriak San Ha pada Sana. Sana hanya tersenyum dan memasukan rol rambut dalam tasnya.

Diperjalanan ia berlari menuju halte bus. Sebenarnya tidak masalah apabila ia terlambat mengingat ia bukan lagi anak SMA yang akan disuruh lari keliling lapangan jika terlambat. Masalahnya adalah dosen yang akan masuk pada jam pertama dikenal sebagai dosen yang tidak beri ampun. Sana lebih memilih lari keliling lapang dibandingkan mengingat pasal-pasal yang tidak ada habisnya sebagai hukuman. Ia berlari sekuat tenaga agar tidak tertinggal bus. Tapi tiba-tiba tanpa sengaja...
Brukkkk...
Ia menabrak seseorang dan semua barang didalam tasnya berhamburan keluar. Ia cepat-cepat memasukan barangnya dan berdiri tidak lupa meminta maaf kepada orang yang sudah ditabraknya.

"Yaa apa jalan ini milik nenek moyangmu? Kau tidak lihat banyak orang yang menggunakan jalan ini. perhatikan jalanmu!" Bentak seorang namja dengan pakaian agak bisa dibilang seperti preman dengan celana jeans yang robek dibagian lututnya, dengan topi putih dan hoodie hitamnya. Sana melihat namja tersebut perawakan tinggi dan tegap, wajahnya tidak terlihat karena topinya, ia berfikir mungkin umur mereka sama bahkan mungkin hanya beda satu,dua tahun lebih tua dengannya.

"O cheosonghamnida. Aku sedang terburu-buru jinjja mian." Ucap Sana sembari lanjut berlari melihat bus tujuannya sudah datang.

To be continued 😉

Precious Life (Completed)Where stories live. Discover now