#3

1.4K 144 1
                                    

Tersambung. Hanya saja tidak ada yang mengangkatnya. Sana mencoba menghubunginya lagi, kali ini juga tersambung dan ada seseorang yang mengangkatnya.

"Yeoboseyo?" Teriak Sana senang karena ponselnya bisa dihubungi.

"Yeoboseyo, maaf mengganggu malam-malam seperti ini tapi aku adalah pemilik smartphone itu. Bolehkah aku mengambilnya kembali?" Tanya Sana dengan sopan.

"Ohh kau yang menabrakku tadi kan? Jadi ini milikmu?" Tanya seseorang disebrang sana.

'Oh orang ini, jangan-jangan orang yang aku tabrak tadi pagi. Orang yang terlihat seperti preman itu, oh my god aku harap ponselku baik-baik saja.' Ucap Sana dalam hatinya.

"Baiklah bagaimana jika kita bertemu di cafe Byegee dekat stasion besok siang jam 11?". Ucap orang itu dengan nada tidak sopan.

"Oh ne, baiklah aku akan kesana tepat waktu, maaf telah merepotkanmu." Ucap Sana berusaha sopan dan memutuskan hubungannya.

Sana terlihat sangat tidak bahagia, ia pikir dari banyaknya umat manusia kenapa harus orang seperti dia yang menemukan ponselnya. Tapi tidak apalah, mungkin dia idak sejahat penampilannya.

Malamnya Sana tertidur pulas berusaha untuk tidak tidur larut malam agar tidak terjadi ritual seperti tadi pagi.

***
Matahari sudah mulai muncul untuk membangunkan Sana agar cepat menjalani aktivitasnya. Hari ini Sana akan mengikuti kelas pagi dan tidak lupa jam 11 untuk mengambil smartphone nya kembali. Ia turun dari kamarnya dan ikut sarapan pagi bersama keluarga kecilnya. Tidak ada ritual pagi ini karena Sana sudah bisa mengatur semuanya. Hari ini Sana terlihat sangat santai dengan pakaian kemeja warna putihnya dipadu dengan celana jeans dan juga sepatu sneakersnya.

"Sana-ya paman dengar dari San Ha ponselmu hilang. Apa itu benar?" Tanya paman Park kepada Sana.

"Ne samchun, tapi untung ada seseorang yang baik hati yang mau menyimpannya buatku hari ini aku berencana untuk mengambilnya." Jawab Sana.

"Ohhh begitu? Hati-hati Sana belakangan ini banyak orang yang mencoba menghipnotismu dengan modus seperti yang kau alami. Pastikan kau membawa alat penyengat listrik yang waktu itu paman kasih." Jelas paman Park.

"Ne, samchun. Aku berangkat dlu." Pamit Sana.

Jam 11.00 Byegee cafe
Sana menunggu seseorang yang secara teknis menemukan ponselnya, sambil menunggu orang tersebut sana memesasesekali iaia melihat jam ditangannya namun orang itu tidak datang juga. Apa dia salah cafe atau memang orang itu yang tidak menepati janjinya Sana tidak tahu. Ia sudah mulai merasa bosan menunggu orang tersebut.
'Kemana orang itu? Apa dia berbohong untuk mengembalikan ponselku? Apa aku telah ditipu olehnya?'
Ucap Sana dalam hati khawatir jika ponselnya yang berharga itu tidak kembali. Haktu menunjukan pukul 12.00 Sana sudah menunggu kurang lebih satu jam tapi orang itu tidak datang juga. Akhirnya Sana bangkit dari kursinya dan bersiap untuk pulang. Diperjalanan Sana sangat kesal dengan orang itu, siapapun dia, berapapun usianya, yang jelas dia tidak menepati perkataannya.

Sesampainya di rumah Sana disambut oleh bibi Han yang sedang menonton drama kesukaannya.

"Sana-ya, kau sudah pulang. Sini duduk temani Imo nonton kapten Yoo Si Jin. Lagi seru-serunya." Cerita bibi Han heboh. Sana tidak menjawab hanya melemparkan senyum dan naik kekamarnya, melihat wajah Sana yang tampak tidak bahagia bibi Han jadi penasaran apa yang sebenarnya terjadi. Diam-diam bibi Han naik ke kamar Sana dan melihat Sana sedang terbaring di kasurnya.

"Sana-ya, boleh Imo masuk?" Tanpa menunggu jawaban dari Sana, bibi Han masuk dan duduk disamping Sana dan bertanya.

"Apa ada sesuatu yang terjadi Sana-ya?" Tanya bibi Han.

"Tidak, hanya saja hari ini aku belum bisa mendapatkan ponselku kembali." Cerita Sana.

"Omo, jinjja? Bukannya tadi pagi kau bilang akan mengambilnya? Apa orang itu menipumu?" Selidik bibi Han.

"Ne, dia tidak datang dan membuatku menunggu lama. Imo..." Sana terdiam sejenak dan langsung melanjutkan.
"Didalam ponselku itu ada harta yang sangat berharga bagiku. Kenanganku bersama eomma, appa ada didalamnya. Ponsel itulah satu-satunya yang aku miliki. Bagaimanapun caranya aku harus mendapatkannya kembali." Ucap Sana sembari meneteskan air mata, bibi Han sangat tahu dengan perasaan keponakannya yang satu itu. Bibi Han langsung mendekati dan memeluk Sana dengan erat. Kenangan 7 tahun itu memang sulit dilupakan oleh Sana. Hari itu merupakan hari terberat bagi keluarga mereka. Keluarga Minatozaki dikenal sebagai keluarga yang sangat harmonis dan baik kepada semua orang. Mereka selalu membantu orang yang membutuhkan bantuan.

"Imo tahu kau pasti sangat sedih, sebenarnya kau hanya takut Sana-ya. Kau takut tanpa foto-foto itu kau akan lebih cepat melupakan mereka kan? Imo sangat mengerti Sana-ya. Tenang saja, tanpa foto-foto itu kau masih bisa mengingat dan mengenang mereka. Merka akan selalu ada disini. Dihatimu. Seberapa besar kau tumbuh, sejauh apapun kariermu, mereka akan selalu bersamamu Sana. Ditambah kau juga memiliki kami. Kau tidak akan sendiri." Ucap bibi Han yang terus merekatkan pelukannya pada Sana. Sana yang dipeluknya hanya bisa menangis sejadi-jadinya meluapkan kesedihannya.

Bibi Han melepaskan pelukannya dan meminta Sana untuk membersihkan dirinya sementara ia akan memasakkan makanan kesukaan Sana yaitu, kimchi stew.

Setelah Sana membersihkan badannya ia langsung turun dan duduk di meja makan.

"Noona, tugasku yang kemarin kau bantu mendapatkan nilai tertinggi dikelas. Gomawo noona, berkat bantuanmu." Ucap San Ha mencoba menghibur Sana.

"Wahh daebak, aku hanya mencontohkan beberapa soal padamu San Ha-ya, sisanya kau sendiri yang melakukannya. Chukkae." Ucap Sana sembari tersenyum.

"Aniii, San Ha-ya. Boleh noona meminjam ponselmu lagi? Aku akan menelpon ke ponselku lagi. Bolehkah?" Tanya Sana.

"Geurom, noona."

"Gomawo.."

Sana langsung menuju dapur dan menghubungi ponselnya. Tersambung. Tidak ada yang mengangkat teleponnya. Sana mencoba lagi tapi hasilnya nihil. Sana menyerah dan hendak mengembalikan ponselnya pada San Ha, tapi tiba-tiba ponselnya berdering, dan terdapat nama Sana Noona di layar ponsel San Ha, Sana langsung mengangkatnya.

"Yaa, sebenarnya kau siapa? Kenapa tidak menepati perkataanmu? Dasar tukang tipu." Kesal Sana.

"Yaaa sudah? Dasar cerewet,aku tidak datang tadi karena ada urusan. Baiklah besok akan aku kembalikan. Jam dan tempat kau yang menentukan. Bagaimana? Call?" Ucap orang itu.

"Call. Baiklah temui aku jam 10 pagi di perpustakaan Seoul. Datanglah tepat waktu. Arraseo?" Jawab Sana dengan nada sedikit mengancam.

"Ne."
Hanya dengan jawaban singkat sambunganpun terputus. Sana sangat tidak suka dengan cara bicara orang itu. Sangat tidak sopan. Meskipun dia nantinya jika lebih tua dari Sana seharusnya dia berkata sopan karena mereka belum saling mengenal.
Sana harap hari esok segera datang dan ia dapat bertemu dengan orang tak tau sopan santun itu.

To be continued 😉

Precious Life (Completed)Where stories live. Discover now