4.3 Kasus Pengemis Amatir (part 2)

1.9K 85 0
                                    

Ia melambai padaku dan aku mengikutinya menuruni tangga panjang dan dalam ke ruang bawah tanah gudang itu. Saat itu cukup gelap, tapi ada secercah cahaya datang dari katup kecil di tengah pintu. Ia sudah akan mengetuk pintu itu, ketika kutahan tangannya. "Madam, tolong berbaik hatilah beri tahu saya kemana Anda membawa saya."
"Kami mempunyai sebuah . . . sebuah klub di ruang bawah tanah ini," katanya dengan nada ragu-ragu.
"Ayo, Anda akan melihatnya sendiri sebentar lagi." Ia mengetuk dengan pola tertentu. Satu kali, berhenti, kemudian tiga kali. Ia melakukan ini hanya satu kali lagi. Satu kali, berhenti, kemudian tiga kali.
Kami menunggu sesaat dan katup kecil yang menutup bukaan di tengah pintu didorong ke samping.
Siluet seorang pria menyatu dengan lajur- lajur cahaya terang yang keluar dari bukaan itu. "Siapa yang mengetuk?" kata si pria. "Nomor tujuh," kata wanita dalam pakaian compang-camping. "Sebutkan kata sandinya." "Ke arah lentera." "Kau boleh masuk." Saat katup kecil itu tertutup aku menoleh pada wanita itu dengan heran. "Klub Anda ini pasti sangat rahasia, madam." "Memang, dokter." Pintu terbuka dan seorang pria kecil mengawasi kami saat kami melewatinya dan berjalan melalui koridor pendek. Aku seakan-akan mendengar musik piano dari kejauhan. "Madam," aku berkeras padanya, "aku sangat berharap Anda mau memberi tahu ke mana Anda membawaku. Ini tampaknya seperti jalan masuk ke sarang opium atau dapur pencuri." "Jangan takut, dokter, Anda tidak dalam bahaya."
Ia membuka sebuah pintu kedua dan musik piano memenuhi telingaku. Di sana di depan mataku ada sebuah ruangan besar berperabot mahal, penuh dengan orang-orang yang berbicara, beberapa berpakaian malam lengkap dan beberapa berpakaian pengemis! "Ini, dokter, apakah tampak seperti dapur pengemis?" "Saya tak dapat mempercayai mata saya, madam. Sungguh kumpulan orang yang aneh! Benar- benar mengherankan! " Tiba-tiba, menjulang di atasku seorang pria besar, berbekas luka dalam, dengan mata menyala- nyala dan kepala dengan rambut yang ditarik ke belakang dan diikat, seperti gipsi. Ia juga berpakaian pengemis, dengan sebuah belati ditancapkan di ikat pinggangnya. "Nomor tujuh," katanya, "siapa pria ini?" "Ia dokter. Aku pergi menjemputnya." "Kupikir aku sudah bilang tak boleh ada orang asing di sini!" "Begini, tuan," kataku marah, "Saya sudah amat sabar sejauh ini, tapi kesabaran saya sudah mulai habis. Biarkan saya menemui pasien saya saat ini juga, atau tunjukkan jalan keluar! Waktu saya berharga dan saya tidak berencana membuang-buangnya!" "Saya minta maaf, dokter," kata wanita itu, yang kemudian berbalik pada pria tinggi dan kokoh itu, "di mana Julian?" "Ia berada di ruang belakang," katanya dengan sebuah isyarat, menunjuk pintu besar di satu sisi. "Dan bila Anda tahu apa yang baik buat Anda, Dokter siapa pun Anda bilang nama Anda, Anda akan melupakan semua yang Anda lihat di sini!" "Berhenti mengancam saya, sir! Saya tidak tertarik dengan klub sialan Anda! Cukup bawa saya ke pasien saya!" Tanpa kata-kata lagi, pria tinggi itu berjalan ke ruangan itu, aku mengikutinya dengan wanita itu di sebelahku. Ruangan kedua ini lebih kecil, tapi juga berperabotan mahal. "Inilah pria yang kami ingin Anda periksa, Dokter," kata pria tinggi itu, menunjuk seorang pria berpakaian bagus yang terbaring di atas sofa beludru. "Yah, seseorang lebih baik memberi tahu saya apa yang terjadi padanya," kataku.
"Ia jatuh dari tangga yang menuju ruang klub," kata wanita muda itu. "Kenapa Anda memindahkannya?" "Kami ingin ia merasa nyaman." "Itulah hal terburuk di dunia yang bisa kalian lakukan," kataku cemas, "jangan pernah memindahkan seseorang dengan tengkorak terluka!" "Apakah ia akan sembuh, dokter?" kata wanita muda itu. Kuperiksa pria itu saat wanita itu berbicara, kemudian, menghembuskan nafas dalam-dalam, aku berbalik ke wanita itu. "Tidak, madam, saya khawatir ia tak akan sembuh. Lehernya patah.
Ia sudah mati." "Julian, mati!" teriak wanita itu, tangannya menutupi mulutnya yang bergetar. "Anda yakin, dokter?" tanya pria tinggi itu, mengawasiku dengan curiga. "Tentu saja saya yakin, tuan. Saya khawatir Anda memerlukan seorang pengurus pemakaman sekarang, bukan seorang dokter." Pria tinggi berpenampilan kasar itu membungkuk di atas tubuh itu sejenak, menggelengkan kepalanya, kemudian berbalik ke arah pintu. "Aku harus memberi tahu yang lain," katanya. Ia memasuki ruang utama dan mengangkat tangannya. "Tenang, semua, tenang! Julian sudah meninggal." Suara gumaman timbul dari berbagai pengemis dan orang-orang berpakaian bagus mulai berbicara diantara mereka sendiri. Beberapa anggota klub maju kedepan dan masuk ke dalam kamar untuk meneliti Julian yang sudah meninggal itu. "Ini mengerikan," kata seorang pria kecil berpakaian tak bercela. "Siapa orang ini?" "Ia seorang dokter." "Demi Tuhan, kita harus mengeluarkannya dari ini sekarang juga. Kita tidak ingin ada orang asing berkeliaran!" Beberapa anggota mulai memprotes kehadiranku dengan marah. "Sebentar," kataku keras untuk meredakan kegelisahan mereka, "saya yakinkan Anda, tuan-tuan dan nyonya-nyonya, saya tak punya niat sedikit pun untuk tinggal di sini satu menit lebih lama lagi. Bila Anda menunjukkan jalan keluar pada saya lagi, Madam, saya akan mencoba mencari kereta sendiri, di distrik yang diabaikan Tuhan ini, dan pulang!" "Tunjukkan jalan keluar padanya dan beri dia upahnya!" "Silakan ikuti saya," kata wanita muda yang telah memanggil layanan saya.
Ia menunjukkan jalan keluar, dan menemani saya keluar. "Apakah Anda keberatan, bila saya mengantar Anda pulang, dokter?" katanya bernada minta maaf. "Terus terang, nona muda, saya lebih senang demikian. Setelah pengalaman ini saya merasa saraf saya tidak dalam keadaan semestinya." "Anda jangan marah pada saya, dokter, tolong." "Pada siapa saya kirimkan tagihan saya, madam?" "Ini ada uang lima pound. Ini seharusnya setimpal dengan waktu dan kesulitan Anda, bukan?" "Tidak, tidak. Itu terlalu banyak, madam," kata saya terkejut dengan jumlah besar yang ingin dibayarkannya pada saya. "Ini sudah larut, dokter, dan bukan kasus yang sangat menyenangkan bagi Anda. Tolong terima lah." "Anda sangat baik. Sangat murah hati.
Namun saya ingin tahu, bagaimana Anda bisa datang ke tempat saya pada mulanya?" "Saya sedang berkendara mencari-cari seorang dokter, dan seorang polisi menunjukkan pada saya rumah Anda. Bolehkan saya datang besok pagi untuk mengambil sertifikat kematian?" "Tentu, madam. Apakah Anda ingat alamat saya?" "Ya, tapi saya tak tahu nama Anda." "Watson. Dr. John H. Watson." "Dr. Watson?" katanya, "bukan Dr. Watson yang berteman dengan Sherlock Holmes?" "Yah, madam," kataku, cukup senang, "Saya tersanjung Anda mengenal saya." Ia melangkah mundur, tampang ketakutan tampak di wajahnya. "Selamat malam, dokter. Dan tolong, lupakan segala yang Anda lihat di sini malam ini." Dengan berkata demikian, ia berbalik dan lari kembali ke gudang itu, hujan menghalangi pandangan akan wanita itu dalam lingkaran kegelapan. Aku berdiri kebingungan selama beberapa lama, tak dapat mengerti bukan saja ketakutannya, tapi seluruh alasan di belakang sekelompok orang yang begitu luar biasa yang mengadakan suatu kegiatan seperti klub tempat mereka berpesta. Seperti sudah diatur nasib, aku melihat sebuah kereta kuda tidak jauh dari situ, menegakkan kerah jaketku untuk melindungiku dari hujan yang menggigit dan lari menghentikannya. Tidak lama kemudian aku kembali dalam perjalanan menyeberangi kota, kali ini kembali pada kenyamanan tempat tinggalku yang hangat.
Saat aku duduk di kereta, aku merenungkan petualangan larut malam yang menakjubkan ini dan memutuskan akan lebih baik bila aku memberitahu teman baikku Holmes tentang seluruh kejadian itu. Keesokan harinya aku duduk berhadapan dengan Holmes saat kami menikmati sarapan pagi. Aku memberitahunya seluruh cerita, tanpa meninggalkan detail satu pun yang dapat kuingat. Ia duduk, mendengarkan dengan cermat sambil menghabiskan makanannya. "Dan itulah semuanya, Holmes. Salah satu petualangan paling aneh yang pernah kualami tanpa kau ada di sisiku." "Sangat menarik, Watson.
Kau berkata ruang bawah tanah ini berperabotan mewah?" "Ya, dan seperti yang kuceritakan, aku sangat terkejut oleh campuran mengherankan orang- orang di situ. Beberapa berpakaian compang-camping dan beberapa berpakaian malam." "Seperti di sajak kanak-kanak. Beberapa compang-camping, beberapa berpening dan beberapa bergaun beludru." "Tepat, Holmes. Bahkan perasaan bahwa aku sedang mengambil bagian dalam cerita dari 1001 Malam. Harus kuakui aku amat marah saat itu. Namun, setelah tidur yang nyenyak, aku merasa cukup berbeda pagi ini." "Akan menyenangkan untuk melihat apakah ada reaksi dari petualangan anehmu yang mencapai kita." "Kuragukan itu. Wanita itu tampak takut setengah mati waktu kusebutkan namamu." "Kita lihat nanti. Sementara itu, aku menunggu seorang klien. Bila kau tidak terlalu sibuk dengan praktekmu, aku akan sangat berterima kasih bila kau mau mencatat dan mengamati masalah itu." "Aku mau sekali, Holmes. Tahukah kau siapa klien itu?" "Telegram ini akan memberitahumu lebih hanyak dari yang aku bisa," katanya, menyerahkan selembar kertas yang berada di atas meja di dekatnya. "Ini tiba sejam lalu." Ia berdiri dan berjalan ke jendela.
Hujan masih lurun, membasahi jalanan hingga bersih bukan saja dari kotoran dan debu biasa, tapi juga dari semua orang dan kendaraan, kecuali beberapa kereta dan delman. Kubaca telegram itu keras-keras. "'Tetaplah di tempat tinggalmu untuk mendiskusikan masalah kita.
Titik.' Telegram itu ditandatangani A.M.S. Pesan yang cukup sombong. Tetaplah di tempat tinggalmu! Tak ada tolong. Apa menurutmu kepanjangan A.M.S.?" "Aku sedang mengotak-atik masalah itu," katanya kembali ke tempat duduknya. "Mungkinkah itu American Medical School?-Sekolah Kedokteran Amerika?" "Tidak, Watson, tak ada lembaga semacam itu, kau sedang membicarakan Asosiasi Medis Amerika.
Nada aneh dalam pesan membuat aku yakin bahwa A melambangkan Amatir." "Sangat mungkin. Amateurs Maskers Society-Organisasi Pemakai Topeng Amatir." "Atau, Watson, Amateur Murderers Society-Organisasi Pembunuh Amatir," kata Holmes, sambil tertawa. "Itu ide bagus, bukan?" Bel pintu berbunyi dan Holmes berdiri, pengharapan tampak di wajahnya. "Itu utusan mereka, tak diragukan lagi, untuk menyelamatkan kita dari pekerjaan menebak- nebak." Aku pergi ke jendela dan melihat keluar, berharap dapat melihat sekilas siapa yang datang mengunjungi Holmes. "Holmes," kataku, "itu tampaknya sama seperti kereta yang kutumpangi kemarin malam! Tapi gadis yang berdiri di depan pintumu berdandan dalam gaya tingkat tinggi." "Hebat, Watson. Kecuali tebakanku salah, kita belum mendengar akhir petualanganmu. Pergi dan temui wanita itu di puncak tangga, teman lama,
dan selamatkan kaki Mrs. Hudson." Kulakukan yang disuruh Holmes dan membuka pintu tepat saat wanita muda yang sangat mempesona mencapai puncak tangga. Kuantar wanita itu masuk saat ia membalasku dengan sebuah senyuman.
"Mr. Sherlock Holmes?" katanya, berputar ke arah temanku. "Siap melayani, madam. Maukah Anda duduk?" "Saya Lady Dorothy Broxton." "Tapi suara Anda," kata saya bingung, "Anda wanita yang menjemput saya kemarin malam, berdandan seperti wanita pengemis." "Ya, memang, Dr. Watson. Maafkan saya karena begitu misterius waktu itu." "Tak diragukan lagi Anda datang untuk berkonsultasi dengan saya sehubungan dengan kecelakaan tak menguntungkan di Amateur Mendicant Society-Organisasi Pengemis Amatir." "Bagaimana Anda tahu apa kepanjangan inisial itu, Mr. Holmes?" "Itu tidak terlalu sulit. Setelah mendengar cerita Dr. Watson akan kejadian kemarin malam, konotasi itu kelihatan jelas, benar bukan?" "Tepat. Kemarin malam ketika Dr. Watson memberi tahu kami bahwa Julian sudah meninggal, kami pikir itu kecelakaan." "Dan sekarang," potong Holmes, "Anda pikir itu pembunuhan? Lady Broxton, bila Anda mengharapkan pertolongan saya, harus tak ada lagi misteri. Apa sebenarnya Amateur Mendicant Society?" "Saya khawatir sedikit sulit bagi Anda untuk mengerti motif kami. Kami adalah sekelompok orang, saya rasa orang-orang yang cukup kaya, yang mencari kesenangan dengan secara bebas menganut kehidupan palsu menyamar sebagai pengemis. Kami menggunakan ruang bawah tanah tempat Anda berada kemarin, dokter, sebagai kantor pusat kami. Kami menyimpan pakaian pengemis kami di sana, dan berganti pakaian sebelum pulang." "Sungguh ide yang fantastis," kataku, tidak puas dengan segala urusan ini. "Sungguh cara yang sia-sia dan tak berharga untuk menghabiskan waktu luang Anda, Lady Broxton." "Kurasa pasti kelihatannya begitu, Mr. Holmes.
Tapi kami ingin mempelajari bagaimana orang lain hidup. Tentu saja, ada kesenangan tersendiri bersenggolan bahu dengan polisi. Paling tidak kami melakukan kebaikan." "Begitu?" kata Holmes ingin tahu, "saya ingin tahu bagaimana." "Uang yang kami dapatkan sebagai pengemis kami berikan untuk amal." "Oh, betulkah begitu? Dan Anda merasa bahwa tindakan yang Anda lakukan membebaskan Anda dari tanggung jawab pada pengemis betulan yang kehidupannya Anda saingi!" kata Holmes jijik. "Saya belum pernah berpikir seperti itu," kata Dorothy Broxton. "Jadi, saya rasa Anda tidak akan membantu kami, Mr. Holmes?" "Itu masalah lain, madam. Sebagai detektif profesional saya tidak bisa menjadi moralis. Ya, saya akan menyelidiki kasus ini untuk Anda, walaupun saya peringatkan Anda bayaran saya akan sangat tinggi!" "Uang tidak menjadi masalah, Mr. Holmes, selama kita dapat memecahkan kematian Julian tanpa mengikutsertakan polisi dalam kasus ini." "Lady Broxton," Holmes berkata tajam, "siapa pria yang meninggal ini? Pria yang Anda sebut sebagai Julian?" "Julian Trevor, penyair. Ialah yang mendirikan organisasi kami." "Julian Trevor, ya, saya pernah membaca beberapa karyanya. Merosot. Jelas merosot." "Apa yang membuat Anda berpikir ia dibunuh, Lady Broxton?" tanyaku. "Setelah Anda pergi kemarin malam, Dr. Watson, ada kejadian mengerikan. Apakah Anda ingat Sidney Holt?" "Apakah ia pria tinggi yang begitu tak menyenangkannya pada saya?" "Ya, itulah dia. Ia berkata bahwa ia melihat Lord Cecil sengaja menjegal Julian saat ia tiba di puncak tangga." "Siapakah Lord Cecil ini?" tanya Holmes. "Lord Cecil Dearingforth, putra Earl of Meerschaum. Saat itu timbul perselisihan keras.

TO BE CONTINUE

Sherlock Holmes SeriesWhere stories live. Discover now