4.9 Petualangan Biarawan Tak Berkepala ( Part 1 )

2.5K 97 1
                                    

MENUJU akhir bulan November tahun 1896, kabut kuning tebal turun di London. Hampir selama sebulan tak mungkin, dari ruang kami di Baker Street, melihat garis tepi rumah di hadapan kami. Saat itu sangat menekan bagi Holmes dan aku sendiri. Seringkali, bila aku tidak mengerjakan cerita tentang temanku Holmes, aku akan memikirkan kembali kejadian-kejadian di London Times. Seakan-akan seluruh kota berdiri diam, kabut tak pernah menipis, siang maupun malam.

Menurutku, saat itu amat berat bagi temanku Holmes, karena ia selalu punya sifat tak bisa diam, terus-menerus bergerak, dan menjadi begitu terjebak di rumahnya sendiri adalah sama seriusnya dengan terpencil dari dunia penyelidikan kejahatan yang begitu dicintainya.

Hari pertama kabut turun, Holmes menghabiskan waktu mengindeks silang buku referensi kriminalnya yang besar. Pada hari kedua dan ketiga ia mencoba dengan sabar menyibukkan diri dengan subyek yang baru-baru ini menjadi hobinya, musik Abad Pertengahan. Tapi, pada hari keempat, ketika, telah mendorong mundur kursinya setelah sarapan, ia melihat kabut tebal itu, dihiasi debu pabrik berputar-putar melewatinya, kesabaran Holmes dan sifatnya yang aktif tak dapat lagi menahan diri terhadap benda membosankan itu.

Ia berjalan mondar-mandir dengan gelisah di ruang duduk kami, menyindir keadaan tak bisa bertindak. Setelah beberapa menit pembukaan ini, ia menghadapiku dan berbicara.

"Kurasa tak ada yang menarik di koran, Watson?" katanya tegang.

"Ada kabar bahwa mungkin terjadi revolusi, dan suatu perubahan yang akan datang di pemerintahan. Namun tak ada yang menarik bagimu. Tak ada kejahatan sekecil apa pun."

"Tampaknya penjahat London jelas orang yang membosankan dan tak mau berusaha belakangan ini. Lihat keluar jendela, Watson. Lihatlah ke bawah, bagaimana sosok manusia menjulang, terlihat samar dan kemudian sekali lagi hilang di balik kabut. Sungguh hari yang tepat untuk pencurian dan pembunuhan! Ia dapat menjelajah London seperti harimau menjelajah hutan, tak terlihat hingga ia menerkam, bukti yang terlihat hanya oleh korbannya."

"Pikiran yang sungguh ceria," kataku berkelakar.

Saat itu, Holmes dan aku dapat mendengar bel pintu di bawah.

"Halo, aku ingin tahu siapa itu? Kau mengharapkan seseorang, Holmes?"

"Tidak. Itu mungkin tamu Mrs. Hudson, atau mungkin tukang pipa lokal akhirnya berkenan merendahkan diri untuk memperhatikan semburan gas bocor di lorong kita."

"Kurasa kau salah dalam keduanya," aku menyela. Aku bisa mendengar suara kaki Mrs. Hudson di tangga. Sesaat kemudian Mrs. Hudson mengetuk pintu kami dan masuk. Ia mengumumkan bahwa seorang pria ingin menemui Holmes.

Ia menyerahkan kartu nama pria itu, yang dilirik Holmes dengan cepat, sebuah senyum keterkejutan tampak di wajahnya.

"Mortimer Harley, hah? Antarkan orang itu ke atas, Mrs. Hudson." "Baik, sir," jawabnya kemudian pergi menjemput Mr. Harley. "Mortimer Harley, dan siapa itu, Holmes?"

"Aku belum pernah bertemu dengannya secara pribadi, tapi aku cukup akrab dengan reputasi ilmiahnya."

"Nah, jangan membuat aku tegang, Holmes, beri tahu aku siapa dia. Dalam hal apa spesialisasinya?"

"Kurasa orang menyebutnya sebagai salah satu orang yang sangat berkuasa pada segala hal yang menyangkut ilmu gaib."

"Maksudmu pria itu terjun dalam hal-hal supranarural, dan yang semacamnya?" tanyaku, keingintahuanku berbicara.

"Maksudku, Watson yang baik, Mortimer Harley adalah pria yang sangat pandai dengan pengetahuan ilmiah yang sangat komprehensif dalam bidangnya, dan sangat percaya pada keberadaan kekuatan supranatural."

Sherlock Holmes SeriesWhere stories live. Discover now