Story!

256 12 2
                                    

Jam menunjukkan pukul 18.00 WIB. Dan Mhesya baru sampai rumah.
     Seharusnya Mhesya mungkin sudah sampai jam 4 sore. Tapi, bang Maman sopir Mhesya telat menjemput Mhesya, karna bang Maman sempat nyasar dan harus bertanya beberapa kali kepada orang-orang jalan menuju SMA Karya Siswa sekolah Mhesya.
     Bang Maman untuk pertama kalinya juga menginjakan kaki di Jakarta dan juga baru sekali bang Maman kesekolah Mhesya saat mengantari Mhesya bersama papah dan abangnya mendaftar, bang Maman sempat lupa. Belom lagi saat perjalan pulang, Mhesya dan bang Maman terkena macet yang membuat Mhesya pulang jam segini.
     Mhesya mulai menaiki anak tangga dan menuju kamarnya. Saat lampu dinyalakan, Mhesya berteriak histeris.
     "Aaaaaa.... seeeee..ta..t.ta.nnnn... seeetaaannnn...." Teriak Mhesya ketakutan dan langsung menutup wajahnya dengan kedua tangan Mhesya. Tiba-tiba ada suara yang tak kalah takutnya dengan Mhesya.

     "Mana de?, mana? Mana setannya?."

     Mhesya sepertinya kenal dengan suara itu. Suara abangnya, suara Dimas. Mhesya langsung menurunkan tangannya. Benar saja, ternyata yang Mhesya kira setan ternyata itu adalah abangnya sendiri yang ada dikamarnya.

     "Ih abang ngapain sih dikamar aku. Gelap-gelapan lagi. Lampunya nyalahin kek. Aku kira kan abang setan. Huh." Ujar Mhesya yang masih syok.

     "Ya abang nungguin kamu pulang. Abang soalnya mau cerita sesuatu yang penting sama kamu." Dimas pun kembali keposisinya, kembali tiduran.

     "Eh kamu lama banget pulangnya, abang ketiduran deh gak sempet nyalahin lampu." Jelas Dimas.

     Mhesya berjalan ke arah ranjang dan duduk dipinggiran ranjang sambil melepaskan sepatunya dan kaos kakinya. Lalu Mhesya menghempaskan badannya diranjang yang sangat empuk.

     "Abang mau ngomong apa sebelum aku tidur nih." Kata Mhesya yang mulai lelah.

     "Sebelum abang cerita, kamu ceritain dulu kenapa kamu bisa pulang jam segini?."

     Mhesya menceritakan seluruhnya dari kejadian disekolah sampai kejadian bang Maman telat menjemput.

     "Siapa tuh cowo?. Apa perlu abang kesekolahan kamu, biar abang kasih pelajaran kedia?. Berani-beraninya dia ngerjain ade abang kaya gini, gak mau minta maaf lagi." Celoteh Dimas tak terima.

     Abang Mhesya memang terkenal jagoan saat SMA disekolahnnya. Padahal saat SMP Dimas sangat pendiam dan gampang jadi bulan-bulanan anak-anak bandel di SMP-nya. Itu-lah mengapa Dimas berubah menjadi cowo bandel karna dia tak ingin ditindas lagi. Tapi, dimas bukan cowo yang berengsek yang main pukul atau hajar orang dengan seenaknya.

     "Ih apaan sih bang, aku gak suka keributan atau kekerasan. Lagian aku juga gak peduli sama tuh cowo. Udah ah gak usah dibahas." Tolak Mhesya.

     "Oiya, tadi abang mau cerita  apa?."

     "Oiya, abang mau cerita tentang mantan abang itu de. Mantan yang sampe sekarang abang belom bisa move on dari dia."

     "Ohh. Ka Nadia." Tiba-tiba saja raut muka Mhesya berubah. Sebelumnya Mhesya sangat antusias mendengar cerita abangnya itu menjadi tidak mood lagi mendengarnya.
     Mhesya pun bangun, dan duduk. Seakan dia ingin mau menjauh dari abangnya. Tak ingin disebelah Dimas.
     Dimas yang sadar akan perubahan wajah dan mood Mhesya membuat Dimas heran. Dimas pun ikut bangun, dan duduk menyamai Mhesya.
     "Kenapa de?, kok muka kamu kaya gak suka gitu sama Nadia."
     "Iya, emang gak suka." Balas Mhesya terang-terangan.
     "Kenapa si de?, Nadia itu baik tau."
     "Ya, gak suka aja. Abisnya dia kaya mencuri abang dari aku. Perhatian, waktu, dan lain-lain. Setiap hari jalan terus jadi jarang dirumah. Terus kalo abang dirumah kerjaannya telponan lah SMSan lah. Setiap mau cerita ke abang selalu aja ada halangan, dan halangannya itu selalu ka Nadia." Jelas Mhesya meluapkan segala kekesalannya.
     "Ouhh. Karna itu?, hahahaha. Ngangkak abang dengernya." Dimas tertawa geli. Dimas mengusap kepala adiknya itu dengan lembut membuat rambut Mhesya berantakan. Mhesya langsung menatap abangnya heran. Mhesya jadi bingung dengan abangnya. Apa Mhesya salah ngomong?, apa omongan Mhesya terlalu berlebihan?, pikir Mhesya.
     "Makanya kamu tuh de, jangan jomblo-jomblo amat deh. Wkwkwkwk. Emangnya Nico gak merhatiin kamu apa?"
     "Ih apaan si bang, kenapa coba bawa-bawa Nico segala. Dia itu udah masa lalu. Udah ah gak usah dibahas." Ambek Mhesya.
     "Emang aku salah ya kalo aku cemburu sama ka Nadia." Lanjut Mhesya.
     "Engga kok sayang." Kata Dimas dengan lembut sambil mengusap kepala Mhesya dengan gemas.
     "Nico masih SMS kamu de?. Dia pasti belom bisa move on dari kamu, iya kan?."
     Mhesya pun mengganti posisinya menjadi menghadap Dimas. Raut muka Mhesya seakan sedang ingin membicarakan hal yang penting pada abangnya itu.
     "Iya bang, kayanya sih gitu. Dia masih terus SMS aku, malah kadang-kadang telfonin aku. Aku sih gak pernah respon." Curhat Mhesya.
     "Terus dia SMS aku. Kalau kita tuh belom putus. Kita masih pacaran. Terus katanya dia gak peduli walaupun dia gak pernah aku respon. Dan katanya bang, dia bakal nyari aku. Malah katanya dia tau aku ada dimana sekarang." Lanjut Mhesya.
     Nico adalah mantan Mhesya. Dulu, saat Mhesya masih pacaran dengan Nico. Nico sangat sayang sekali dengan Mhesya begitupun dengan Mhesya. Tapi cara menyampaikan rasa sayang Nico terhadap Mhesya sangat berlebihan, membuat Mhesya tak betah melanjutkan hubungan mereka. Nico terlalu over protective terhadap Mhesya. Membuat Mhesya tak bebas bermain dengan siapapun. Mhesya hanya boleh bermain dengan teman perempuannya saja. Sampai-sampai saat Mhesya kerja kelompok dengan lelaki, Nico harus ikut dengan Mhesya. Nico selalu takut Mhesya menyukai lelaki lain. Memang sih Mhesya dulu banyak sekali disukai lelaki disekolahnya dari ade kelas sampai kakak kelas. Bahkan saat Mhesya jadi kakak kelas tak ragu-ragu ade kelas mendekati Mhesya. Hal itu membuat Nico terlalu menghawatirkan cinta Mhesya kepada Nico. Nico takut Mhesya berpaling. Mhesya pernah hampir ingin ditampar Nico saat Mhesya ketauan berduaan dengan lelaki didalam kelasnya saat pulang sekolah dan kelas sudah sepi. Lelaki itu teman sekelasnya. Nico langsung menghampiri Mhesya dan langsung menghajar lelaki itu tanpa meminta penjelasan dan Nico pun langsung menarik tangan Mhesya dan membawanya ketaman sekitar sekolahnya itu.

Flashback

     Tubuh Mhesya dihempaskan dengan kasar kedinding samping sekolahnya itu. Kedua tangan Nico disenderkan didinding dekat sisi bahu kanan dan bahu kiri Mhesya. Nico mendekatkan wajahnya ke wajah Mhesya membuat Mhesya refleks mundur menjauh dari wajah Nico. Kini wajah Mhesya dengan wajah Nico hanya berjarak 30 cm. Wajah Nico penuh dengan kemarahan membuat Mhesya takut.
     Nico menatap Mhesya lama dan tak berbicara. Hanya menatap penuh amarah.
     Mhesya hanya bisa menatap kebawah tak berani menatap Nico.
     "Kamu tau kan kenapa aku marah kaya gini?." Tanya Nico dan masih dengan posisi yang sama.
     Mhesya hanya diam dan tak menjawab. Napas Mhesya tak beraturan. Mhesya takut. Mhesya takut saat lelaki memarahi Mhesya.
     "Gak bisa jawabkan?. Seharusnya kamu tuh tau kalau aku tuh gak suka kamu deket sama cowo lain. Apalagi sama dia. Kamu tau kan dia suka sama kamu?!. Suka banget. Jadi kamu jangan kasih harapan ke dia. Jangan kasih celah sedikit pun untuk dia deketin kamu."
     "Tapikan...." belom sempat Mhesya berbicara, Nico langsung memotong pembicaraannya.
     "Udah deh, ikutin apa kata aku."
     "Kalo kamu kaya gini terus. Aku gak akan betah sama kamu. Kamu gak berhak ngatur aku untuk aku main atau deket sama siapa pun. kalau kamu begini terus, yang ada aku lebih baik milih dia." Bentak Mhesya menumpahkan segala kekesalannya yang terpendam, membuat Mhesya tak bisa kendalikan nafasnya.
     Nico langsung refleks mengayunkan tangannya pada pipi kanan Mhesya. Nico menampar Mhesya. Tak begitu keras Nico menampar Mhesya, tapi itu membuat hati Mhesya sakit.
     Mhesya Sontak mengeluarkan butir-butir air dari kedua matanya. Mhesya menyentuh pipinya. Baru kali ini Mhesya ditampar seorang lelaki, bahkan orang tuanya pun belum pernah menamparnya sedikit pun
     "KITA PUTUS!." Tak ragu-ragu Mhesya mengucapkan kalimat itu. Mhesya pun pergi menjauh dari Nico.
     "Mhesya maaf. Aku gak bermaksud.... Mhesyaaaaaa...." Nico hanya bisa berteriak menatap punggung Mhesya yang semakin menjauh. Nico tak menghampirinya, karna Nico tau pasti ia tak ingin mendengar satu katapun dari Nico.
 
     Keesokan harinya Nico tetap memanggil "sayang" kepada Mhesya. Membuat Mhesya heran. Sudah jelas kalau Mhesya sudah memutuskan hubungan mereka.
     Tiba-tiba Nico merangkul Mhesya didalam kelas, seolah-olah tak terjadi apa-apa.
     Mhesya mencoba menyingkirkan tangan Nico dari pundak Mhesya, tapi Nico malah semakin mendekap Mhesya membuat Mhesya tak bisa menyingkirkan tangan Nico dari pundaknya. Mhesya kesal.
     "Nico, lepasin." Kata Mhesya kesal dan sambil mencoba menyingkirkan tangan Nico dari pundaknya. Tetap saja tangan Nico lebih kuat dari tenaganya.
     "Nico, kemarin udah jelaskan kalau kita...." Belum sempat Mhesya menyelesaikan perkataannya, tangan Nico sudah mendengkap mulut Mhesya. Dan Nico membisikan Mhesya tepat ditelinganya dengan kata-kata penuh penekanan.
     "Kita belum putus, Mhesya. Inget, kalau gua belom bilang putus, itu berarti kita belum putus. Gua gak mau putus kalau cinta gua ke elo belum hilang."
      Nico mengganggap Mhesya masih pacarnya. Berbeda dengan Mhesya yang menganggap hubungan mereka sudah berakhir, dan Nico bukanlah lagi pacarnya.
     Setelah Mhesya lulus, keluarganya memutuskan untuk pindah ke Jakarta.
     Mhesya memberitahu kepindahannya hanya pada gurunya dan kepada teman-temannya. Mhesya memberitahu teman dan gurunya agar tidak memberitahu Nico. Dan sampai sekarang Nico tak pernah tau Mhesya dimana tapi Nico terus mencari tau.
***

Hay reader. Readernya dikit banget nih. Bantu share dong wkwkwkwk. Sedih kan ya???-_-
Mau tau kelanjutannya? Pantengin terus yee. Wkwkkwk

3 In 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang