different

119 7 0
                                    

Mobil Marcedez biru milik marsel berhenti saat sudah didepan gerbang sekolah SMA Nusa Bangsa.

"Lo semua gak pada turun ?. Udah nyampe nih." Ucap Marsel heran pada ketiga temannya itu karna tak kunjung turun.

Yang sedang ditanya tetap bertahan pada posisinya lalu menjawab pertanyaan dengan gelengan.

"Kita cabut aja yuk, gak usah sekolah. Gimana ?." Ucap Aries yang duduk disamping Marsel.

Tian dan Seno yang duduk dibelakang mengangguk setuju.

"Boleh juga tuh." Ucap Tian setuju.

"Engga-engga, lo semua harus sekolah hari ini. Kalo nyokap lo sampe tau lo cabut, gua yang akan di intrograsi. Ogah banget dah gua."  Sergah Marsel tak setuju dengan ide Aries itu.

Karna rumah mereka berdekatan bahkan bersampingan, dan mereka sudah berteman sejak kecil.  Orang tua mereka pun sudah saling mengenal.

Jika sesuatu terjadi pada Marsel, orang tua Marsel pasti akan menyanyakan pada Seno, Tian, atau Aries. Begitu pun sebaliknya.

"Percuma gua sekolah kalo gak ada elo. Gak semangat gua. Kalo gak semangat segala pelajaran gak akan masuk." Ucap Seno.

Tian dan Aries mengangguk setuju.

"Lagiankan kalo gak ada elo, gak ada yang bisa jelasin kalo kita ga ngerti." Ucap Tian.

"Betul tuh." Ucap Aries dan Seno berbarengan.

"Alay lo semua. Udah sana-sana." Ucap Marsel serasa tangannya mengayun diudara seolah-olah mengusir.

Saat Tian melihat kearah luar tepat disamping Marsel, Tian melihat mobil merah berhenti tak jauh disamping mobil Marsel.

Tak lama lagi seorang gadis memakai baju putih abu-abu dan kardigan seragam merah ati keluar dari mobil itu dengan pelan-pelan.

Perempuan berambut panjang dan curly bagian bawahnya turun dengan cantiknya.

Tas jansport mewarna hijau tosca terpunggung dipunggungnya.

Sebelum gadis itu pergi, ia menyapa sambil tersenyum pada seorang lelaki yang ada dibalik kemudi.

Lelaki yang ada dibalik kemudi itu berekspresi cemas, tetapi gadis itu tetap tersenyum seolah-olah ia meyakinkan lelaki itu bahwa ia tak apa-apa.

"Eh liat tuh Sel." Ucap Tian sambil menunjuk kearah gadis itu.

Marsel mengikuti arah pandangan yang Tian tunjukan.

"Itu bukannya Mhesya ya, cewe yang sering lo gangguin itu ?." Tanya Tian sambil mencoba menegaskan pandangannya pada gadis itu

Marsel pun melihat gadis itu sambil menegaskan penglihatannya.

"Iya Sel. Itukan Mhesya. Gila, dia cantik banget ya pake baju SMA itu." Seru Seno.

"Iya, ya. Dia cantik banget pake seragam itu. Keliatan dewasa." Timpal Aries ikut memuji.

Marsel tak menganggapi perkataan Aries dan Tian, saat ini Marsel bukan terfokus pada Mhesya. Ia terfokus pada lelaki yang ada dibalik kemudi. Ia seperti pernah melihat lelaki itu. Tapi entah dimana dan kapan ia pernah lihat. Tapi wajahnya tak asing.

'Ah bodo amat lah, pusing-pusing amat gua pikirin', pikir Marsel.
***

Saat ini Mhesya sudah berpakaian putih abu-abu dengan dibalut kardigan merah ati dengan dasi yang berwarna merah ati pula.

Sebelum Mhesya keluar, Mhesya tak lupa untuk mengucapkan terima kasih pada abang tersayangnya.

"Bang, makasih yah. Hati-hati kekampusnya. Jangan lupa salamin ke ka Nadia ya."

3 In 1Where stories live. Discover now