Prolog

10.7K 740 102
                                    

Seorang gadis bernama Shiina berrambut biru tua sebahu, mata berwarna hitam gelap, berkaca mata tebal. Selalu merasa dirinya paling sial dan mengutuk orang-orang di sekitarnya, termasuk kedua orang tuanya yang selalu sibuk.

Menatap layar kaca televisi, dan berucap. "Pasti enak ya gak punya orang tua seperti mu, Naruto."

Petir bergemuruh, hujan lebat disertai angin tiba-tiba terjadi, membuat Shiina ketakutan dalam kubuk rumahnya yang sepi.

Lampu tiba-tiba padam, dan sebuah lampu yang padam tadi terjatuh tepat mendarat di ubun-ubun Shiina, kepalanya mengalirkan banyak darah.

"A, ayah.. i, ibu.." bisiknya dalam ketidakpercayaan, bahwa kini kepalanya sangat perih serta pusing.

Bruk!

Tubuhnya terjatuh ke lantai.

Ah, aku lupa.. aku kan tidak dianggap anak oleh mereka. Rintihnya dalam hati.

Benar, lebih baik mati saja. Shiina perlahan menutup matanya, dan tak sadarkan diri.
.
.
.
.

Shiina membuka matanya perlahan, dan mendapati atap putih bersih sebagai pemandangan pertamanya.

Ah, jangan-jangan aku di surga.. padahal aku begitu biadab seperti ini. Pekiknya dalam hati.

Perlahan menutup matanya kembali, namun..

"Shiina! Shiina!! Apa kau sudah bangun?! Apa kau tak apa-apa?! Shiina!! Jawab aku ttebayo!" Suara teriakan yang nyaring itu serta tangan yang menggoyang-ngoyangkan tubuh Shiina, membuat Shiina membuka matanya kembali.

"Apa-apaan sih?!!" Ucapnya kesal, dan memandang ke sumber suara.

Mata Shiina terbelalak, melihat seorang lelaki berrambut pirang, bermata biru saphire yang sedang duduk di kursi samping ranjangnya.

"Kau! NNN-Narutoo?!!" Teriak Shiina keras sekali.

"Urushai, Shiina!" Anak lelaki itu merasa terganggu.

"Ke, ke, kenapa kau tahu namaku?!" Shiina begitu gagap, dan hati-hatinya cenat-cenut tak menyangka, dengan seseorang di hadapannya ini.

"Masa aku tak tahu nama adikku sendiri." Jawab anak laki-laki bernama Naruto itu dengan datar.

"Adikmuu?!!" Shiina langsung beranjak dari tidurnya.

"A,a,aw!" Shiina mendapatkan keperihan serta pusing yang menusuk kepalanya. Memegang kepalanya yang kini dibalut oleh kain putih.

"Kora, Shiina! Harusnya berbaring dulu." Naruto membantu Shiina berbaring lagi di ranjang yang serba putih.

"Apa maksudmu dengan adikmu, Naruto?" Tanya Shiina dengan rasa ingin tahu yang tinggi.

"Ya ampun, Shiina. Jangan-jangan kau amnesia?!" Ucap Naruto panik. Kemudian melompat dari tempat duduknya dan berlari keluar.

"Tu-" Shiina mencoba mencegah, namun kondisinya menjadi penghalang.

Ya Tuhan, ada apa ini? Adzab kah?

"Dokter! Tolong kemari, Dok! Adik ku, Dok! Adikku, ttebayo!" Terdengar suara Naruto oleh Shiina, meski samar terdengar.

"Jangan mendekat, anak sialan!" Suara teriakan yang sepertinya terdengar seperti suara pria paruh baya.

"Cepat, Dok. Cepat! Adikku!"

"Jangan sentuh aku! Aku akan segera kesana."

Deg! Deg!

Shiina merasa sebuah kehangatan, juga sebuah kesedihan.

Apa yang terjadi, sih?!

-NNI-

To be continue...

A/N
Emm, ini fanfic yang pertama kali aku buat:3 semoga suka. Jaa nee!

Naruto no Imouto (Discontinued)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang