2nd Season: Dua Puluh Tiga

1K 124 5
                                    

Di petang hari yang sama, Naruto tengah berbelanja bersama Hinata setelah menuntaskan beberapa misi ringan sebelumnya. Kedua pengantin baru itu berbincang riang di sepanjang perjalanan menuju rumah. Hinata mengapit tangan kiri Naruto begitu mesranya. Sang suami yang masih kekanak-kanakan itu tengah menjinjing dua keranjang yang berisi bahan-bahan masakan. Senangnya si suami bisa membantu sang istri. Ketika keduanya sampai di halaman rumah, riang dan gembira mereka terhenti melihat Shikamaru di depan pintu rumah.

"Adikmu ... hilang ...." Begitu katanya tanpa pandangan yang menyenangkan, tak mau pula menatap Naruto.

Naruto membuang dua keranjang belanja kemudian berlari untuk meraih kedua kerah baju Shikamaru.
"Apa maksudmu?!"

"Sasuke sudah kembali ... dan mereka bertiga, maksudku, para bocah misterius itu punya niat jahat berlabuh ke Konoha. Seperti dugaan awal. Maaf. Tapi, tujuan mereka mengambil Shiina ... motifnya masih belum jelas, dan siapa dalang di balik itu semua kami sedang menyelidikinya." Shikamaru perlahan berani membalas tatapan Naruto.

"Oi ... oi, oi jangan buat penyelidikan! Kenapa tidak langsung bergerak menyelamatkan adikku, ttebayou?!" Naruto menjerit dan mengguncang-guncang tubuh Shikamaru.

"Kami harus bergerak ke tujuan yang jelas!" Shikamaru mendorong Naruto dan kesal pada Jounin itu.

Naruto terengah-engah karena amarah.

"Dengar, Naruto, aku mengerti perasaanmu. Kau pasti terkejut dan bahkan tertekan! Tapi kau pikir Hokage senang dengan membiarkan Shiina diculik begitu saja? Tentu tidak! Dinginkan kepalamu, jangan langsung beremosi." Shikamaru menggebu-gebu karena bukan hanya Naruto saja yang tengah khawatir.

"Kau tak mengerti Shikamaru! Dia ... dia peninggalan orang tuaku! Dia adikku! Aku tak bisa hidup tanpanya! Aku harus menyelamatkannya!"

"Tenangkan dirimu dahulu, Naruto! Ino sedang mengintrograsi dua diantara anak-anak misterius." Shikamaru menarik napas, menstabilkan kendali emosi.

"Eh?" Naruto terdiam. Mata birunya jauh memandang ke depan. "Dua anak misterius? Jadi, jadi Yoshitake dan Maeno lah pelakunya?"

"Bukan sepenuhnya begitu, tapi setengah ucapanmu benar." Shikamaru membenarkan kerah baju. "Mereka sedang ditahan di kantor interogasi. Dan keduanya lah yang membiarkan Shiina diculik. Komplotan dengan si penculik, sebut mereka begitu."

Naruto terdiam mengingat hari-hari damai bersama Yoshitake dan Maeno. Terlebih Yoshitake yang bahkan tak pernah akur dengan Shiina, dan bahkan sangat mengenal Shiina dibanding dirinya.

"Naruto?" Shikamaru terkejut karena Naruto yang diam. 

"Mereka ... mereka tak bisa dimaafkan, ttebayou." Naruto berlari pergi dengan bisikan kekesalan yang mengiringi.

Shikamaru bergegas mengejarnya dan Hinata mulai khawatir pada emosi sang suami. 

.
.
.

°°°

.
.
.

Sebelum Naruto maupun Shikamaru sampai ke tempat interogasi, bisa dilihat Sasuke sedang menyerahkan beberapa gulungan pada pihak penerjemah sandi rumit.

"Apa yang kaudapat, Sasuke?" Kakashi berada di belakangnya.

Sasuke menjawab tanpa melirik maupun menengok, "Banyak hal. Tapi, sebanyak apapun bukti yang kutemukan, rinnegan saja tak cukup untuk memecahkan sandinya."

Kakashi menghela napas, terlihat wajah cemas berpadu lelah. "Yang kita hadapi adalah keturunan Kaguya, huh?"

"Baru 50:50. Yang pasti, kita pasti bisa melewatinya." Sasuke membantu para tim penerjemah yang tengah kalang kabut.

"Menurutmu ... kenapa mereka mengincar Shiina?" Kakashi membahas hal yang lebih spesifik.

"Entahlah. Chakra Uzumaki?" Sasuke mengawang-ngawang jawabannya.

"Kenapa tidak Naruto?"

Sasuke diam sejenak untuk merenungkan jawabannya. "Karena Naruto terlalu kuat."

"Lalu, kenapa tidak menculik Karin saja? Dia juga Uzumaki, lebih banyak chakra nya, jauh lebih berkualitas." Kakashi menyilangkan tangan.

Sasuke menghampiri Kakashi. "Coba kita tebak ... karena Karin tidak terlacak?"

"Begitu hebatnya keturunan Kaguya ini sampai tak mampu melacak?"

"Atau, begitu cerdiknya Orochimaru menyembunyikan Karin?" Sasuke meladeni Kakashi.

Kakashi menghela napas agar tenang. Ia berbalik pada Gaara. Pemuda Sunagakure itu diam melamun menatap pemandangan di luar jendela.

"Yang pasti, lawan kita ini hanya cerdik karena mengirim tiga bocah menggemaskan." Sasuke ingin meludah.

"Tiga bocah itu sayang sekali sangat disukai Shiina." Kakashi masih menatap Gaara yang tidak berubah posisi sejak datangnya Konohamaru beserta dua bocah pingsan.

Sasuke ikut menatap Gaara. "Rumit sekali. Aku akan membantu yang lain."

"Terima kasih banyak."

Sasuke kembali ke jajaran para ninja penerjemah. Beberapa menit kemudian, Konohamaru datang berlari dengan beberapa plester di wajah untuk melapor pada Kakashi.

"Ada apa, Konohamaru?" Kakashi menghampiri Chuunin yang terengah-engah itu.

"Ino-san pingsan setelah menggunakan jutsu pada Yoshitake dan Maeno!"

.
.
.
.
.
.
.
.

-NNI : 2nd Season-

To be continue...

Naruto no Imouto (Discontinued)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang