2nd Season: Dua Puluh Lima

1K 115 6
                                    

Bila Yoshitake mengingat Hana-sensei dan tragisnya kehilangan orang yang memungutnya, maka Maeno mengingat betapa mengerikannya sang ayah pulang dalam keadaan berdarah-darah.

Tepatnya petang hari sang ayah di temukan tewas dengan bagian leher yang hampir putus. Maeno dicegah untuk mendengarnya oleh kakak-kakak, namun Maeno terlanjur mendengar dan dibuat sedih berkelanjutan.

Bahkan polisi tak bisa menemukan si pembunuh, yang pada akhirnya kasus pembunuhan ayah Maeno—pengusaha besar—ditangguhkan.

Maeno hidup dalam ketakutan karena bisa jadi si pembunuh mengincar ia, ibunya atau bahkan kakak-kakaknya.

Maeno selalu memanjatkan doa ke kuil-kuil, selalu berziarah ke makam ayahnya bersama kakak perempuan atau ibunya.

Maeno hidup dalam bayangan ayahnya yang tewas secara mengenaskan. Laki-laki yang sangat bocah itu takkan pernah tenang kecuali pelaku tertangkap dan dihukum berat di penjara.

Ayah Maeno, Tuan Wakamatsu, seorang ayah yang lembut serta tegas diwaktu yang bersamaan. Tuan Wakamatsu selalu mendidik keras anak laki-lakinya, tetapi ketika Maeno hadir, Tuan Wakamatsu belum sekali pun mendidik si bungsu dengan keras. Perangai Maeno yang menggemaskan serta sangat mirip ibunya mungkin menjadi faktor. Namun, di atas itu semua, tanpa didikan yang keras pun Maeno sudah berperilaku sebagai anak yang baik. Kedua kakak Maeno yang laki-laki tak merasa iri, tetapi bangga. Keluarga Wakamatsu dilimpahi banyak harta serta kebahagiaan. Keluarga Wakamatsu yang masih belum pulih dalam mengikhlaskan Tuan Wakamatsu itu pun berpikir bahwa ... ini memang takdir mereka, sudah saatnya melepaskan sebagian kebahagiaan mereka.

Hingga ... keluarga Wakamatsu dikejutkan oleh keberhasilan polisi yang dikomandani oleh Ushiki-san menangkap pembunuh Tuan Wakamatsu. Awalnya tak percaya, namun segala macam bukti yang tersimpan di kantor polisi serta sidik jari mengarah padanya, pada Tamatsu (ayah Masamune).

Ushiki yang tak tahu penangkapan atas pembunuhan Hana-sensei ini ternyata sebagai penuntasan atas kasus pembunuhan Tuan Wakamatsu, mendapatkan banyak pujian serta hadiah dari atasan; naik pangkat. Yoshitake menangis di dalam dekapan mamanya saat tahu pembunuh Hana-sensei sudah ditangkap, begitu pun Maeno, sangat lega dan tenang bersama keluarga.

Yahh ...

Di atas kebahagiaan dan kelegaan itu semua, hanya satu orang yang bersedih hati.

Tamatsu Masamune ...

Dia diam di depan TV sembari menunggu kepulangan ayahnya. Ayahnya tak kunjung pulang, ramen seduh di atas meja pun sudah dingin bahkan lembek. Masamune dikejutkan oleh berita di TV ... Foto ayahnya terpampang, padahal janji ayahnya akan pulang dan membelikan topeng rubah. Masamune mematikan TV, lantas menyantap dua cup besar ramen sendirian, ramen dingin yang lembek di dalam rumahnya yang sempit serta bau. Suara seruput yang dihasilkan bukan semata-mata dari ramen yang disedot, namun suara seruput-srruput datang dari hidungnya pula.

"Kau yakin ingin tinggal bersamaku?"

"Ibu telah tiada ... aku ingin tinggal bersamamu, ayah!"

"Keluarga ibumu menerimamu, nak, pergilah ke sana."

"Tidak mau! Aku ingin bersama denganmu, ayah!"

"... Aku juga ingin bersamamu, Masamune, tapi keluarga ibumu mana mungkin menerimaku ..."

"Kenapa mereka menerimaku tapi tidak menerima ayah?!"

"Karena ... kau mirip sekali dengan ibumu, sedangkan aku ini pengangguran. Semua uang dari ibumu."

"Itu bukan alasan! Ayah, aku ingin hidup bersama ayah!"

Naruto no Imouto (Discontinued)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang