2. Reason

1.4K 145 44
                                    

Hoseok menghela nafas panjang. Hari ini, Senin tepatnya, adalah hari dimana ia harus memulai semua. Semua yang ia benci berada tepat di hari Senin. Mulai dari upacara bendera, Fisika, Matematika, dan berakhir pada hukuman yang harus ia lalui bersama Jungkook yang sudah berlangsung tiga hari ini. Dan ia masih harus berkutat dan bertemu tatap dengan hoobae kurang ajar itu sekitar tujuh hari lagi. Sungguh ia tidak menyangka hari Senin adalah hari berkah untuknya. Damn! That's bull!

Ia meregangkan ototnya sejenak sebelum akhirnya turun dari kasur King size itu. Hoseok melangkah menuju kamar mandi yang terhubung dengan kamarnya. Meraih handuk yang menggantung pada gantungan besi mengkilat di balik pintu kamar mandi.

Setelah selesai membersihkan diri dan memakai seragamnya, ia bergegas turun dari kamarnya yang berada di lantai dua.

"Hoseok... Eomma akan ke Jepang nanti sore. Eomma sudah meninggalkan kartu kredit di meja belajarmu jika kau belum melihatnya. Jaga dirimu! Saranghae!"

Hoseok menghela nafas entah untuk yang ke berapa kalinya pagi itu. Dan yang membuatnya mengepalkan tangan menahan sakit dan kekesalan adalah suara yang muncul tak lama setelah ia membaca sticky note yang ada di lemari kulkasnya. Bukan suaranya yang membuat Hoseok merasa seperti itu. Namun, kata dan kalimat di baliknya.

"Hoseok.. hari ini Appa akan ke Busan sampai dua minggu ke depan. Setelah itu Appa langsung terbang ke India." Ayahnya muncul dari balik punggungnya, membuka kulkas dan meraih sebtol susu segar. Mengambil gelas, menuang, lalu meneguknya. Hoseok hanya menatapnya datar setelah sebelumnya telah mengambil sticky note tadi dari pintu kulkas."Kalau kau butuh sesuatu, pakai saja ini. Jja! Jaga dirimu!" Ayahnya menyodorkan dua buah kartu ATM yang bertuliskan nama bank yang berbeda. Hoseok tak bergeming, ia hanya berdiri di sana dengan tatapan kosongnya. Ia meraih kartu ATM itu dan menggenggamnya erat. Sedangkan Ayahnya sudah melenggang pergi setelah meneguk habis segelas susu tadi.

Sekarang sudah ada satu kartu kredit dan dua kartu ATM. Hoseok bisa menggunakan itu semua sesuka hatinya. Namun ada sesuatu yang mengganjal, ada sesuatu yang kurang, ada sesuatu yang ingin ia miliki namun tak pernah ada di genggamannya.

Apakah itu? Sayangnya, Hoseok belum menemukannya.


***


Hoseok masih ingat bagaimana ekspresi Taehyung berubah sendu setelah Jungkook mengatakan apa yang Hoseok pernah katakan tentang Taehyung. Bagaimana Hoseok selalu berbicara yang tidak sepantasnya mengenai Taehyung, menghinanya tanpa bukti dan alasan yang jelas. Lalu apa yang akan Hoseok lakukan untuk memperbaiki semua ini? Hoseok memang tak peduli dengan Jungkook namun apa yang membuatnya peduli pada Taehyung? Apa yang membuatnya ingin selalu disampingnya, melindungi jiwa rapuh itu. Apakah salah?

Hoseok sekarang sudah berada di sekolah, di pintu depan kelasnya sambil memasukkan kedua tangannya di sepasang kantung celana kainnya. Well, ini sudah jam pulang sekolah sebenarnya.

Hoseok menghela nafas berat setelah melihat gurunya, Min Yoongi berjalan mendekati dirinya dengan senyum sumringah. Apa yang membuat guru cerewet ini tersenyum secerah itu?

Damn! Senyumnya bahkan lebih cerah dari masa depanku.

"Jung Hoseok, bagaimana harimu, hm? Kau tidak lupa bukan tanggung jawabmu?" Yoongi berhenti melangkahkan kakinya dan melipat tangannya di depan dada.

"Hahahaah.." Hoseok tertawa canggung." Bagaimana aku bisa lupa, Saengnim? Tenang saja aku baru akan mengajak Jungkook ke taman belakang sekolah. aku bukan pecundang yang suka melanggar janji, Yoongi-songsaengnim." Aku Hoseok dengan seringainya. Entah apa yang diucapkannya baru saja itu sesuai dengan kata hatinya. Atau hanya omong kosong belaka? Well, mengingat ini seorang Jung Hoseok, such a big liar.

Don't Come When I Sleep (HopeV/JinV/NamTae) - [DISC]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang