3. Flashback - The Devil

1.5K 130 32
                                    

Wajah manis nan cantik itu kini nampak tenang. Kelopak matanya tertutup, bibirnya sedikit terbuka yang merupakan kebiasaan tidurnya. Namun jejak air mata itu menjadi noda yang tak sedap di pandang, seakan menjadi celah kecil di tengah kesempurnaan. Tubuh lelahnya ia istirahatkan di sofa, kedua tangan mungil yang terkatup menjadi satu itu ia gunakan untuk melandasi pipi halusnya. Tertidur dengan posisi menyamping menambah kesan manis bak ribuan bongkahan gula. Ia terpenjat kala mendengar dentuman keras yang berasal dari pintu depan apartemen kekasihnya. Benar jika kalian menebak gadis manis ini tengah menunggu kekasihnya kembali. Ia sudah berada di dalam sana kurang lebih 4 jam hingga ia tak lagi bisa menahan rasa kantuknya.

"Seok-ie.. Kenapa baru pulang? Apa sesuatu terjadi?" Gadis manis itu bangkit dan menghampiri sang kekasih. Yang ditanya masih bersusah payah mengatur nafasnya yang terengah.

"Tebak, Tae! Aku dapat peringkat berapa ulangan semester ini?" Kim Seokjin yang merupakan kekasih gadis manis bernama Kim Taehyung ini menatap kekasihnya dengan mata berbinar. Taehyung sudah bisa menebak, ia tahu betapa cerdasnya seorang Kim Seokjin. Tapi kenapa justru ia merasa gelisah, takut. Bukan ia tak suka Seokjin mendapat nilai terbaik atau semacamnya, hanya saja kenyataan bahwa hal itulah yang membuatnya ragu jika Seokjin bisa menerima fakta yang akan segera ia ungkapkan. Ia takut akan menghancurkan masa depan cerah kekasihnya. Apa yang harus ia lakukan sekarang?

"Aku pendapat peringkat 1 lagi, Tae. Jika peringkatku turun, entah apa yang akan appa perbuat padaku" Jin kini mulai duduk di sofa hijau muda di tengah ruangan. Sedangkan Taehyung masih berdiri di tempat semula, mencoba mencerna perkataan kekasihnya. Ya, Ayahnya pasti akan membunuh Jin jika ia turun peringkat, apalagi jika... masa depannya terancam.

"Wow! Selamat, Seokjin-ie! Chukkae!" Taehyung mendekat dan mendudukkan dirinya di samping Jin.

"Eum.. Oppa.."

"Ne, Tae. Kau mau meminta sesuatu?" Jin mengalungkan lengannya di bahu Taehyung dan menatapnya lembut. Menyingkirkan helaian rambut halus itu ke belakang telinganya.

"T-tidak. A-aku.. Oppa aku-" baru Taehyung akan mengungkapkan semuanya, ponsel Jin berdering. Jin merogoh saku celananya, menempelkan benda berbentuk persegi panjang itu ke telinganya. Taehyung memperhatikan gerak-gerik sang kekasih. Ekspresinya semakin sumringah. "Aku hampir lupa, Tae. Aku belum memberitahu appa dan eomma! Aku pulang dulu. Mau ku antar pulang?" Jin meraih tas yang semula ia letakkan di sofa. Taehyung menggeleng pelan seraya tersenyum kecil. Mungkin belum tepat waktunya untuk membicarakan hal sesensitif itu saat ini.

"Tidak, Jin-ie. Aku pulang sendiri saja. Kau pergilah. Hati-hati!" Ujar Taehyung seraya membentuk seulas senyum manis di bibirnya, membuat sang kekasih tak segan mencium bibir ranum itu. Jin terpaku sejenak, bukan tentang ciuman itu. Namun reaksi Taehyung yang sangat berbeda dari biasanya. Taehyung yang biasa ia akan merona jika Jin mencium atau bahkan hanya sekedar mengatakan kalimatcheesynya. Ada apa dengan Taehyungnya? Namun ia segera menyingkirkan pikiran itu dari benaknya, mungkin Taehyung lelah. Minggu ini ia selalu mengeluh tidak enak badan, juga berbagai ulangan yang tentunya semakin memberi tekanan.

"Aku pergi dulu, TaeTae." Jin menghilang di balik pintu besi itu setelah sebelumnya mengecup kening Kim Taehyung, kekasihnya.

Taehyung menghela nafas panjang. Batinnya berkemelut, kapan ia harus memberitahu Jin apa yang tengah terjadi padanya? Yang tentunya menyangkut dirinya. Ketukan pintu itu menginterupsinya.

Jin? Dia kembali lagi? Apa ada sesuatu yang tertinggal?

Taehyung melangkahkan kaki mungilnya itu menuju pintu depan apartemen Seokjin. Ia baru akan memyemburkan pertanyaan-pertanyaan itu pada sesosok di balik pintu, namun bibirnya terkatup kala melihat siapa yang tengah berdiri di hadapannya dengan seringai lebar.

Don't Come When I Sleep (HopeV/JinV/NamTae) - [DISC]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang