7. Heal Me

1.1K 130 55
                                    

WARNING : don't hope too much :v boring chapter, typo, etc.

Kedua tangannya bergetar hebat. Suara Jungkook yang rendah dan berat membuat sesuatu dalam hatinya berteriak takut. Aura hitam yang menguar dari dalam diri putranya itu membuat dirinya semakin kecil dalam kungkungannya. Ia mendongak menatap Iris yang serupa dengannya, menatapnya dalam. Sekuat tenaga ia menahan tangis, mengatupkan bibirnya rapat dan mencegah air matanya jatuh. Namun, semua itu hanyalah kehendaknya yang takkan pernah terwujud. Karena sekarang, awan mendung itu menghiasi kedua netra lembutnya dan setitik bulir bening jatuh membasahi pipinya yang halus. Setelahnya, Taehyung mengutuk dirinya sendiri karena kini ia telah hancur, benar-benar hancur, temboknya telah runtuh saat ia mendengar isakan yang keluar dari mulutnya sendiri. Terlihat lemah untuk menjadi contoh ibu yang baik untuk Jungkook. Dalam hati ia mendengus karena memang sejak awalpun ia bukanlah ibu yang baik, ia kotor dan pengecut.

Melihat tubuh ibunya yang semakin bergetar, membuat Jungkook melunak. Untuk pertama kali Jungkook melihat Taehyung seperti ini. Meski setiap malam ia mendengarnya menangis, namun ini berbeda. Setiap malam Taehyung menyembunyikan dirinya di balik pintu kamarnya. Sementara sekarang, Taehyung menunjukkan dirinya yang sebenarnya tepat di depan wajahnya, dihadapannya, dalam kurungannya. Mata Jungkook membola saat nafas Taehyung menjadi tidak teratur. Ia segera mendekapnya erat, mrnenggelamkan kepala ibunya di dadanya yang bidang dan tak lupa membelai rambutnya pelan. "Sssh.. Eomma jangan takut. Ini aku Jungkook. Kau aman, jangan khawatir tak ada lagi yang akan menyakitimu."

***

Jungkook memainkan ponsel yang ada di tangannya. Sudah lima belas menit ia hanya memutar ponsel usang itu dengan jari telunjuk dan ibu jarinya, sedangkan ia sendiri duduk di lantai bersandar pada ranjang di kamarnya. Alisnya bertaut membentuk kerutan yang menandakan bahwa ia sedang berpikir keras, lebih tepatnya menimang keputusan. Ia jadi teringat perbincangan yang melelahkan dengan Ibunya setelah perempuan paling kuat itu menangis dalam pelukannya.

Taehyung mengancingkan satu persatu kemejanya yang belum lama ia kenakan setelah ia menyadari keadaannya yang hampir telanjang di pelukan puteranya. "Aku akan menceritakannya." Taehyung duduk di samping Jungkook yang masih menatapnya lurus, binar di matanya memancarkan keingintahuan yang besar, tipikal anak muda yang sedang dilanda jiwa berkobar, mencari jati diri dan bertingkah seolah mereka pahlawan. Taehyung hanya menatapnya penuh sayang, membelai surai hitamnya, matanya sedikit berair menyadari Jungkook sudah tumbuh dengan baik, tampan, cerdas, dan membuatnya teringat akan masa sulitnya merawat Jungkook dari lahir sampai sekarang. Tetapi ia tetap tersenyum, asal Jungkook di sini ia akan baik-baik saja.

"Tidak." Jungkook menjawabnya dengan tegas membuat Taehyung mengernyit bingung, tangannya yang bergerak mengelus rambut Jungkook terhenti dan beralih pada pundak tegap puteranya.

"Kenapa? Kupikir tadi kau ingin tahu?"

"Aku berubah pikiran." Jungkook menjawabnya kelewat cepat, tidak membuat kerutan di kening Taehyung menghilang. "Aku akan mencari tahu sendiri." Jawaban Jungkook sungguh tidak membuat Taehyung lega, mengapa Jungkook justru ingin mencari tahu sendiri? Apa ia tidak percaya dengannya?

"Jungkook.."

"Aku tidak ingin kau mengingatnya lagi, jadi jangan pikirkan apapun. Kau tidak perlu menceritakannya, itu hanya akan membuatmu terluka. Jadi biarkan aku mencari tahunya sendiri." Taehyung bingung, haruskah ia merasa lega atau khawatir? Lega karena Jungkook akhirnya memperhatikannya, mempertimbangkan perasaan dan hatinya yang rapuh. Namun, di sisi lain, ia khawatir. Ia tidak akan membiarkan Jungkook beurusan dengan masa lalunya sendirian, Ia juga tidak ingin Jungkook terluka. Akan lebih mudah jika ia yang bercerita, bukan? Jungkook tidak harus melakukan apapun. Ia menyesali kebodohannya yang hanya menangis saat Jungkook mendapati luka yang ada di tubuhnya, jika ia bersuara ketika Jungkook menanyakannya tadi, puteranya itu tak perlu repot-repot mengorek masa lalunya yang menyakitkan, terlebih sendirian, Jungkook tidak hidup untuk hal seperti ini. Ia hidup untuk belajar dan menjadi orang sukses, bukan seperti dirinya, pecundang miskin yang hanya bisa merepotkan dan membawa kesedihan bagi anaknya.

Don't Come When I Sleep (HopeV/JinV/NamTae) - [DISC]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang