6. Scars

1.4K 149 96
                                    


Not edited, be ware of typo :V

Hoseok masih menunggu jawaban, dalam hati berharap agar Jungkook menerima tawarannya. Entah apa yang membuatnya bersikeras untuk menguak masa lalu ibu dan anak itu, hanya sebuah keingintahuan atau rasa ingin melindungi, ia sendiri tak mengerti.

Jungkook menatapnya datar, masih dingin seperti biasanya, jangan lupakan tatapan tajam yang ia rasa semakin hari semakin mengintimidasinya. Hei, bukankah ia di sini yang lebih tua? Mengapa ia harus merasa terintimidasi oleh bocah enam belas tahun yang kurang ajar ini?

"Bagaimana, hm?" Hoseok kembali bertanya membuat Jungkook kembali berfikir keputusan apa yang harus diambilnya. Melihat Jungkook yang mengerutkan kening, terlihat berfikir keras dan bimbang, Hoseok dalam hati berteriak menyuruh bocah bodoh ini untuk menerima tawarannya. Jungkook memang bodoh, siapa yang tak menginginkan posisi yang sedang Hoseok tawarkan saat ini? Orang yang tidak mempunyai kemampuan khusus seperti Jungkook pun sangat ingin mendapatkan posisi tersebut, detektif, man, asisten detektif. Terdengar sangat keren, bukan? Walau ilegal, namun gaji yang akan didapat tidak bisa dikatakan sedikit. Bagian mana yang harus difikir dua kali untuk menerimanya?

Jungkook tersenyum, Hoseok ikut mengembangkan bibir tipisnya. Jungkook akan menerimanya, insting Hoseok kuat, selama ini hanya sekali-dua kali saja meleset dan ia yakin ini bukanlah hari sialnya yang membuat insting setajam belati itu terlumuri pelumas dan akhirnya meleset dari sasaran.

"Aku...."

Hoseok masih menunggu, tanpa sadar mencondongkan tubuhnya kedepan sebagai tanda keingintahuan yang kuat. "Kau... menerimanya?" Hoseok memastikan.

"Tidak!"

Bahu Hoseok yang semula menegang kini merosot lemas. Ia tidak salah dengar, 'kan? "Apa?"

"Kau mendengarnya," Jungkook menatapnya datar, bola mata bulatnya berotasi jengah mendapati reaksi Hoseok yang terlihat seperti adegan basi di drama picisan yang kadang ia tonton saat bosan.

"Wae? Kenapa, Jungkook? Kau tidak kasihan melihat ibumu bekerja sehari tiga kali, huh? Ia masih muda dan kondisinya terlihat tidak baik sekarang," Hoseok mengerutkan keningnya prihatin. Wajahnya menunjukkan simpati yang Jungkook tahu itu sangat tulus, namun ia belum bisa menerima kemampuan khususnya ini, ia masih tidak percaya. Sebenarnya ia juga tidak tega melihat ibunya banting tulang setiap hari hanya demi dirinya. Tapi ia tidak mau menggunakan kemampuan khususnya dulu, tidak sekarang, tidak saat ia masih anak berusia enam belas tahun yang masih seperti air di atas daun talas. Jungkook takut mengambil keputusan, ia takut mengambil resiko yang nantinya akan membahayakan ia dan ibunya. Ia masih belum siap

"Kubilang aku tidak butuh bantuanmu. Mengapa kau senang sekali mencampuri urusanku, huh? Setiap hari membicarakan ibuku, apa kau menyukainya?!" Suara Jungkook sedikit lebih tinggi dari yang seharusnya, ia lepas kendali dan menyesali tindakannya saat mungkin seluruh orang yang ada di dalam ruangan sepanjang koridor ini mendengarnya.

"Kalau iya memangnya kenapa?" Termasuk,

"J-jungkook, kenapa berteriak?" telinga Jungkook menangkap suara lembut itu, suara yang selalu melantunkan kata-kata penyemangat bagi dirinya, dan Jungkook tahu Taehyung mendengarnya, terdengar dari betapa terguncangnya suara lirih itu, membuat hati Jungkook semakin teriris.

"Taehyung! Kanapa berdiri di situ?" suara Hoseok terdengar khawatir, tulus, dan penuh perhatian, sesuatu yang tak pernah Jungkook berikan pada ibunya. Hoseok menuntun Taehyung kembali masuk ke ruang rawat inap "Kau harus banyak beristirahat. Berbaringlah!"

Don't Come When I Sleep (HopeV/JinV/NamTae) - [DISC]Where stories live. Discover now