4. Flashback - Survive

1.1K 130 36
                                    


Daegu, 30 Juni 2000.

21:35

Pertemuan kedua Yoongi dan Namjoon.

"Bagaimana Yoongi-sshi? Apakah kau menerimanya?" Namjoon menaikkan kedua alisnya, menatap seorang Min Yoongi dengan tatapan meremehkan, tatapan yang sudah biasa ia berikan kepada orang-orang. Pemuda yang lebih pendek itu hanya menghela nafas berat dan balas menatap Namjoon dengan tatapan malas.

"Sungguh, siapa dan apa yang akan kau lakukan kali ini? Tak ada yang sudi melakukkannya kecuali dia." Yoongi mengarahkan pupilnya ke sosok yang ada di ruang tengah apartemennya.

"Kau tak perlu tahu." Ia menghela nafas sejenak. "Baiklah aku pulang dulu. Akan kuhubungi jika waktunya sudah tiba." Namjoon beranjank dari duduknya, menyunggingkan senyum miring dan akhirnya benar-benar menghilang dari penglihatan Yoongi setelah ia berjalan keluar melalui pintu besi itu. Yoongi mengikutinya dari belakang, menuntun orang ternama itu keluar dari rumah sederhananya.

"Kwangso-ya!!" Namjoon mengetuk kaca Limosin-nya. Membuat sosok jangkung yang ada di dalam sana terpenjat kaget. "Bukakan pintunya, bodoh!"

"Ahh..ye, Sajangnim." Pria jangkung tersebut segera keluar, berjalan melingkar menuju pintu kursi penumpang dan membukanya secara perlahan. Namjoon berdecih dan melemparkan pandangnya pada Yoongi.

"Aku tidak suka melihat kecacatan, Yoongi-sshi. Jadi, lakukan dengan sempurna." Ia lalu masuk ke Limosin hitam itu. Si pengemudi membungkuk sejenak lalu berlari menuju pintu kemudi. Setelah itu terdengar suara deru mesin yang halus, tak lama setelah itu pemandangan mobil mewah di tengah kompleks apartemen sederhana itu menghilang.

"Apa kau tidak punya cermin? Jiwamu itulah yang cacat, Kim Namjoon!"

***

Daegu, 2 Maret 2000.

10:03

Taehyung melirik laki-laki yang ada di sampingnya. Kekasihnya itu terus bercerita tentang reaksi kedua orang tuanya saat ia memberitahu kabar gembira itu. Ia menirukan bagaimana ibunya yang berteriak senang saat ia tahu bahwa ia akan segera mempunyai seorang cucu. Sementara Taehyung hanya terkekeh pelan melihat tingkah kekasihnya.

"Mereka pasti akan senang aku membawamu ke rumah." Jin mengusap kepala Taehyung lembut. Jemarinya yang panjang bersentuha dengan helaian rambut halus itu. Seokjin tersenyum lebar.

"Ne, Oppa! Aku juga senang tinggal bersamamu! Kau benar-benar akan pindah ke rumah dan meninggalkan apartemenmu?" kening Taehyung berkerut samar. Menunggu kepastian sang kekasih yang kini tengah menatap lurus ke depan. Senyumnya masih lebar mengembang.

"Tentu, Sayang.. aku sebentar lagi akan lulus dan aku tidak mau kau kesepian ketika aku bekerja. Ada Eomma yang akan menjaga dan merawat kalian." Taehyung mengangguk paham. Ia lalu menyandarkan kepalanya di bahu lebar sang kekasih.

"Gomawo.."

***

Daegu, 5 Juli 2000.

16:58

Lima bulan setelahnya, Seokjin telah lulus dan bekerja di perusahaan kecil ayahnya. Merintis usaha dari nol memang tidak mudah, apalagi menyandang sebagai salah satu mahasiswa di universtitas ternama di Korea, nilainya tak boleh turun. Namun, ia selalu memikirkan Taehyung yang kini telah menjadi istrinya, dan juga calon bayinya. Semua kerja kerasnya selama ini ia yakin kelak akan berbuah manis dan akan dinikmatinya bersama Taehyung dan anak-anaknya.

Taehyung, jika Seokjin sedang bekerja, ia akan di rumah bersama Hyeran. Nyonya Kim, Ibu Seokjin yang juga adalah mertuanya. Selama lima bulan ini ia sangat dekat dengan Hyeran yang sudah ia anggap sebagai ibunya sendiri. Begitupun dengan Hyeran. Ia selalu mendambakan anak perempuan dan kini, ia lebih dari sekedar senang hidup persama Taehyung, menantu manisnya.

Don't Come When I Sleep (HopeV/JinV/NamTae) - [DISC]Where stories live. Discover now