CHAPTER 1

12.8K 485 14
                                    

Siaga Penuh

Sekompi pasukan yang dikirim shubuh tadi tak pernah kembali kebarak. Apa yang terjadi?, mungkinkah mereka semua tertembak?, atau apakah ada yg masih selamat? Atau tertangkap.

Nama ku adalah Andrian, 25 tahun. Pangkatku SERTU (Sersan Satu) Angkatan Darat Indonesia ketika Malaysia mulai mencoba merebut pulau Kalimantan dan Sumatra dari Indonesia.

Bom dijatuhkan dikota Medan, tepat diLanud Polonia Medan. Sontak serangan ini membuat seluruh pasukan bersiap perang. Tak lama setelah itu, penjaga perbatasan Indonesia - Malaysia mendapat Serangan gencar dari pasukan Malaysia.

Senin, 01:30 WIB

Aku bertugas diRindam Jaya, Jakarta. Saat penyerangan terjadi aku masih tertidur lelap dirumahku bersama istriku Tasya yang baru saja kunikahi bulan lalu. Terbangun aku ketika mendengar alarm perang berkumandang dengan kecangnya.

Tak sempat mandi, aku langsung memamakai perlengkapan, istriku yang juga terbangun hanya terduduk diatas kasur terlihat menundukan kepalanya melihat kelantai.

Aku sudah berdiri didepan pintu kamar, melihat istriku seperti itu aku jadi tidak tega untuk meninggalkanya, aku tau kekwatiran sedang bergejolak didalam hatinya.

Tapi apa boleh buat. Aku adalah abdi negara. Yang harus siap mempertahankan NKRI.

Dengan berani ku hampiri istriku. Ku bangunkan dia lalu kupeluk dia erat, sampai terdengarlah suara tangisanya pelan terdengar.

Ku hapus air matanya dan membelai halus rambutya. Tangisanya makin menjadi. Kupeluk dia untuk menenangkanya.

Kubisikan ditelinganya, kukatakan aku berjanji akan kembali lagi kepadanya, meski akupun tak yakin bisa kembali dengan bernyawa lagi.

Tapi aku katakan itu hanya untuk menenangkanya.

"Tepatilah janjimu, karna kau akan jadi seorang ayah"

Ku lepas pelukanku, kupandang matanya yang masih berkaca. Kukecup lembut bibirnya sambil mengelus perutnya.

Senin, 01:45 WIB

Sesampainya di Markas, kami langsung menghadap kapten kami masing masing. Mendengar arahan yang diberikan kepada kami.

Kevlar,helm anti peluru, tas logistik, senapan laras panjang tipe M4, pistol dan sangkur sudah melekat dibadanku.

Dengan truck angkut personil kami diantar keLanud Halim Perdana Kusuma. Setelah penyerangan itu para prajurit kami sudah menyebar untuk mrngamankan ibu kota, tank tank sudah bejajar rapih disepanjang jalan.

Suasana malam yang sepi kini dipecahkan oleh helicopter dan Pesawat Tempur yang lewat bergantian.

Biasanya kota yang dilalui hiruk pikuk kendaran pribadi dan umum ini sepi, tidak terlihat lagi orang yang berjalan jalan keluar rumah, kini hanya ada tank dan kendaraan militer lainya yg mondar mandir.

Senin, 01:55 WIB

Sudah ada 4 pesawat Hercules yang tengah bersiap. Berdasarkan arahan tadi. Kompi ku ditugaskan untuk membantu pertahanan dipulau Sumatra.

Truck berhenti kamipun langsung mengambil posisi di dalam pesawat.

Senin, 04:00 WIB

Kami mendarat di Bandar Udara Kuala Namu. Mengingat Runway di Lanud Polonia sudah dihancurkan Musuh srhingga tidak memungkinkan untuk mendarat disana.

Sesampainya disana, Kompi ku bertugas merebut kembali daerah pesisir Medan karna sudah jatuh ketangan Malaysia.

Kami tidak sendiri. Ada 11 kompi yang akan menemani kami merebut wilayah pesisir Medan.

MEDAN TUGASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang