Chapter 10

2.9K 197 5
                                    

SERTU ADRIAN
War day 8
06.45

Terbangun aku mendengar suara rentetan senjata dari kejauhan, diselang oleh suara ledakan besar berkali kali. Lapar dan haus rasanya tidak makan dan minum sejak kejadian kemarin, dengan lemas kujatuhkan badanku ketanah. Cukup sakit, aku sudah tak kuat untuk turun dari pohon secara benar, tenaga ku sudah mulai habis.

Dengan sisa - sisa tenaga aku berjalan, berharap menemukan air bersih yang dapat aku minum, luka dikakiku terasa semakin sakit, darah yang keluar sudah berhenti, tetapi rasa sakitnya masih sangat terasa. Bunyi kalung pengenal teman dan abangku lah yang menjadi teman dalam perjalanan. Meskipun mereka sudah gugur, tapi aku yakin sekarang mereka ikut mengiringi aku berjalan.

Setelah lama berjalan, Bersyukur aku dapat menemukan sumber air bersih, sebuah kolam kecil yang dipenuhi batu disekelilingnya, ku ambil tempat minumku lalu kuminum banyak air tersebut, setelah puas aku isi tempat minumku untuk bekalku diperjalanan. Haus ku sudah hilang, hanya tinggal lapar yang masih ada.

Aku melanjutkan perjalananku, sudah tak tau berapa lama aku sudah berjalan, tubuhku sudah terasa sangat lemas, mengendong tas dengan berat 10kg, rompi anti peluru, senjata dan helm baja membuat tubuhku kehabisan tenaga dengan cepat.

Sudah tak lagi kuat tubuhku menahan rasa lelah yang menjalar keseluruh tubuh, aku terjatuh, lemas dan akhirnya aku tak sadarkan diri.

16.45

Aku mulai sadar, sadar akan aroma sedap yang memenuhi hidungku, saat aku sadar aku berada didalam sebuah kamar dengan hanya menggunakan kaos dalaman dan celana pendek saja. Seragam, tas, dan senjataku tersuaun rapih diamping tempat tidur. Aku berjalan keluar kamar sambil memegang pistol ku untuk mengecek keadaan.

Aku menyusuri rumah itu mengikuti bau yang kucium, diatas meja makan sudah tersusun rapih makanan dengan kuah kari, tampa berpikir lama aku langsung duduk dan menyantabnya, ternyata ini adalah daging kambing, yang diberi kuah kari khas melayu. Nikmat rasanya.

Sedang asik menyantab terdengar suara derap langkah kaki mendekat. Kuambil pistolku dan kuarahkan kearah suara itu. Muncullah seorang wanita sekitar 24 tahun dari lorong menuju dapur, dia langsung angkat tangan melihat aku menodongkan pistol kearahnya.

Aku bertanya kepada dia siapa namanya, tapi dia hanya diam, tegang dan panik itu yang kunilai melihat wajahnya sekarang. Cantik, dengan rambut hitam panjang sepundak, kulit putih dan hidung mancung, sera bibir yang kecil membuat iya sempurna. Ku rendahkan moncong pistolku dan ku suruh ia kemari, tapi dia tetap diam dan mematung. Tampaknya aku sudah menakut nakuti dia dengan pistolku.

14.00
Ana

Aku gadis Malaysia berumur 23 tahun, semenjak perang ini aku hidup sebatang kara dirumah ku, ayah dan ibu ku telah mengungsi, akupun sebenernya ikut, tapi terpisah saat akan memasuki bus yang telah disediakan oleh pemerintah.
Karna terpisah aku lebih memilih untuk kembali pulang kerumah. Bukanya tidak ingin mengungsi tapi merasa aman jika berada dirumahku sendiri.

Untuk memenuhi energiku, aku memasak makananku sendiri, Aku tidak sulit untuk mendapatkan bahan makanan. Yang sulit bagiku adalah menemukan stok tabung gas yang masih tersedia, kini aku sudah tidak memasak menggunakan tabung gas lagi, karna semua warung sudah tutup, stok gasku pun sudah habis tadi malam. Untuk memasak,kini aku menggunakan kayu bakar.

Sore ini aku berencana untuk masuk kehutan untuk menambah stok kayu bakar yang telah menipis mencari stok bahan mentah yang nantinya bisa ku olah menjadi makanan. Kampungku berada di pedalaman hutan, jadi tak sulit bagiku untuk mencari kayu bakar serta buah atau sayuran disini.

Belum jauh aku masuk kedalam hutan, aku kaget melihat seseorang tergeletak ditanah, dari bajunya aku tahu bahwa dia tentara Indonesia. Ku coba untuk mengecek keadaannya dengan hati - hati aku menghampirinya sambil memperhatikan keadaan sekitar takut ada tentara Malaysia disekitar sini.

Penampilanya sangat mengerikan, wajah penuh debu dan darah, kotor, baju yang robek - robek serta kaki yang diperban. Setelah aku cek nadinya, ternyata masih hidup. Langsung aku berlari kerumah untuk mengambil troli, aku tak kuat jika harus aku gotong dia.

Setelah sampai dirumah, ku lepaskan baju robeknya, kubersihkan badanya, dengan pelan ku bersihkan luka diwajah dan tubuhnya dengan hati hati, aku takut dia terjaga dengan aktifitas ku ini. Dia terbaring diatas ranjangku sekarang.

Sembari menunggu ia sadar aku memasak makanan untuk kami makan. Didalam kulkas masih ada daging kambing yang telah dipotong beberapa hari yang lalu. Kebetulan keluargaku pelihara kambing dibelakang rumah.

Kumasak daging itu untuk kami berdua. Saat telah matang, aku sajikan makanan itu diatas meja makan, kwatir masakanku tak enak, sedikit kuahnya kucoba. Rasanya kurang pedas, akhirnya aku mengambil cabai segar yang ada didepan rumahku.

Saat aku selesai memetik beberapa cabai, aku langsung kembali kedapur untuk menggilingnya, listrik dirumahku sudah padam jadi semuanya harus aku lakukan dengan manual. Saat aku memasuki ruang dapur, pria itu sudah menodongkan pistolnya kearahku, dia bertanya siapa namaku, tapi aku hanya diam, dia tampan tapi aku takut dia akan menembakku.

Aku mendengar derap kakinya mendekat, dia menarik tanganku kearah bangku meja makan. Disuruhnya aku untuk duduk, setelah itu dia kembali duduk dibangku yang tadi iya duduki.

Karna ketakutanku aku jadi tidak nafsu untuk makan, berbanding terbalik dengan dia yang sangat lahap makan, seperti gelandangan yang diajak makan daging, pasti mereka makan sebanyak mungkin.

17.22

Fajar sudah mulai bersembunyi, rumahku kini gelap, hanya tersisa 3 batang lilin sekarang. Malam ini kami tidak mengobrol, mungkin karna aku masih trauma dengan todongan pistolnya.

Akhirnya kuberanikan diri untuk mengajak dia untuk berbicara.
"Untuk sementara tinggallah disini, sampai kakimu sembuh. Untuk sekarang tidurlah dikamarku dan aku akan tidur dikamar orang tua ku" kata ku sambil menyerahkan lilin kepadanya untuk penerangan dikamarnya.
"Terima kasih, tapi aku belum tau namamu, siapa namamu?" jawabnya sambil mengambil lilin yang aku sodorkan.
"Ana" jawabku singkat.
"Maaf merepotkanmu ana" jawabnya. Aku hanya tersenyum sambil beranjak pergi darinya.

Malam ini aku sulit untuk tidur, entah kenapa aku selalu terbayang akan wajah rupawanya, menhingatkan tentang matan pacarku yang telah lama meninggal 2 tahun lalu. Rupa mereka tidak mirip tapi ntah kenapa wajahnya mengingatkanku pada sosoknya, sepertinya malam ini aku akan terjaga sepanjang malam.

*************

Hay guys, saya selaku penulis meminta maaf atas lamanya proses update bab baru, hehehe....
Sekarang kita akan masuk kedalam konflik batinya Sertu Adrian nih. Maaf juga bila dalam penulisan banyak typo, sekali lagi mohon maaf yaa....

Untuk next chap, saya kasih kesempatan nih buat para pembaca untuk memberi masukan cerita siapa yang akan kita bahas?

Ohh iyaa jangan lupa buat vote dan beri komentar kalian untuk cerita ini yaa... Terima kasih 😸

MEDAN TUGASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang