Part 5

2.2K 220 10
                                    

Justin Bieber's POV

"Aku ingin memberikanmu sesuatu. Ku harap kau menyukainya" aku merogoh saku celanaku mencari kotak berwarna merah muda yang terdapat sepasang kalung berliontin gembok dan kunci.

"Kalung berliontin kunci ini milikku, dan yang berliontin gembok ini adalah milikmu. Aku ingin mengunci hatimu agar tidak ada siapapun yang dapat memasukinya selain aku" aku mengedipkan sebelah mataku padanya.
Tetapi tiba-tiba ia menangis. Dan itu sangat membuatku panik. Apakah ada yang salah dariku?

"Hey, mengapa kau menangis, Maddie?"
Aku meraih kedua pipinya yang sudah basah, lalu mengusapnya perlahan.

"Aku.. Aku sangat terharu Justin. Aku tak pernah merasakan sebahagia ini sebelumnya"
Mendengar jawaban darinya, membuat hatiku lega. Karena kau tahu? Harry pernah berkata padaku, bahwa hanya seorang pecundang yang membuat wanita menangis karena tersakiti, dan pria yang keren itu adalah pria yang mampu membuat wanita menangis karena bahagia. Aku yakin, aku terlihat sangat keren sekarang.

"Apa kau suka?" Tanyaku, setelah kalung berliontin gembok itu melingkar dengan sempurna di lehernya.

"Terima kasih, Justin. Aku sangat menyukainya" ia tersenyum padaku.

Gadis ini benar-benar merubah hidupku. Disaat aku bersamanya, sosok seorang Justin Bieber yang kasar dan dingin seketika berubah menjadi penyayang. Aku seakan melupakan diriku yang sebenarnya adalah seorang pembunuh. Tetapi aku berjanji pada diriku sendiri, setelah menyelesaikan misi dari Louis, aku akan berhenti menjadi pembunuh bayaran dan akan segera menikahi Maddison.

Tiba-tiba ada seseorang menyentuh bahuku dari belakang dan membuatku terkejut hingga melompat dari kursi. Sialan! Ternyata hanya anak kecil ingusan yang menjijikan.
Sepertinya ia menghampiri kami untuk meminta makanan.

"Hey! Kau ini mengagetkanku saja. Pergi sana!" Usirku mendorong kasar anak kecil itu.

"Justin, hentikan! Kau tidak boleh kasar dengan anak kecil sepertinya" Maddison melindungi anak kecil itu dariku.

"Maddison, menjauh darinya! Anak kecil menjijikan sepertinya bisa menularkan penyakit padamu"
Maddison tak mendengarkanku dan berbicara pada anak itu.

"Justin, ia lapar. Apakah kau tidak mempunyai sedikit makanan di mobilmu?"

"Ada. Tapi apa peduliku terhadap anak ini?"

"Kalau begitu, biarkan aku yang mengambilkan makanan untuknya" Maddison beranjak dari posisinya tetapi dengan sigap aku menarik tangannya.

"Baiklah, Maddison. Aku saja yang mengambilnya" aku berdecak kesal, namun ia hanya terkekeh pelan.

Mengapa ia sangat peduli terhadap anak kecil yang menjijikan itu? Aku tak mengerti jalan pikirannya. Anak itu benar-benar merusak suasana.
Saat aku kembali, dari kejauhan ku lihat Maddison sedang tertawa bersama anak itu, entah apa yang sedang mereka tertawakan.

"Hanya ada roti ini yang tersisa di mobilku"

"Terima kasih, Justin"
Setelah Maddison memberikan roti padanya, anak kecil tersebut pergi meninggalkan kami.

"Jaga dirimu baik-baik!" Teriak Maddison sembari melambaikan tangannya.

"Mengapa kau terlihat begitu bahagia bersama anak kecil itu? Apa kau lebih bahagia bersamanya? Kalau begitu, kau pacaran saja dengannya" aku sangat kesal padanya dan juga anak kecil itu.

"Entahlah, Justin. Tapi yang pasti, hatiku selalu merasa lebih baik setelah menolong seseorang" ia tersenyum padaku. Lagi-lagi yang ia lakukan justru membuatku semakin jatuh cinta padanya walaupun sebenarnya jawabannya itu benar-benar membuatku malu pada diriku sendiri. Apakah seorang pembunuh sepertiku pantas bersanding dengan wanita berhati malaikat sepertinya?

Lifesaver ( Justin Bieber Love Story ) [COMPLETED]Where stories live. Discover now