Dua

22K 1.7K 148
                                    

---Taehyung Side---

Disini lah seorang Taehyung berada sekarang. Sendirian di dalam apartement sederhana yang ia huni bersama dengan dua makhluk lainnya--Hoseok dan Jimin. Menatap televisi yang menyiarkan anime kesayangannya ditemani dengan berbagai cemilan porsi besar yang bahkan beberapa diantaranya telah habis. Belum lagi kaleng-kaleng cola yang berserakan dan juga komik yang tergeletak tidak elit. Ughh... benar-benar berantakan. Ia yakin ketika kedua temannya pulang nanti dia akan mendapat ceramah. Tapi masa bodoh lah, lagipula ia sudah kebal dengan berbagai omelan teman-temannya itu.

Mata Taehyung sesekali melirik jam yang bertengger manis di dinding apartemenya. Seharusnya kedua temannya itu sudah pulang dari pukul 07.30 tadi namun sampai sekarang pukul 08.45 mereka belum juga datang. Bukanya apa, Taehyung hanya khawatir besok pagi dia tidak mendapat sarapan mengingat dia sama sekali tidak bisa memasak. Ck..ck..ck...

Ketika Taehyung mendengar suara gaduh di depan apartemennya. Ia yakin kedua temannya itu pasti sudah tiba. Jika kalian ingin tau mengapa sampai segaduh itu jawabannya adalah karena mereka berebut masuk sampai terjadi aksi saling dorong. Kekanakan sekali, kan?

"O' kalian sudah pulang?" Tanya Taehyung berbasa basi.

"Tidak, kami masih dikantor" jawab Jimin ketus yang disambut decakan Taehyung dan tawa Hoseok namun tawa itu tak berlangsung lama ketika menyadari ruang tengah sangat berantakan.

"Ya ampun tae.. apa seharian ini kau habiskan waktumu untuk menonton anime dan astaga sampahnya." omel Hosek sambil memunguti sampah, sedangkan Taehyung? Masih pada posisinya--duduk menyandar pada sofa dengan kedua kaki yang ia naikan ke atas meja-- dan jangan lupakan tampang tanpa dosanya itu membuat Hoseok ingin menelannya saat itu juga.

"Katanya kau mau melamar kerja?" Jimin berkacak pinggang, menatap Taehyung tajam. Tapi,, ya setajam-tajamnya Jimin menatap Taehyung, tatapan itu tidak akan pernah mempan untuknya.

"Ya, aku sudah pergi melamar tadi tapi aku tidak suka pekerjaannya." Jawabnya sambil memasukan empat keping kripik kentang sekaligus kedalam mulutnya sedangkan Hosek dan Jimin yang mendengarnya hanya menggeleng prihatin.

"Mau sampai kapan kau jadi pengangguran? Kau tidak akan selalu bergantung pada kami kan tae?" Tanya Jimin garang.

"Aku tidak bergantung pada kalian"

"Issh.."

Ingin sekali Jimin menjambak rambut merah Taehyung kalau saja Hoseok tidak memanggil mereka untuk makan malam. "Sudah-sudah ayo kita makan, aku sudah membelikan jjajangmyeon untukmu tae."

"Aku tidak lapar hyung"

"Memang kau makan apa tadi? Lihatlah, apa kau ingin tubuhmu yang kurus itu menjadi semakin kering?" Sepertinya Jimin tidak ada lelahnya untuk meggoda Taehyung

"Berisik kau park, lebih baik kau bercermin! tubuhmu bahkan jauh lebih pendek dariku dan eoh..pipimu semakin tembam rupanya. Sebaiknya kau kurangi porsi makanmu Park!"

"YAK..."

'Drt drrttt Geh-ool-gah-eh ohl-cheng-ee han-mah-ree, ggoh-mool ggoh-mool heh-uhm-chee-dah ~ '

Jimin hampir saja benar-benar menjambak Taehyung namun gagal karena tiba-tiba ponsel milik Taehyung berdering. Taehyung terlihat kebingungan mencari ponselnya sedangkan Jimin hanya diam tanpa ada niat untuk membantu sama sekali. Sampai akhirnya Taehyung menemukan ponselnya dibawah meja, itupun setelah mendapat saran dari Hoseok untuk mencarinya disana. Entah bagaimana ceritanya sampai ponselnya bisa tergeletak di tempat seperti itu. Yaa.. memang dasar Taehyung ceroboh, kepalanya bahkan sempat terbentur sudut meja tadi dan menghasilkan ringisan dari ketiga makhluk itu.

Lebih baik lupakan kejadian barusan karena sebenarnya kejadian tersebut sudah terlalu sering terjadi di apartement itu.

Taehyung menyerinyit ketika membaca nama penelpon yang tertera dilayar ponselnya.
"Guru? tumben sekali."

"Angkat saja." Kata Jimin sambil berlalu menuju meja makan.

"Ini juga baru mau ku angkat."

"Halo?"

"Tae tae, apa kabarmu nak" Taehyung diam, menghiraukan pertanyaan dari sang lawan bicara di seberang sana. Alisnya mengkerut, sedang merasa aneh--mungkin. Taehyung mengangkat bahunya acuh lalu memencet tulisan speaker pada layar ponselnya dan meletakannya diatas meja.
"Hey aku bertanya padamu"

"Aku, baik-baik saja. Kenapa guru menelpon?" Taehyung kembali pada posisi awalnya--bersandar di sofa dengan kedua kaki berada diatas meja.

"Aku hanya rindu padamu"

Hah..?? Taehyung yakin pasti ada maksud tertentu dari ucapan gurunya. "Guru bercanda? Tidak biasanya seperti ini? Wah...wah pasti ada maksud tertentu."

"Tsk.. anak ini. Jadi begin-"

"To the poin saja."

Hoseok dan Jimin yang sedang makan di meja makan hanya terkikik mendengar percakapan keduanya.

"Aish, baiklah. Aku tau kau sedang menganggur"

"Guru..."

"Jangan potong ucapanku dan dengarkan dengan baik. Aku punya pekerjaan bagus untukmu. Jadilah guru untuk cucuku, aku tidak menerima penolakan."

Taehyung melirik sekilas Hoseok dan Jimin yang tiba-tiba tersedak bersamaan.

"Cucumu? Maksudnya si Jongkok itu?"

"Jungkook tae. Jeon Jungkook." Ralat sang Guru.

"Ya maksudku itu...memang kalau aku tidak mau bagimana?"

"Kau akan melihatku terbaring di rumah sakit dengan tubuhku yang mengurus dan kepalaku yang botak karena cucuku tidak lulus sekolah dan jika aku meninggal kau akan selalu di hantui rasa bersalahmu."

"GURU JANGAN SEPERTI ITU!! AKU TIDAK MAU MELIHATMU JATUH SAKIT-" teriak Taehyung panik dengan mata berkaca-kaca, menyebabkan Hoseok dan Jimin lagi-lagi tersesak karenanya. Sungguh, Taehyung itu sangat takut jika sang guru sakit. Bahkan setahun yang lalu ketika sang guru terpeleset dan dilarikan kerumah sakit, Taehyung menangis kencang sambil memohon agar gurunya tidak meninggal. Padahalkan gurunya hanya terkilir.

"Aku tidak akan sakit jika cucuku lulus. Dan aku ingin kau mengajarinya"

"B-baiklah.."

"Bagus dan...apa kau menagis? Sepertinya suaramu bergetar."

"Eum..aku tidak menagis kok" jawabnya sambil menggeleng imut.

"Besok aku akan kirimkan alamatnya padamu. Aku nyakin kau pasti bisa. Sampaikan salamku untuk hyung-hyungmu ne. Selamat malam"

Tepat ketika panggilan berakhir, suara tawa milik Hoseok dan Jimin membahana keseluruh ruangan.

"Kenapa tertawa?" Tanya Taehyung dengan wajah kesalnya yang dijawab dengan gelengan dari kedua temannya. Taehyung mendekat kemudan duduk di sebelah Jimin.

"Emm hyung. Aku yakin pasti kalian pernah bertemu dengan cucu guru kan? Kalau aku boleh tau..dia seperti apa?"

"Dia eung.. dia-" kalimat Hoseok terpotong oleh Jimin
"Berbahaya. Kau harus hati-hati tae"

"Jimin?" Hoseok menatap jimin bingung begitupun dengan Taehyung.

"Berbahaya ya...? Ahh sudahlah. Kalau dia benar berbahaya aku akan menjadi lebih berbahaya darinya." Kata Taehyung sambil mengangkat bahunya acuh kemudian menyomot daging di piring Jimin.
"Yak tae... jangan ambil, itu milikku tau! Tadi katanya kau tidak lapar."
"Tsk ... kau pelit sekali. Mau ku kembalikan? Nih.." Taehyung sudah bersiap-siap mengeluarkan isi mulutnya.
"Ehhh? Yakk jorok..!!!"

TBC.

Kepanjangan ya?Semoga aja kalian gak bosen 😊. Jadi mau lanjut atau cukup disini aja? Votmmentnya yakk..😉 mohon maaf atas kesalahn" saya. Trimakasih buat yang udah mau baca...😘

My Private TeacherМесто, где живут истории. Откройте их для себя