Senyum Kirana melebar bahkan memperlihatkan deretan gigi putihnya. Di hadapannya Yudha Baskara duduk sambil memegang tangan Kirana.
"I miss you, Ran." Yudha mencium tangan Kirana hingga membuat pipi Kirana memerah.
"Me too, " balasnya sambil tersipu malu. "Tapi jangan kerja mulu biar Ran gak kangen terus." berenggutnya. Posisi Yudha sebagai CEO menggantikan posisi sang Ayah membuatnya menjadi kekurangan waktu untuk bersama seperti dulu.
Yudha tertawa dan mencubit pipi Kirana. "Aku kerja keras gini buat kamu sama anak kita nanti, Ran."
Lihatlah bagaimana cara pria itu berbicara! Bagaimana tidak Kirana bisa berhenti tersipu malu. Terlebih suara musik klasik yang dibawakan oleh band Restoran ini. Sungguh, Kirana merasa sangat bersyukur memiliki pacar yang tampan dan seromantis Yudha.
Tapi tunggu! Yudha berdiri dari duduknya dan kini wajahnya entah sejak kapan telah berada beberapa senti di hadapan wajah Kirana. Refleks Kirana menutup matanya.
Wajah Yudha semakin dekat bahkan Kirana dapat merasakan deru napas pria itu. Detak jantungnya semakin berdetak kencang saat bibir itu kian mendekat.
Dreet.
Yudha mendesis dan menjauhkan wajahnya. Hal hampir serupa pun terlihat di wajah Kirana. Dengan sebal ia meraih ponsel miliknya yang ia letakkan dalam tas nya.
"Hallo, ada apa Bun? " ucap Kirana setelah melihat id sang penelpon.
Alis Kirana semakin mengkerut saat sang Bunda berbicara.
"Tapi Bun, kok Ran harus ikut? Ini kan acara Ayah sama Bunda jadi gak ada sangkut pautnya sama Ran. Lagian Ran lagi sama Yudha nih Bun," bantah Ran.
Ia terlihat mendengarkan kembali suara Bundanya sambil sesekali berargumen. Hingga akhirnya debat keduanya berhenti saat Kirana mengaku menyerah.
"Ok Ran kesana sekarang" Kirana menutup telpon tersebut. Ia mendesah pasrah dan pandangannya beralih menatap Yudha di ujung sana.
Baru juga ia memiliki waktu bersama namun kini ia harus berpisah lagi. "Yudha, g-gue... " Kirana memilin jarinya. Ia pusing memilih kata yang tepat hingga terlihat Yudha menganggukan kepala seakan mengerti."Pergi aja. Pasti Bunda kamu ada perlu," ucap Yudha dengan bijaksana. Sekali lagi Kirana bersyukur di pertemukan pria yang sepengertian Yudha Baskara.
***
Suara hentakan heels terdengar. Kirana berjalan cepat ke dalam rumah. Hari ini moodnya terasa sangat buruk pasalnya hari ini harusnya ia masih menghabiskan waktu dengan Yudha namun ia malah harus bertemu dengan teman Ayahnya tanpa alasan yang jelas.
Kirana menatap Ayah dan Bundanya yang kini duduk manis di meja makan keluarga. Terlihat pula seorang pasangan suami istri yang berusia paruh baya dan seorang pria asing yang tampak lebih memilih menikmati makan malamnya di banding melihat siapa yang dapat.
Kirana meletakkan tas branded miliknya di kursi yang terletak di sampingnya dan mulai duduk dengan menyilangkan kakinya sambil menatap semua orang yang datang. Entah alasan apa yang membuat kedua orang tuanya kekeh memintanya untuk hadir di acara makan malam membosankan ini.
"Lama gak ketemu dan sekarang Kirana udah tambah besar yah," celetuk Om Almahendra. Ia kenal pria itu sebagai sahabat dekat Ayahnya bahkan Istri Almahendra dulu sering membawanya ke rumah mereka saat kecil.
Kirana hanya tersenyum tipis. Walaupun dalam hati ia sangat ingin berkomenter. Memang om ini pikir ia akan terus menjadi bayi? Dan cantik? Oh come on, dia memang cantik sejak dulu.
"Iya, Padahal berasa kemarin Chandra dan Kirana masih main kejar-kejaran yah. Bentar lagi udah bisa main 'dokter-dokteran', hen." Ayah tertawa terbahak-bahak begitupun dengan Om itu. Bunda malah tampak memukul pelan bahu Ayah.
Memang apa maksudnya nanti bisa main 'dokter-dokteran'? Kirana kan sarjana ekonomi bukan dokter. Terkadang selera humor Ayahnya terlalu tinggi.
"Hm. Ran kenalin ini Chandra. Dulu kalian sering main berdua," ucap Tante Athaya. Pria itu mengulurkan tangan padanya namun Kirana mengabaikan uluran tangan pria itu dengan berpura-pura memainkan ponsel di tangannya.
Pria itu menarik kembali tangannya. "Chandra Putra Almahendra," ucapnya dengan suara datar.
Tebakan Chandra benar. Ternyata gadis di hadapannya inilah yang harusnya ia temui di bandara. Tapi tebakannya di bandara tidak meleset sedikitpun. Gadis di hadapannya sangat manja dan kekanakan. Di tambah sikap sopan santunnya yang minus juga pakaian yang ia gunakan benar-benar kekurangan bahan. Walaupun tak bisa Chandra pungkiri bahwa gadis ini memang sangat cantik seperti kata Mamanya.
Chandra memijit hidungnya. Apakah gadis seperti ini yang akan kedua orang tuanya jodohkan dengannya? Ia lebih memilih jomblo seumur hidup di banding hidup dengan gadis seperti ini.
"Hm. Jadi saya mulai aja gimana? " Ayah memandang ke arah Almahendra. Dan pria itu mengangguk dengan wajah penuh semangat.
"Jadi alasan kita mengadakan acara makan malam hari ini bukan hanya untuk menyambut kedatangan Chandra namun juga untuk menyatukan kedua buah keluarga seperti rencana kami dulu," ucap Andromeda, Ayah Kirana.
Kirana menyeringitkan dahinya. Menyatukan kedua keluarga?
"Intinya kami akan menjodohkan putri tunggal kami, Kirana dengan Putra sahabatku, Almahendra." Ayah tersenyum di ujung katanya.
Perjodohan?
Bibir Kirana keluh. Bagaimana bisa Ayah dan Bundanya tega menjodohkannya dengan orang lain sedangkan ia sudah memiliki calon suami sendiri?
"Tetapi Ayah, Kirana gak mau!" ucap Kirana tegas. Ia tidak boleh takut karena hal ini menyangkut masa depannya. Ia tidak mau menikahi orang yang tidak ia cintai. Ia hanya ingin menikah dengan Yudha. Hanya Yudha Baskara.
Semua orang dalam ruangan itu terkejut dengan sikap Kirana yang langsung menolak mentah-mentah perjodohan itu.
"Kamu mau apa tidak Ayah akan tetap menikahkan kamu dengan Chandra. Chandra calon yang terbaik untukmu. Ia seorang tentara dan tentu bisa mengayomimu," tegas Ayahnya.
"Tentara? " Kirana memijit pelipisnya. Kepalanya mendadak terasa pusing.
"Memang dia punya gaji berapa sebulan buat hidupkan Ran? 50 juta? 100 juta? Pokoknya Ran gak bakalan mau nikah dengan cowok kaku dan gak modal kayak gitu!" sungut Kirana.
Bagaimana bisa ayahnya menikahkannya dengan pria yang berprofesi TNI sedangkan ia memiliki calon suami potensial yang tentu bisa menghidupi Kirana yang memiliki gaya hidup yang glamour ini.Kirana berdiri dari duduknya. Ia berjalan meninggalkan meja makan itu menuju ke kamarnya.
Memang Ayah dan Bundanya tidak merasa bahwa sekarang sudah abad 21? Bagaimana bisa mereka masih memiliki pikiran kolot seperti itu? Ini bukan zaman Siti Nurbaya! Dan ia tidak akan mau menikah dengan pria seperti Chandra itu! Tidak akan!

YOU ARE READING
Chandra & Kirana
RomanceKirana memiliki segalanya. Kecantikan, harta, sahabat, kasih sayang kedua orang tuanya, dan pacar tampan yang menyayanginya. Tapi semua berubah 180° saat kedua orang tuanya menyeretnya dalam sebuah perjodohan dengan seorang anggota TNI yang kaku ber...