Dylan: Kirana kritis, Chan
Chandra masuk dengan tergesa-gesa ke dalam ruang rawat setelah mendapat pesan dari Dylan. Ia segera meraih knop pintu tersebut dan membuka pintunya lebar-lebar.
Jantungnya berpacu saat melihat tak seorangpun berada dalam ruangan itu. Bahkan ranjang Kirana terlihat masih rapi.
Chandra berjalan dengan sempoyongan ke arah brankar. Menyentuh seprai putih itu. Padahal tadi wanita itu masih terlelap dengan damai dan kini Chandra menyesali sudah meninggalkan Kirana sebentar.
Ia hendak merogoh kembali kantongnya dan menanyakan keberadaan Kirana pada Dylan sebelum suara tawa yang terdengar tak asing di telinganya terdengar."Kentut gue gak bau!"
"Emang lo minum parfum biar kentut lo gak-" ucapan Dylan terhenti saat melihat Chandra berdiri sambil berkacak pinggang di hadapannya.
"Kalian dari mana aja?" tanya Chandra dengan senyum dipaksakan.
Ia tidak sedang cemburu saat ini. Tolong di garis bawahi. Ia tidak cemburu.
Ia hanya kesal karena Dylan lagi-lagi menipunya. Chandra hampir saja terkena serangan jantung saat melihat pesan jebakan Dylan tadi.
"Kita habis jalan-jalan. Kirana butuh refreshing. Iya gak Ran?"
Kirana menganggukkan kepalanya, "Eh gue tadi lihat lo pelukan dengan cewek."
Ucap Kirana santai seakan-akan ia sedang memberitahu tentang cuaca hari ini.
Chandra hanya diam mematung dan Dylan? pria itu bahkan hampir merasa jantungnya ingin copot saat ini.
Bagaimana bisa Kirana melihatnya dan tetap bersikap sesantai itu? Padahal tadi Dylan begitu yakin Kirana tak melihatnya.
"I.. itu.. hmm," Chandra mengelus tengkuknya dengan canggung. Ia melotot ke arah Dylan membantunya mencari alasan yang tepat namun pria itu mengelengkan kepalanya dengan yakin.
Tidak ada cara bunuh diri yang lebih tepat selain harus berhubungan dengan Kirana. Tentunya Dylan tidak ingin ikut serta bersama Chandra di liang lahat.
"Hahaha," tawa besar Kirana seakan terdengar seperti suara kematian di telinga keduanya. Bahkan Chandra bisa mendengar suara letupan pistol khas upacara kematian tentara.
"Ekspresi lo berdua kek orang nahan boker tahu gak," ucap Kirana masih dengan sisa tawanya.
"Maksud kamu apa, Ran? kamu gak marah?" tanya Chandra dengan pelan. Bahkan terdengar begitu lembut, kontras dengan wajahnya yang begitu tegas.
"Gue marah? kenapa? karena lo 'selingkuh' gitu" Kirana meletakkan kedua jari kelingkingnya saat mengucap kata selingkuh.
"Lo harusnya nyakar mukanya Chandra, Ran atau lo tendang titit nya." ucap Dylan mengompori.
Chandra melotot tajam pada sahabatnya itu. Bagaimana bisa pria itu malah mendorongnya ke jurung neraka yang Chandra sebut 'Kirana' dan masih mengaku sahabatnya?
"Gak perlu. Lagian hubungan gue dan Chandra bukan hal yang bisa dijelasin," ucap Kirana.
Kirana menatap mata Chandra dan kemudian tersenyum, "Bukan berarti saat lo nikah, gue adalah jodoh lo. Bisa aja saat ini lo lagi jaga jodoh orang lain atau sebaliknya begitu."
Kirana menarik napas dalam, "Gue gak mau hidup gue jadi lebih complicated dengan persepsi gue. "
Kedua pria itu terdiam hingga terdengar suara tepuk tangan membahana khas Dylan.
"Lo habis khatam buku 1001 quotes yah, Ran?"
Kirana memutar bola matanya, "Jangan mulai lagi Lan. "
"Mending kalian berdua beliin gue bubur ayam yang enak karena gue alergi makanan rumah sakit. " ucap Kirana dengan gaya sok memerintah.
Akhirnya Chandra tersenyum dan memberi hormat khas gayanya saat melapor pada komandan.
"Siap Nyonya Chandra," ucapnya dengan suara tegas.
Kirana mendengus walaupun tak bisa ia pungkiri bibirnya sedikit terangkat membentuk senyuman tipis.
"Udah husst sana, lo pergi cepat! pesan satu lagi buat gue," perintah Dylan.
"Eh elo juga ikut bego!" Kirana memukul kepala Dylan yang malah duduk di ujung brankarnya.
Dylan menunjuk dirinya dengan tatapan tidak percaya, "Gue? "
Kirana mengganguk. "Emang siapa lagi? monyet? "
Dylan berdiri dari duduk dan menatap Kirana dengan tatapan sendu.
"Kok habis kentut lo jadi gini Ran? kita kan udah best friend. "
"Udah jangan drama, Lan. "
Chandra menarik tubuh sahabatnya itu menjauhi Kirana.
Saat hendak menutup pintu Chandra berbalik dan menatap Kirana. "Selamat kamu udah kentut," ucap Chandra dengan senyum jahilnya.
"CHANDRA!!!"
***
Dylan menyikut Chandra yang duduk di sampingnya sambil menunggu pesanan bubur ayam Kirana. Chandra yang kesal segera berbalik dan melotot ke sahabatnya itu.
"Apa? "
"Lo gak kasihan sama Kirana?" ucap Dylan. Sungguh jika ia menjadi Kirana mungkin ia sudah menghajar habis-habisan pria dihadapannya ini.
Siapa wanita yang rela suaminya di peluk wanita lain?
"Gue awalnya berpikir begitu," ucap Chandra setelah lama diam.
"Tapi dia beda, Lan. "
"Dia sulit dipahami. Gue gak tahu kapan dia sedih atau marah. Gue gak tahu," ucap Chandra menyuarakan hatinya.
Dylan ikut menganggukkan kepalanya. Ia juga sama sekali tak mengerti pemikiran Kirana. Wanita itu benar-benar tak terbaca.
"Gimana dengan Kartika? " tanya Dylan dengan penasaran tingkat tinggi.
Chandra tersenyum dan menggelengkan kepalanya. Membuat Dylan tak bisa mengorek apapun dari sahabatnya itu.
Tatapan pria itu hanya mengarah pada jalanan. Memandangi kendaraan yang lalu-lalang tanpa berkeinginan menjawab lebih lanjut pertanyaan Dylan.
"Mas, ini bubur ayamnya."

KAMU SEDANG MEMBACA
Chandra & Kirana
RomansaKirana memiliki segalanya. Kecantikan, harta, sahabat, kasih sayang kedua orang tuanya, dan pacar tampan yang menyayanginya. Tapi semua berubah 180° saat kedua orang tuanya menyeretnya dalam sebuah perjodohan dengan seorang anggota TNI yang kaku ber...