CHAPTER 28

9.4K 435 12
                                    

-Tasya POV-

"Aku akan membantumu Jess" ujarku yang sedikit ragu.

"Terima Kasih Tasya, kau memang sahabat terbaikku" balas Jessie dengan senang.

Aku sungguh ragu dengan apa yang akan aku lakukan. Pria itu terlihat tidak baik, aku memiliki firasat bahwa ia menginginkan sesuatu. Dan bagaimana bisa pria itu bisa berada di negara ini, apa dia mengikutiku. Ini sungguh bukan sebuah kebetulan. Seharusnya bukan pria seperti itu yang disukai oleh Jessie. Jessie berhak mendapatkan pria yang lebih baik darinya.

Aku menoleh ke pria itu berada, dan ia sedang menatapku intens seolah tatapannya mengingatkan aku tentang kejadian itu. Dia benar-benar pria yang brengsek. Itu adalah sebutan yang pantas untuk pria yang tiba-tiba mencium wanita yang tidak dikenalinya. Apa jadinya jika Jessie benar-benar sudah dekat dengannya, aku tidak ingin dia menyakiti Jessie.

"Bagaimana rasanya ya, jika aku bisa makan malam romantis dengannya? Mungkin aku tidak perlu memesan makanan apapun, karena dengan menatap wajahnya saja itu sudah membuatku kenyang" Jessie berujar dengan tatapan memuja, matanya tak lepas menatap pria itu.

Aku merasa mual dengan ucapan Jessie, dia sangat berlebihan. Seandainya kau tahu Jess, dia adalah pria yang brengsek. Wajahnya yang tampan itu sudah menutupi sifat buruknya.

'Tidak Tasya, dia itu tidak tampan. Leo jauh seribu lebih tampan darinya' aku mengangguk membenarkan suara dewi batinku.

"Hey Tasya, mengapa kau mengangguk? Ayolah bantu aku" ucap Jessie yang mengalihkan perhatianku.

Aku mendesah, sungguh sulit menolak permintaan Jessie. "Baiklah, tunggu disini"

Dengan keraguan yang menyelimutiku aku menghampiri pria itu berada. Tatapannya tak lepas dariku, aku sangat yakin ia memperhatikan pergerakanku sejak tadi.

Langkahku terhenti tepat di depan mejanya. "Emm-'

"Silahkan" dia berkata sebelum aku mengatakan sesuatu. Aku menatapnya dengan bingung.

"Mengapa kau diam? Silahkan duduk nona"

Aku menurutinya. Niatku hanyalah ingin langsung mengucapkan apa yang di inginkan Jessie, bukan berbasa basi seperti ini. Bagaimana jika Leo melihatnya, atau pegawai Leo melihatnya. Aku benar-benar dalam masalah besar jika hal itu terjadi. Aku duduk gelisah memikirkan itu semua.

"Akhirnya kau sendiri yang datang kepadaku. Aku tahu kau merindukanku sayang" dia mengedipkan sebelah matanya disusul seringai yang membuatku jijik. Aku membalas dengan tatapan tajam. Dan penglihatanku tak sengaja melihat ada bekas luka dipelipis kanannya, apa ini perbuatan Leo? Apa yang sudah Leo lakukan kepadanya? Aku sungguh tak mengerti, tapi bisa saja kemungkinan bekas luka itu sudah ada sejak aku belum bertemu dengannya, aku tidak ingin berprasangka buruk kepada suamiku sendiri.

"Cukup basa basimu. Aku datang menghampirimu bukan untuk mengobrol denganmu. Aku hanya ingin mengundangmu makan malam besok di Rubiross restaurant"

Dia berfikir sejenak, seolah sedang memahami perkataanku. Wajahnya terkejut dan tak percaya jika aku mengajaknya makan malam. "Kau sungguh wanita yang agresif sayang. Aku tak salah memilihmu. Aku suka wanita yang agresif" dia berbisik untuk kalimat yang terakhir.

Sial, dia sudah memancing amarahku. Aku mengelus perut buncitku, untuk meminta kesabaran dari bayiku agar aku tak menampar pria di depanku ini. Ini semua kulakukan demi Jessie.

Jika kau bukan sahabatku Jess, aku tak sudi melakukan ini semua. Harga diriku seolah sudah direndahkan oleh pria brengsek itu.

"Terserah apa katamu, aku tak perduli." kataku ketus sambil beranjak pergi meninggalkan tempat itu dan kembali menghampiri Jessie yang sudah tak sabar ingin mendengar kabar dariku.

A SECRET LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang