3 : Another Side

2.1K 223 9
                                    

Chanyeol berjalan kearah rumahnya dengan diikuti Irene dibelakangnya. Aktivitas ini sudah sering terjadi. Mungkin Chanyeol sudah merasa bosan bahkan muak dengan sikap Irene yang selalu mengikutinya setiap kali mereka berangkat ataupun pulang dari sekolah. Chanyeol berusaha menahan rasa itu, ia sadar bahwa Irene tak pernah menolak segala permintaannya. Anggap saja itu tanda terimakasih Chanyeol terhadap Irene, Chanyeol akan berusaha tetap diam tetapi ketika ia sudah tidak tahan ia akan mengomel kepada Irene.

Chanyeol membalikkan  badannya, Irene yang sedari tadi mengikutinya ikut berhenti "Kau terus mengikutiku seperti anak anjing, apa kau tak bosan, Bae Irene?"

"Apa yang kau katakan Chanyeol? Kita ini bertetangga dan satu sekolah itu saja, wajar kita pulang ataupun pergi bersama." bela Irene, ia sebenarnya tidak terima dikatakan seperti anak anjing, ia juga tak mau mengungkapkan kalau sebenarnya ia mengikuti Chanyeol, ia malu.

"Wajar katamu? Ketika aku pulang terlambat untuk latihan dan kau seharusnya pulang lebih awal tetapi kau menunggu di depan gerbang sekolah, seolah-olah menungguku dan akhirnya kita pulang bersama, apa itu masih wajar?" Chanyeol berkata dengan emosi yang meluap-luap.

"I-itu, itu kan hanya sekali." jawab Irene dengan tergagap, ia nampak takut dengan tatapan Chanyeol.

"Sekali, sekali katamu? Kau melakukannya berkali-kali bahkan seminggu dua kali. Kau bukan hanya menunggu didepan gerbang. Terkadang kau diam di kelas bersama temanmu dan keluar ketika aku selesai latihan . Jangan berbohong Irene."

"Lantas kau mau apa?" Irene balik bertanya.

"Aku ingin kau berhenti mengikutiku, aku jijik dengan pandangan orang-orang yang melihat kita seolah-olah seperti pasangan kekasih. Tidak, bahkan aku sering menyuruhmu untuk membawa barang-barangku, itu terlihat seperti kau pembantuku." Chanyeol berkata dengan wajah yang memanas.

"Kau benar-benar ingin aku berhenti ?" tanya Irene yang menahan tangisnya.

"Tentu saja, apalagi yang aku minta. Aku hanya memintamu berhenti mengikutiku. Itu saja, titik." jawab Chanyeol dengan tampang coolnya.

Entah ada badai apa yang menyambar hati Irene, bahkan ia tak mampu menjawab perkataan Chanyeol. Ia memilih pergi, ia melewati Chanyeol yang berdiri didepannya begitu saja, ia menutup wajahnya yang kini penuh dengan airmata. Ia tak menyangka bahwa Chanyeol akan mengeluarkan kata-kata seperti itu. Kata-kata yang mengatakan untuk berhenti mengikutinya, tidak, itu seperti kata yang mengusir Irene agar pergi dari kehidupan Chanyeol. Irene berlari masuk ke dalam rumah, ia bahkan tak menghiraukan ibu dan kakaknya yang menyambut kedatangannya. Ia masuk kedalam kamar, membuka pintu dan membantingnya dengan kasar. Ia meletakkan tas begitu saja dan menghempaskan tubuhnya ke atas kasur. Ia menangis, menangis sejadi-jadinya.

"Kau baik-baik saja?" tanya kakak perempuan Irene yang bernama Bae Suzy. Ia hanya bertanya dari luar kamar.

Irene berusaha menahan tangisnya "Aku baik-baik saja eonnie, aku ingin tidur, aku lelah." teriak Irene dari dalam kamar.

"Kalau sudah selesai keluarlah, setidaknya makan dulu." balas sang kakak.

"Iya, aku akan makan nanti."

"Baiklah."

Irene bangun dari tidurnya, menyeka setiap airmata yang tersisa di wajahnya. Ia membuka korden yang ada dikamarnya, kamarnya terletak di lantai dua. Dari sini ia bisa melihat rumah disebelahnya yang tak lain adalah rumah Chanyeol. Ia merenung, menatap kearah rumah itu. Ingatannya berputar kembali. Ia mengingat kebersamaannya dulu bersama Chanyeol. Chanyeol yang ia kenal saat ini sangat berbeda dengan yang ia kenal dulu. Bahkan saat ini Chanyeol seperti tak pernah mengenalnya. Ia benar-benar merasa sakit, sakit yang benar-benar mendalam.

Saat itu, semuanya telah berubah tanpa Irene tau apa penyebabnya. Ketika hari-hari mendekati ujian saat tahun ketiga mereka di bangku SMP, Irene seperti biasa menunggu Chanyeol didepan pintu gerbang rumahnya. Ia menunggu Chanyeol untuk berangkat bersama, entah mengapa saat itu Chanyeol hanya keluar dari rumahnya tanpa menghiraukan Irene yang duduk menunggunya. Irene akhirnya mengikuti Chanyeol. Ia mengira bahwa Chanyeol sedang kesal atau tidak ingin bicara. Ia tahu betul Chanyeol jika sedang kesal, ia tak akan berani mengganggunya. Hari-hari terus berlalu dengan seperti itu, Chanyeol tetap tak menghiraukan Irene, ia kira Chanyeol tak ingin bermain dengannya karena fokus belajar untuk ujian tetapi nyatanya hingga mereka masuk SMA dan kini mereka dikelas dua Chanyeol tetap bersikap dingin dan berujung pada kejadian tadi.

Irene mengambil sesuatu yang terletak di laci meja belajarnya. Ia mengambil sebuah bingkai foto yang terdapat dirinya, Chanyeol dan kakak perempuannya. Ia mengusap-usap foto itu yang nampak dilapisi debu. Foto ini diambil ketika mereka masih kecil. Irene memandangi foto itu lama. Ia mengingat masa-masa kecil mereka yang penuh canda tawa.

------
Chanyeol yang sejak tadi berdiri dengan tampang coolnya ikut berlari kedalam rumahnya setelah Irene yang begitu saja melewati dirinya. Ia masuk kedalam rumah besar itu, rumah milik keluarganya. Ia menaiki tangga dan bergegas masuk kedalam kamarnya.

"Tuan muda silahkan makan dulu, saya telah menyiapkan makanan kesukaan anda." bibi pelayan yang bekerja di rumah Keluarga Park menawarkan makanan kepada Chanyeol.

"Nanti saja bi, aku lelah." jawab Chanyeol dan masuk kedalam kamarnya, ia membanting pintu dengan keras hingga bibi pelayan itu tersentak kaget. Ia mengenal tuan mudanya jika seperti ini pertanda suasana hatinya sedang buruk.

"Sial." Chanyeol membanting tas selempangnya begitu saja, lalu ia berdiri meletakkan kedua tangan dipinggangnya. Ia tersenyum bahkan tertawa terbahak-bahak. Ia berjalan kearah balkon kamarnya, menatap rumah yang ada disebelahnya, kamarnya berhadapan langsung dengan kamar Irene. Dari sini ia bisa melihat Irene yang tengah duduk di depan meja belajarnya, ia memandangi gadis itu cukup lama, ia tersadar dari pandangannya dan memilih masuk ke dalam kamar sebelum gadis itu menyadari keberadaannya. Chanyeol kembali menunjukkan senyumnya, senyum penuh kemenangan dan kebahagiaan tetapi detik berikutnya senyuman itu berubah menjadi senyuman sinis. Chanyeol bergumam dalam hatinya sendiri "Bukankah ini yang selama ini kau inginkan Park Chanyeol? Kau telah menyingkirkannya, kau telah mengusirnya dari hidupmu, kau harus senang Park Chanyeol. Kau baru saja mencapai sebuah prestasi yang besar. Irene si penguntit itu tak akan lagi mengikutimu."

"Ya ya, aku telah melakukannya, aku memang pantas untuk senang. Tak ada yang perlu kukhawatirkan. Irene oh tidak-tidak Bae Joohyun telah menjauhiku untuk saat ini."




Chapter 3 telah meluncur, kalo masih ada typo maklumin aja ya. See you.....

Remember (REVISI)Where stories live. Discover now