Part 7

48.8K 2.7K 8
                                    

Revisi: 23April2017

Seringkali aku mengatakan kata "tak apa", "aku ikhlas", "aku akan bersabar".

Terlalu sering mengatakannya. Sampai aku merasa seperti membohongi diriku sendiri. Hatiku telah menghianatiku.

Aku tak benar-benar ikhlas. Bohong rasanya jika kukatakan aku tak lagi mengaguminya. Dia masih sama untukku. Masih sama tempatnya di hatiku. Dan melihatnya bersama yang lain adalah hal yang terakhir yang ingin kubayangkan.

Tapi nyatanya?

Realita ini begitu menyedihkan. Aku tak lagi bisa menggapainya saat bibirku sendiri telah menyuruhnya untuk pergi.

Tapi yang paling menyedihkan dari semua ini adalah...

Kekecewaanku pada diriku sendiri. Mengingatkan aku betapa lemah imanku sampai aku terjerat pada urusan hati.

Aku kecewa pada diriku. Pada keimananku.

.....

"Maya?"

Kak Maya menatap orang itu dengan bingung. "Far...han?" Tanya kak Maya ragu.

Farhan tersenyum, "Ya ini aku."

Wajah kak Maya berbinar senang menatapnya, "Waah Farhan aku senang sekali ketemu sama kamu."

Mereka mulai berbincang kecil hal-hal yang tidak ku ketahui. Kendati aku bingung kenapa kak Maya bisa kenal Farhan Andriawan itu, aku lebih banyak berfikir tentang kehadiranku disini.

Apa aku ada disini? Ah maksudku aku dianggap mereka berdua seperti tak terlihat. Aku seperti penonton yang hanya mampu menatap tanpa bisa berinteraksi langsung.

Aku dan Laila bertatapan. Alis Laila bertautan tanda ia tak senang. "Ekhem apa kami terlihat disini?" Laila berdehem menyadarkan mereka. Aku hanya diam menunduk.

Farhan terlihat terkejut sebentar melihatku, apa sedari tadi ia tak sadar kehadiranku? Memikirkan hal itu menbuat perasaanku sedikit tak nyaman tepatnya kesal.

"Ehh maaf Laila, maaf Annisa. Aku terlalu senang bertemu Farhan." kak Maya terlihat tak enak. Aku hanya tersenyum.

"Darimana kak Maya mengenalnya?" Laila melirik sebentar kearah Farhan.

Aku sendiri memilih menutup rapat bibirku.

"Dia ini teman kecilku, kau tau waktu dulu ia manis sekali walau usianya lebih tua 2 tahun dariku tapi dia lebih sering kulindungi daripada melindunguku." Kak Maya bersemangat sekali. Aku semakin tak nyaman.

"Sudahlah Maya, apa yang kamu lakukan disini?" Tanya Farhan dengan ekspresi beku.

"Aku sedang menunggu seseorang dan kebetulan ketemu Annisa." kak Maya tersenyum manis.

Farhan menatapku. Tatapan mata abunya seakan meminta sebuah penjelasan. Aku menunduk, memutus kontak mata dengannya.

"Apa yang kamu lakukan disini Farhan? Apa kamu punya pekerjaan disini?" Tanya kak Maya.

"Ya Maya, aku punya urusan disini." Farhan memang berbicara dengan kak Maya tapi tatapan mata kelabunya itu terus terarah padaku.

"Apa penting?" Kak Maya terlihat penasaran.

"Sangat penting. Aku harus pergi" Farhan berbalik mendekati mobilnya.

"Aku menunggumu." katanya sebelum masuk ke mobil tanpa berbalik menatap kami.

Kak Maya dan Laila terlihat bingung. Tapi walau Farhan tak menyebutkan nama, aku tau ia sedang berbicara padaku.

Aku menghela nafas berat.

Annisa Humaira (Telah Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang