Prolog

6.6K 291 32
                                    

"Gue punya beberapa pertanyaan untuk lo. Dan gue harap lo bersedia menjawabnya," tantang perempuan cantik yang cengeng itu dengan angkuh.

"Apapun pertanyaanya gue punya seribu cara untuk menjawabnya dengan sempurna. Lo tau itu 'kan?" jawaban yang tidak kalah angkuh dilemparkan seorang lelaki kelewat genius sebagai jawaban atas tantangan perempuan cengeng itu.

Sastra  dengan gerakan cepat mengambil map kain  warna putih dari dalam tas sekolahnya. Ia membuka map itu dengan cepat, lalu menarik sebuah kertas  dari dalamnya. Matanya memandang sekilas, menimbang segala kemungkinan yang akan terjadi,  sebelum akhirnya memutuskan.

"Itu pertanyaanya. Terdiri dari lima nomor pilihan ganda dan enam nomor essay. Satu hal, gue minta lo jujur." Sastra berbicara dengan sangat cepat untuk menjelaskan isi kertas yang diberikanya itu. Tidak sedikit pun ia memalingkan pandanganya. Ia berusaha tegar, menahan gejolak emosi yang kini memenuhi dadanya. Matanya kosong. Tatapannya masih saja tertuju pada papan tulis sialan yang ada di depannya. Ya, Sastra memang sengaja menghindari terjadinya kontak mata dengan lawan bicaranya saat ini.

A. Pilihan ganda
Pilihlah satu  jawaban di antara opsi yang telah disediakan sesuai dengan hati nurani.

1. Di bawah ini yang termasuk perasaan kamu ke aku adalah?..
a. Aku sayang kamu
b. Kita temenan aja
c. Kita gacocok
d. Aku udah punya yang lain
e. Aku bosen

Dia mencoba menjebak gue.  Entah sejak  kapan dia jadi lebih rapuh dan bodoh kaya gini. Batin Angka.

Angka yang kini mulai membaca soal, seketika merutuki si pembuat soal kurang kerjaan itu. Hatinya mulai  berkecamuk.

Detik berikutnya keheningan mulai memainkan  perannya. Sastra masih dalam posisinya yang semula. Menatap lurus dan dingin pada papan tulis kosong dengan sebuah pulpen di tangan kanannya. Sorot matanya seakan mengatakan kalau ia sedang tidak merasakan apa-apa. Namun, sangat jelas, jauh di dasar lubuk hatinya, Sastra menantikan jawaban atas kuesioner yang dibuatnya itu dengan harap-harap cemas. Sastra gelisah. Ia masih perlu waktu untuk mempersiapkan diri jika jawaban yang nanti diterimanya tidak sesuai dengan apa yang selama ini diharapkan.

"Sas.... apa yang terjadi kalau gue nggak mau jawab semua pertanyaan ini?" Angka membuka pembicaraan karena  kelewat frustasi dengan pertanyaan-pertanyaan bodoh itu. Terdengar niatan protes dari nadanya bicaranya.

Hal tersebut sukses membuat Sastra tersadar dari lamunanya, "What? Lucu ya! Kenapa, Ka? terlalu sulit?" Sastra terkekeh geli menyadari lawan bicarnya itu tidak berkutik di depannya.

"Bukan... mending lo denger langsung sekarang juga. Daripada lo salah pengertian karna kurang bisa memahami kata-kata yang gue tulis nantinya." ucap Angka tulus. 

Angka sudah melemparkan tatapan memohon kepada Sastra. Tetapi gadis itu masih saja bersikeras. Sebenarnya, Sastra sangat menantikan kejujuran Angka saat ini. Namun, sayang  hatinya belum siap.  Sastra belum siap untuk mendengar baik ataupun buruknya kenyataan yang nanti harus dihadapinya.

"Gue minta lo isi, dan tulis jawabanya di situ. Bukan pake embel-embel ngejelasin!"

"Tapi buat apa? Kenapa lo nggak mau dengerin gue, padahal  jawabanya  akan sama dengan yang gue tulis?"

Dengan mati-matian Sastra berusaha menahan air matanya agar tidak jatuh. Kini matanya berkabut. Buliran kristal itu cepat atau lambat pasti akan jatuh. Sastra sangat sedih. Tidak jelas apa alasanya,  mengapa ia ingin menangis, dan siapa yang mebuatnya seperti ini. Satu hal yang  pasti, Sastra ingin meluapkan seluruh emosi yang selama ini ia pendam.

Sastra mencoba memejamkan matanya. Ia tidak mau menghancurkan pertahanannya begitu saja. Ia berusaha sekuat tenaga untuk tidak menangis kali ini. Ya, untuk kali ini saja. Mengingat betapa cengeng dirinya.

"Udah Ka, lo ngomong aja, nanti gue yang tulisin. Lo jawab jujur, nanti gue yang bantu tulis." Helline yang melihat kondisi asing terjadi di antara kedua temannya sontak mengambil inisiatif untuk membantu Angka menjawab pertanyaan Sastra. *Ralat, maksudnya membantu menulis jawaban Angka.

Samar-samar Sastra  mendengar beberapa kalimat meluncur dari bibir Angka sebagai jawaban. Helline pun  tubuhnya ikut menegang setiap kali mendengar jawaban Angka. Salah satu sahabat  Sastra itu kini mencoba menambah kecepatan menulisnya dengan maksud mengimbangi Angka yang sedang mendiktenya.  

Sastra makin gusar. Ia sangat ingin membaca semua jawaban atas pertanyaannya secepat mungkin. Kalau bisa, detik ini juga ia ingin membacanya.

Angka's POV

Setelah cukup lama saling diam dengan gadis itu, akhirnya gadis itu buka suara. Dia meminta gue menjawab beberapa pertanyaan. Tapi, gue rasa itu bukan sekedar permintaan--melainkan tantangan. 

Gue pikir dia akan mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan perhitungan dan logika. Dia. Gadis cengeng yang selama ini mendiami dan menjauhi gue,  tiba-tiba menantang untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan bodohnya.

Bodoh! ya, mengapa? Karena semua pertanyaan ini  harusnya ditanyakan secara langsung! Bukan dengan secarik  kertas putih bisu seperti ini. Setau gue dia gadis yang pandai, sejak kapan hal bodoh masuk ke-kepalanya? Dengan angkuhnya dia memaksa gue untuk tetap mengisinya. Gue tau pasti, dia sebenarnya lebih menginginkan jawaban langsung, persetan dengan angketnya itu.

Sejujurnya  gue keberatan untuk  mengisi angket itu. Kenapa? Even gue belum belum mengisi dan menjelaskan apapun, ia sudah menjauh. Apalagi kalau akhirnya dia menerima jawaban yang sebenarnya. Entah apa yang akan dilakukan. Sastra memang gadis keras kepala. Mengapa juga ia tidak mau mendengar jawaban ini secara langsung? Kalau begini 'kan jadi merepotkan Helline.

Sembari menunggu Helline selesai menulis, karena penasaran, gue coba meliriknya dari ekor mata. Terlihat gadis itu  berusaha memejamkan mata, menahan air matanya agar tidak turun. Cukup sedih melihatnya seperti itu. Mau bagaimana lagi? Sekarang semuanya sudah berubah!

- 2016

***

-----------------------------------------------------------
Hallo...
Ini cerita pertamaku, tolong bantu Vote dan Comment ya.
Kira-kira apasih tujuan dari "pertanyaan"  yang dibuat Sastra? Sampai-sampai mengakibatkan perang batin di antara keduanya?. Sastra sama Angka ada apa sih sebenarnya? Yukk.. lanjut baca teross dan semangatin aku sebagai author pemula..

Salam hangat

Antara Sastra dan Angka  Où les histoires vivent. Découvrez maintenant