Definisi Cinta

1.1K 96 3
                                    

Cinta adalah perasaan paling ajaib yang tidak memiliki unsur magis
---

"Gue suka lo karena yang namanya sekarang itu, akan berlalu kalau masa depan udah menghampiri. Dan status lo akan sama sebagai masa lalu. Even, itu indah atau kelam. Lo akan selalu jadi masa lalu, yang amat sangat gue rindukan."

Angka kini hanya mampu diam. Menatap mata Sastra lebih baik baginya, daripada mengeluarkan kata yang tidak bermakna sama-sekali.

Bagaimana bisa, Tuhan kasih dia mulut yang mengeluarkan kata-kata indah. Batin Angka.

"Bagaimana dengan masa depan? Kenapa lo nggak suka juga sama masa depan?" tanya Angka penasaran.

"Masa depan buat gue itu, misterinya Tuhan. Gue lebih suka menyaksikan apa yang sekarang sedang terjadi, daripada menebak apa yang akan terjadi."

"Berarti lo nggak punya harapan atau cita-cita dong, Sas."

"Punyalah. Tapi ya balik lagi, semua itu misterinya Tuhan. Gue cuma bisa berandai-andai. Tapi kalau masa depan itu udah datang dan menjadi masa sekarang, gue harus belajar terima kalau sampai nggak sesuai sama harapan."

Angka terdiam sebentar, mematung di tempatnya.

"Kita beda ya. Lo tuh hebat, Sas. Lo bisa buat orang tersentuh dengan kata-kata lo. Sedangkan gue? Buat ngertiinnya aja susah."

Sastra kembali terenyuh. Perasaan lembut memasuki sukmanya. Entah mengapa hari ini terasa berbeda untuknya.

"Asal lo tau. Lo juga hebat dengan cara lo sendiri. Lo punya apa yang nggak gue punya, Ka. Lo itu akurat. Sama kayak Matematika. Semua hal yang bisa dihitung itu hasilnya cuma dua. Salah atau benar. Sedangkan kata-kata? Apa yang mau lo hitung dari sebuah kata, selain banyaknya? Nggak ada kan? Bahkan lo sulit menduga apa kata-kata itu benar atau salah."

Angka kembali mengagumi Sastra untuk yang kesekian kalinya. Baginya, gadis ini benar-benar anugrah yang diberikan Tuhan kepadanya.

"Sama halnya dengan pilihan dari perasaan. Lo mau bersama atau berpisah tergantung cara pandang lo sendiri dalam menyikapi keadaan yang terjadi." tambah Sastra.

Angka mulai mengerti arah pembicaraan Sastra kali ini. Kepastian. Mungkin itu yang daritadi Sastra maksud dalam kalimat-kalimat tersiratnya.

"Gue nggak tau, Sas. Apa akan ada hubungan spesial di antara kita atau enggak, nantinya. Tapi lo harus tau, gue sayang sama lo." ucapnya pelan.

Sastra menunduk. Pipinya sudah terlanjur merah seluruhnya. Sejujurnya, Sastra belum yakin dengan perasaan Angka kepadanya. Ia masih mengira-ngira, apakah yang dikatakan Angka benar atau tidak. Namun, ia lebih memilih agar sang-waktu yang menjawab semuanya.

"Gua harap itu bener." kata Sastra, tenang."Lo tau nggak, Ka. Apa yang sering keliru dari masalah hati dan perasaan?" tanyanya kembali.

Angka menggelengkan kepalanya.

"Ada yang sulit mengungkapkan. Ia hanya berusaha menunjukkan, sampai kau sadar bahwa rasa sayang tak melulu perihal disuarakan."

"Sas. Gue nggak ngerti." Angka pasrah.

"Itu kutipan dari perkataan mas Agus yang pernah gue baca di kumpulan puisi. Lo tau? Salahnya apresiasi orang-orang terhadap rasa sayang itu apa?" Sastra menarik nafasnya sebentar, setelah menyelesaikan kalimatnya.

"Mereka pikir, rasa sayang itu cuma dapat tersampaikan ketika pasangan lo, bilang dia sayang sama lo. Tapi faktanya nggak begitu. Gimana jadinya kalau di dunia ini banyak orang kayak lo? Orang yang nggak bisa ngerangkai kata, bahkan untuk sesuatu yang indah yang sedang dia rasakan." Sastra memejamkan matanya sebentar. Ia larut dalam emosinya ditiap kata.

Antara Sastra dan Angka  Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin