She's Blind, Not Deaf

145 5 0
                                    

Sixth

Kau mulai mencintai bukan karena menemukan seorang yang sempurna,

tapi dengan sempurna melihat orang yang tak sempurna.

Pukul setengah sembilan. Renata gelisah di dalam rumahnya, seharusnya setengah jam yang lalu Dimas sudah datang menjemputnya. Tapi hingga saat ini dia masih melihat batang hidungnya, bahkan tidak ada pesan ataupun telepon darinya.

"Udah, habis ini pasti dateng kok" Suara Renal mengejutkan Renata.

Renata tidak menanggapi. "Btw, mau kemana nih? Mau nge-date ya?" goda Renal asal. Pipi Renata bersemu merah, sebal pada saudara kembarnya itu. 

"Sok tau deh lo!" Balas Renata jutek. 

"Hahaha, gue ikut dong!" Pinta Renal.

"Boleh, tapi nanti gue turunin di tengah jalan ya!" balas Renata. Renal hanya tertawa mendengar ucapan Renata.

Selang beberapa menit kemudian terdengar Mang Asep membuka pintu gerbang rumah mereka. Renata segera keluar rumah ditemani Renal.

"Hai Nat!! Sorry telat tadi aku masih jemput yang lain jadi agak lama. Yuk berangkat!" Ucap Dimas santai. Renata bingung, yang lain? Siapa?

Seakan baru sadar ada Renal di belakang Renata, Dimas melambaikan tangan pada teman masa kecilnya itu. "Nal, lo mau ikut gak?" Tawar Dimas. 

"Nggak deh, gue ada acara sama temen gue habis ini. Nitip adek gue ya! Jagain baik-baik!" Goda Renal pada Dimas. 

"Siap bos!!" balas Dimas tersenyum geli. Renata yang melihat itu hanya bisa melotot pada Renal.

Renata masuk kedalam mobil, tentu saja dibantu oleh Dimas dan.... Dyo? Kenapa Dyo juga ikut? Pikir Renata bingung.

"Dim, gue aja yang gendong, lo masukkin kursi rodanya ke bagasi mobil lo aja" Ucap Dyo. Dimas menuruti perkataan Dyo. Renata merasa canggung, ia tidak menyangka Dyo mau repot-repot menggendongnya.

"Maaf ngerepotin" Ujar Renata saat Dyo berusaha menaikkannya ke dalam mobil Dimas.

"Ngerepotin? Siapa? Kamu? Ya nggak lah Ren, malah aku seneng bisa gendong cewek cantik" Balas Dyo sambil mengerlingkan sebelah matanya berusaha menggoda Renata. Semu merah mulai nampak di pipi Renata.

Akhirnya mereka memulai perjalanannya. Renata masih belum tau ia akan dibawa kemana oleh Dimas, ia tidak berani bertanya karena terlalu malu. Lalu ia menanyakan hal lain pada Dimas. 

"Dam, orang lain yang kamu maksud tadi siapa?" ujar Renata.

"Ya ini, si Dyo sama si Gita" balas Dimas tetap menatap jalan.

"Gita? Terus Gitanya mana?" tanya Renata sambil menoleh ke segala arah di dalam mobil itu sambil berpikir mungkin Gita sedang bersembunyi.

"Gita nggak boleh ikut sama mamanya, tadi kita udah nyusul tapi tetep nggak dibolehin sama mamanya"Jawab Dyo menjelaskan.

"Ohh.. terus kita mau kemana?" Renata memberanikan diri untuk bertanya.

Dimas dan Dyo saling berpandangan, mereka tersenyum jahil. "Rahasia" ucap mereka bersamaan. Renata cemberut, ia merasa sebal karena hanya dia yang tidak tau.

Setengah jam berlalu sejak keberangkatan mereka, Renata tak henti-hentinya menatap keluar jendela menikmati pemandangan kota itu. Memang sejak kecil Renata jarang diperbolehkan keluar tanpa Renal oleh ibunya itu. Mobil yang ia tumpangi itu berhenti perlahan.

"Kita sudah sampai!" Ujar Dimas bahagia.

Sebuah bangunan sederhana namun hijau nan asri itu menyambut mereka dengan suasana sejuknya. Bangunan itu terletak di pinggiran kota, tidak banyak bangunan lain yang mengelilinginya. Dimas dan Dyo membantu Renata turun dari mobil. Renata membaca tulisan besar yang terpajang di depan halaman bangunan itu, "Yayasan Kasih Bunda". Sebuah panti asuhan, batin Renata.

Tuhan Kapan Aku Bahagia [TERBIT]Where stories live. Discover now