Friday night, I'm back! I hope you like it. :) And I want to say thank you very much for all of you. Makasih udah baca, comment, dan vote karyaku. Happy reading, guys!
------------------------------------------------------------------------------------
Kepalaku terasa pusing dan tulangku nyeri. Aku berusaha membuka mataku pelan-pelan. Aku mengelilingi ruangan dengan pandangan mataku. Ruangan ini kosong, hanya ada sebuah meja dengan air minum dan kursi yang kini aku duduki. Ruangan ini gelap, hanya ada cahaya dari lampu yang berwarna orange karena tidak ada jendela terpasang didinding.
Aku berusaha melepas ikatan ditanganku tapi malah membuat tanganku perih dan sakit. Mulutku sudah tidak lagi ditutup dengan sapu tangan. Aku hanya bisa merutuki nasibku yang bisa dibilang apes. Aku tidak tahu harus bagaimana sekarang? Aku berharap Ken bisa menemukanku karena hanya dia yang tahu aku diculik.
Entah kenapa aku jadi ingin bertemu dengan Sherin. Aku berharap, Sherin datang ke tempat ini dan bisa menolongku. Beruntung tidak ada makhuk sejenis Sherin di ruangan ini.
Terdengar suara pintu dibuka. Seorang pria berpakaian hitam yang tadi mengemudikan mobil yang membawaku kesini berjalan ke arahku. Aku berteriak memakinya. Aku masih belum bisa melihat wajah pria itu karena ruangan ini benar-benar gelap. Aku berhenti berteriak ketika pria itu berdiri tepat dibawah lampu.
" Om Robert?"gumamku.
Tiba-tiba Om Robert menunduk dan mencondongkan tubuhnya ke arahku.
" Kenapa Cacha? Kamu kaget melihat saya?"tanya Om Robert dengan senyum sinis tersungging jelas di wajahnya.
" Apa mau om? Apa Cacha pernah bikin salah sama om?"kataku dengan air mata yang sudah siap jatuh ke pipiku.
Om Robert tertawa." Hahaha... Kamu memang tidak pernah membuat kesalahan pada saya, tapi kamu sudah mengganggu saya dan merusak semua rencana saya."
" Rencana om yang mana yang udah Cacha rusak? Aku sama sekali nggak tau rencana om apa."
" Ya memang kamu nggak tau apa rencana saya dan kamu akan tau apa rencana saya sekarang."jelas Om Robert. " Gara-gara kamu terus ada di rumah Rasti, saya jadi sulit untuk menemuinya dan meminta apa yang saya inginkan. Dan kemarin saya sudah meminta apa yang saya inginkan tapi dia menolak memberikannya padaku. Perlu kamu tau kalo sekarang ini kamu adalah alat buat saya bisa meminta uang itu pada Rasti."
Tawa Om Robert terdengar di seluruh sudut ruangan. Dan saat itu juga air mataku jatuh tak tertahan lagi.
" Apa nggak cukup om bikin Tante Rasti terpuruk dengan kepergian Sherin? Apa om belum puas buat Tante Rasti kayak gini? Sadar dong om, om itu udah banyak banget bikin dosa sama Tante Rasti."tangisku meledak.
Om Robert hanya tertawa mendengar ocehanku. " Rasti itu sekarang harus jadi sumber uang buat perusahaan saya. Dan dengan menculik kamu dia akan memberikan uang itu. Hahaha .."
" Apa yang aku duga benar, om hanya bisa memeras Tante Rasti. Kenapa nggak om minta uang om di istri om yang juga selingkuh itu? Nggak seharusnya om menemui Tante Rasti lagi dan menambah beban hidupnya seperti ini."
" DIAM!!"bentaknya. " Kamu hanya perlu berada disini sampai uang itu ada di tanganku."katanya sambil menjambak sebagian rambutku dan kemudian pergi dengan membanting pintu.
Aku harus bisa keluar dari tempat ini sebelum Tante Rasti memberikan uang pada Om Robert. Tapi gimana caranya? Aku harus bisa membuka ikatan ditanganku.
######
Mataku tidak bisa dipejamkan. Entah kenapa rasa kantuk pada diriku sudah pergi entah kemana. Aku belum juga bisa membuka ikatan ditanganku, malahan semakin membuat tanganku sakit. Apa aku harus menunggu Ken menolongku atau bahkan menunggu keajaiban datang menolongku? Aku harus berbuat apa?

KAMU SEDANG MEMBACA
Sixth Sense
General FictionKehidupan Cacha sedikit berubah setelah dia pindah ke sebuah kost. Cacha mulai bisa melihat apa yang orang lain mungkin tidak bisa lihat. Semua berawal dari kedatangan Sherin-hantu kecil-yang ingin menyampaikan pesannya untuk sang mama. Pada awalnya...