Hi, fellas! Maaf ya baru upload chapter ini yang kudunya semalem.. Semoga suka sama chapter kali ini.. :)
Hari ini aku merasa lemas dan capek. Kuliah dua jam cukup membuatku sedikit pusing. Begitu kuliah selesai aku langsung menyeret Cika ke kantin. Aku tidak ingin pulang ke rumah kost cepat-cepat. Aku melangkah menyelusuri koridor kampus dengan langkah tidak bersemangat.
Sampai di kantin, aku buru-buru melangkah pergi dan mengurungkan niatku ke kantin. Tapi sayang, mata Ken terlalu cepat melihat kedatanganku dan Cika. Dengan semangat Cika menarikku menghampiri Ken yang duduk sendirian.
" Tumben Ken disini, nyari siapa?"tanya Cika sembari menarik kursi untuk duduk.
" Jemput temen kamu tuh. Soalnya dari tadi pagi kan dia lemes dan kelihatan pucat gitu, ya udah aku jemput sekalian aja."jawab Ken sambil tersenyum.
" Cieee .. Sekarang anter jemput nih Cha?"goda Cika.
Aku tidak menanggapi gurauan Cika. Pandanganku lurus ke depan menatap tembok berwarna krem di hadapanku. Aku beranjak dari kursi yang tadi aku duduki.
" Kamu pulang duluan aja, aku masih mau mampir."kataku tanpa menghadap ke Ken ataupun Cika.
Ken menahan aku untuk pergi. " Nggak usah dipikirin yang tadi malam, nggak akan kejadian apa-apa kok. Toh kamu mau menghindar dari aku atau nggak, nggak akan berpengaruh apa-apa."Ken berdiri.
Aku menoleh. " Sebenarnya, apa aja yang kamu tau?"
Cika yang mulai tidak mengerti dengan arah pembicaraan aku dan Ken berusaha untuk mencairkan suasana. Tapi usaha Cika belum berhasil. Dia akhirnya memilih berpamitan pulang lebih dulu.
Ken menggandengku berjalan ke parkiran tanpa suara sedikitpun keluar dari mulutnya. Aku berusaha melepaskan tanganku tapi Ken tetap saja menggenggam tanganku sekuat tenaga. Dia baru melepaskan tanganku ketika kami sampai di depan motornya. Ken memberikan helm untukku kemudian menyuruhku naik.
Aku tidak tahu kemana arah Ken akan membawaku pergi. Yang aku tahu sekarang ini bukan jalan menuju rumah kost tapi menuju rumah Ken. Motor ini berhenti tepat di halaman rumah Ken. Begitu mesin motor dimatikan, aku segera turun.
Aku berjalan mengikuti Ken masuk ke rumahnya. Di dalam semua keluarga Ken lengkap dengan pakaian yang rapi sedang duduk di ruang tamu sambil mengobrol. Melihat kedatangan kami Tante Sinta-mama Ken- langsung menghampiriku mengajakku duduk.
Ternyata papa, mama, dan kedua adik Ken akan pergi ke rumah saudara mereka di Malang. Ken yang tidak bisa ikut disuruh untuk menjaga rumah. Setelah memberikan kunci rumah kepada Ken dan memberi beberapa wejangan untuk anak sulungnya, Om Putra dan yang lainnya pamit untuk berangkat ke Malang.
Rumah Ken berubah menjadi sepi dan hening.
" Sebenarnya apa aja yang kamu tau Ken?"
Ken duduk. " Apa yang kamu tau, aku juga tau. Nggak perlu kamu menghindar dari aku, yang perlu kita lakuin adalah buat Nara sadar kalo apa yang dia tuduhin ke kita itu semua salah. Dan itu artinya kita juga harus ngomong sama Kara."
Aku menoleh ke arah Ken. " Jadi dia juga ada di mimpi kamu?"
" Sempet sih tidur dan mimpiin itu tapi aku keburu bangun. Setelah aku bangun malah aku ngerasa ada gambar-gambar yang muncul di otakku kayak cuplikan film dan itu cuplikan mimpi kamu."
" Tapi nggak mungkin kalo kita harus ngomong sama Kara tentang ini semua."kataku menghela napas panjang lalu bersadar ke sofa.
" Yang dulu-dulu aja bisa, kenapa yang sekarang nggak bisa?"lanjut Ken. " Kita harus tanya sama Kara apa yang dia bilang ke Nara dan cuma Kara yang bisa bikin Nara percaya apa yang sebenarnya terjadi."

YOU ARE READING
Sixth Sense
General FictionKehidupan Cacha sedikit berubah setelah dia pindah ke sebuah kost. Cacha mulai bisa melihat apa yang orang lain mungkin tidak bisa lihat. Semua berawal dari kedatangan Sherin-hantu kecil-yang ingin menyampaikan pesannya untuk sang mama. Pada awalnya...