PART FIVE - Chapter 23

15 1 2
                                        

Republish: Dec 20, 2020

Satu bulan telah berlalu. Hari-hariku kembali seperti biasanya. Hubunganku dengan Kara bisa di bilang malah menjadi semakin baik. Kara mulai terbuka dengan aku walaupun tidak semua Kara ceritakan kepadaku. Kedekatan aku dan Ken tidak berubah, sama seperti awal aku masuk rumah kost ini.

Kuliahku yang semakin padat sudah menyibukkan aku dan Cika untuk selalu berada di sekitar kampus. Terkadang kami-aku dan Cika-lupa kalau tempat kami mengerjakan tugas adalah kampus bukan rumah ataupun kost-kostan. Satu hal yang membuat aku terkadang tersenyum geli.

Nara sering datang ke rumah kost ketika aku dan Ken tidak sedang bersama Sherin. Sepertinya Nara tertarik pada Sherin yang polos, cantik, baik, dan pemberani. Sherin lebih sering menghabiskan waktunya untuk menemani mamanya bekerja di butik.

Selain menemani mamanya di butik, Sherin juga menemaniku di atap untuk melihat bintang. Aku selalu memikirkan kedekatanku dengan Ken ketika aku melihat bintang bersama Sherin. Aku masih belum berani membuat sebuah komitmen walaupun aku sadar ada di hatiku rasa sayang pada Ken.

Tapi rasa sayang itu masih tersembunyi dan mungkin aku belum mau menyadarinya. Sedikit demi sedikit mungkin aku akan mulai memahami seperti apa perasaanku yang sebenarnya terhadap Ken. Apa itu rasa sayang sebagai teman atau rasa sayang yang lebih dari itu?

######

Hampir dua minggu aku dan Cika hanya dapat tidur selama tiga sampai empat jam setiap malamnya. Bukan karena kami begadang untuk menonton bola tapi karena tugas kuliah kami sedang banyak-banyaknya. Begitu banyak tugas di kampus membuat aku dan Cika membutuhkan waktu untuk refreshing.

Malam minggu ini aku berencana dengan Cika untuk nonton. Bukan film yang serius, horror atau drama yang kami tonton, melainkan film komedi romantis. Tepat pukul 16.00 Cika menjemputku di rumah kost.

Ketika Cika sudah berada di depan rumah kost, aku segera keluar menghampirnya. Aku langsung masuk ke mobilnya, tapi tiba-tiba Ken datang dan menyuruhku untuk jangan masuk mobil dulu. Setelah Ken memarkir motor di halaman rumah kost, dia mendatangiku yang berdiri di samping mobil.

" Sabtu depan ada acara nggak?"tanya Ken sedikit ngos-ngosan.

" Emm, sabtu depan kayaknya sih nggak ada acara. Kenapa emang?"

" Mau nolongin aku nggak?"tanya Ken lagi, sedikit berbisik dengan wajah dibuat memelas.

" Minta tolong apa dulu?"tanyaku curiga.

Suara klakson mobil terdengar di telingaku. Aku teringat kalau Cika sedang menungguku di mobil untuk pergi nonton. Aku berteriak meminta Cika menunggu sebentar.

" Ya udah nanti aja diomongin lagi kalo aku udah pulang, keburu Cika ngamuk. Hehe.."

" Ya udah kalo gitu, ati-ati ya."

Aku melambaikan tangan pada Ken sambil berjalan menghampiri Cika yang sudah berkoar-koar menungguku lama. Suara Cika beradu dengan suara radio ketika aku sudah duduk di sampingnya. Panjang lebar ocehan Cika, aku hanya mendengarkan tanpa memberikan tanggapan yang akhirnya membuat Cika diam dan berkonsentrasi pada jalan di depan.

Begitu sampai di mall kami segera menuju lantai paling atas setelah memarkirkan mobil di basement. Tidak terlihat antrian panjang ketika aku memasuki pintu cinema 21. Aku langsung mengantri untuk membeli dua tiket PJP (Pocong Juga Pocong), sedangkan Cika sibuk membeli popcorn dan minuman.

Sixth SenseWo Geschichten leben. Entdecke jetzt