Republish : Nov 21, 2020
Siang ini Jogja sedang diguyur hujan. Saat seperti ini orang paling malas untuk keluar rumah, termasuk aku. Tapi setengah hatiku ingin keluar untuk sekedar jalan-jalan. Entah kenapa suasana kost buat aku pengen keluar rumah. Rasanya kalo di rumah, seperti sedang diawasi seseorang.
Sudah dua bulan sejak aku pulang dari liburan ke Bandung kemarin, aku masih merasa ada yang mengganjal. Dimulai sejak dua minggu yang lalu, aku selalu merasa ada yang mengawasi ataupun mengikuti. Tapi anehnya, hanya aku yang merasa diawasi di rumah kost ini. Aku pernah menanyakannya pada Ken dan Sherin tapi mereka tidak merasa ada yang sedang mengawasi mereka.
Ken dan Sherin hanya merasa ada sedikit aura yang berubah dari rumah kost ini sejak kami kembali dari liburan. Sempat aku mengira ada hantu yang ingin muncul dihadapanku tapi kalo memang mereka ingin atau tidak ingin muncul aku bisa tetap melihat mereka langsung, baik sengaja ataupun tidak. Sampai saat ini aku masih tidak tahu hantu atau bukan yang selalu mengawasiku ini.
Aku yang merasa sudah tidak tahan karena selalu diawasi oleh entah siapa itu, memilih untuk menginap di rumah Cika. Sore ini, aku berniat untuk menelpon Cika kemudian langsung tancap gas kesana. Tapi sayangnya, keberuntungan belum seratus persen memihakku.
" Sory banget Cha, hari ini aku sekeluarga lagi kerumah eyang. Pulangnya kalo nggak nanti malem ya besok pagi tapi masih belum pasti nih."kata Cika ditelepon.
Aku kembali duduk di atas kasurku. Tak berapa lama nama Tante Rasti langsung melintasi otakku berulang kali seperti setrika. Setelah aku menelpon Tante Rasti meminta izin untuk menginap di rumahnya, aku langsung meraih tasku dan keluar dari kamar. Aku mengetuk pintu kamar Ken.
Cukup lama aku berdiri di depan kamar Ken sambil mengetuk pintu kamarnya. Ken belum juga membukakan pintu kamar dan akhirnya ketukan terakhirku disambut juga oleh Ken dengan wajahnya yang terlihat baru bangun tidur. Aku meminta tolong Ken untuk mengantarku ke rumah Tante Rasti. Kemudian Ken masuk kamar mandi untuk mandi dan sekitar lima belas menit kemudian Ken sudah turun dari lantai dua.
######
Begitu aku dan Ken sampai di depan rumah Tante Rasti, aku segera turun dari motor dan mengetuk pintu rumah Tante Rasti. Tak berapa lama pintupun terbuka dan senyuman ramah Tante Rasti sudah menyambutku. Aku masuk mengikuti Tante Rasti dan meletakkan tasku ke kamar yang di berikan Tante Rasti untukku menginap nanti. Luas kamarnya hampir sama dengan kamar kostku, bedanya hanyalah kamar ini terlihat lapang karena tidak terlalu banyak perabotan di dalamnya.
Aku berjalan ke ruang tengah, dimana Ken sudah duduk bersama Tante Rasti dengan segala macam camilan dan minuman di meja. Aku ikut mengobrol dengan Ken dan Tante Rasti. Aku sudah mengatakan pada Ken untuk tidak menceritakan tentang keanehan dan perubahan aura yang aku rasakan di rumah kost kepada Tante Rasti. Aku takut jika Tante Rasti tahu akan menjadi khawatir.
Baru duapuluh menit aku mengobrol dengan Tante Rasti, beliau sudah mendapat telepon dari salah satu rekan bisnisnya. Setelah mengangat telepon, Tante Rasti kemudian masuk ke kamarnya. Kemudian kembali keluar dari kamar dengan membawa handuk dan baju ganti lalu berjalan menuju kamar mandi.
Kayaknya Tante Rasti mau pergi deh. Batinku.
Hanya sepuluh menit berada di dalam kamar mandi, Tante Rasti sudah keluar. Beliau mengatakan kalau sedang ada tamu di butiknya dan akan menunggu kedatangan Tante Rasti. Sepertinya usaha Tante Rasti sudah berkembang pesat. Kost-kostan dan butik menjadi pilihan usaha Tante Rasti.
Bukan hanya melayani di butik saja, Tante Rasti juga melayani pesanan baju, dress ataupun gaun melalui internet alias online.
" Cha, Ken, tante pergi dulu ya. Udah ditunggu nih sama temen."pamit Tante Rasti.

YOU ARE READING
Sixth Sense
General FictionKehidupan Cacha sedikit berubah setelah dia pindah ke sebuah kost. Cacha mulai bisa melihat apa yang orang lain mungkin tidak bisa lihat. Semua berawal dari kedatangan Sherin-hantu kecil-yang ingin menyampaikan pesannya untuk sang mama. Pada awalnya...