BAB I - Pantai (REVISI)

11K 448 37
                                    

(REVISI)

Keadaan pantai semakin padat di hari libur seperti ini. Para pengunjung memenuhi setiap sudut pantai bersama dengan rombongannya. Anak-anak kecil berlarian menghindari deburan ombak, sedangkan orang dewasa asyik mengabadikan pemandangan pantai dengan kamera ponselnya.

Seorang gadis melangkah mendekati pantai tanpa alas kaki. Bibirnya mengulas senyum saat merasakan riak ombak menerjang mata kakinya.

"Benar-benar suasana pantai," batinnya sambil menghirup udara dengan dalam.

Ia menjauhi kerumunan pengunjung dan memiliharea yang cukup sepi. Suasana pantai yang menenangkan membuatnya bernostalgia pada berbagai kenangan.

"Seharusnya Kak Gevan di sini," gumamnya.

"Udah keluar dari Jabodetabek, masih aja ketemu lo di sini."

Suara laki-laki membuat gadis bernama Ailika itu menoleh. Ia berdecak saat mendapati cowok berwajah menyebalkan, sayangnya sangat tampan itu.

"Lo ngapain di sini? Sehari aja deh gak usah muncul di depan gue. Gak bisa, ya?" gerutu Ailika, atau kerap dipanggil Aili.

"Kalau gak mau ketemu sama gue, pindah Pluto sana."

Aili mendelik mendengar jawaban cowok itu.

"Lo sengaja kan ngikutin gue?" tanya Aili dengan percaya diri.

Pemilik nama Badai Galatoma tersebut terkekeh. "Sori ya, gue banyak kerjaan. Gak ada waktu buat ngikutin lo. Apa untungnya, bikin mata sepet aja!"

"Dah sana jauh-jauh dari gue. Bikin suasana pantai jadi keruh dan berkabut aja!" sungut Aili.

Badai memandang Aili dengan sombong. "Gue yakin rumor yang kesebar di sekolah itu beneran. Lo jatuh cinta sama gue kan makanya ngikutin sampe ke sini?"

Aili tercengang. Rumor dari mana itu?

"Tolong ya, Badai Galatoma yang katanya paling tampan di keluarganya, gue dateng ke sini lebih dulu. Gak banget ngikutin cowok resek kaya lo. Dan terakhir, gue gak pernah tuh denger rumor yang lo bilang tadi. Kurangin narsisnya," jawab gadis itu dengan tatapan meremehkan.

"Lo ngakuin gue paling ganteng?"

"Susah ya ngomong sama cowok yang bisanya ngrakit robot doang. Yaudah deh, lanjutin aja sikap narsis lo itu. Bye!"

Aili segera beranjak dari sana dan meninggalkan Badai yang memandangnya kesal.

"Apa tadi dia bilang, bisanya ngrakit robot doang? Ngrakit robot juga butuh otak kali," kesah Badai dengan dongkol.

Ia segera mengejar langkah Aili.

"Lika-liku kehidupan!"

Aili yang sudah cukup menjauh segera mengepalkan kedua tangannya saat mendengar panggilan cowok itu.

"Apa lagi?" Ia menatap sengit pada Badai yang telah berdiri sejajar dengannya. "Debat sama lo itu sama sekali gak nguntungin. Lebih baik lo di sini nikmatin ombak pantai dan jangan ganggu gue. Bisa?"

Aili segera melangkah. Namun ia berhenti saat mengingat sesuatu. "Oh iya, gue titip salam buat keluarga lo. Beberapa hari ini gue gak ketemu sama mereka."

"Wih ada gerangan apa ini sampai titip salam segala?"

Kan sudah Aili duga, bicara sama Badai itu nggak hanya modal suara aja tetapi juga emosi yang membara.

Aili berbalik untuk memberikan tatapan sengitnya. Namun yang terjadi justru ia tergugu saat melihat raut wajah Badai yang menebar senyum menggoda.

Bisa dikatakan Aili terpesona?

Badai Galatoma || #Wattys2019Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang