Part 33 - Pacar Lima Belas Menit

1.3K 90 3
                                    


"Lika, ayo makan!" ajak Kak Gevan saat aku akan pergi ke kamar. Kak Gevan sedang duduk sambil menyiapkan piringnya.

"Aku tidak lapar," sahutku ketus. Aku akan melanjutkan kembali langkahku namun gagal karena genggaman tangan Kak Gevan. Dia menatapku sendu. Tatapan yang bagiku sangat meneduhkan.

Aku membalikkan badanku untuk berhadapan dengan Kak Gevan.

"Kamu masih marah?" tanya Kak Gevan pelan.

Tidak ada suara yang keluar dari mulutku. Kak Gevan hanya menghela nafas dan membawaku pada pelukannya yang hangat.

"Kakak tahu ini sangat berat untukmu. Namun kita tidak bisa bersama. Kakak akan menemanimu melawan perasaan itu. Kamu pasti bisa melupakan kakak."

"Tidak. Aku tidak akan bisa. Aku mencintai kakak seutuhnya tanpa ada alasan mengapa hal itu bisa terjadi. Aku menginginkanmu menjadi seorang kekasih bukan seorang kakak kandung," protesku dengan tangisan kecil.

Kak Gevan melepaskan pelukannya kemudian menatapku tajam. "Jangan egois."

"Aku tidak egois. Aku hanya menginginkan kakak. Tidak perlu selamanya. Aku hanya ingin menjadi milik kakak selama lima belas menit. Tidak lebih," sanggahku marah.

"Kalau itu maumu, ayo kita pacaran! Ayo, ayo kita jalani kehidupan kita seperti sepasang kekasih. ITU MAUMU KAN?" teriak Kak Gevan.

Aku menangis. Ini bukan tangisan pelan lagi. Tangisan ini sangat memilukan. Kak Gevan seperti tidak rela menjadi milikku. Dia mengatakannya lewat mulut saja. Bukan lewat hatinya yang tulus.

"Kakak yang meminta, bukan aku," timpalku datar.

Kak Gevan tersenyum meremehkan dengan menatapku. "Kamu yang memancing. Dan aku sebagai korbannya, harus mendekati kail pancing yang telah kau pasang umpannya. Bukankah seperti itu sikapmu selama ini?"

Kau? Kak Gevan menyebutku dengan panggilan 'kau'?

Aku menggeleng kuat. "Tidak. Aku tidak melakukan hal itu. Bukan hanya kakak yang menjadi korban, aku pun juga. Dan pelakunya adalah hati kita masing-masing. Kita sulit untuk mengendalikan perasaan dan terhanyut dengan gelombang cinta itu. Maaf," aku terus menangis tanpa memperdulikan ibu jari Kak Gevan yang hampir menyentuh pelupuk mataku. Namun diurungkan.

Kuusap pelan air mata itu sendiri. Aku tahu jari-jari Kak Gevan enggan hanya untuk menghapus air mataku. Aku tahu apa penyebabnya. Apalagi kalau bukan karena jijik. Kak Gevan pasti jijik melihatku menjadi Lika yang seperti ini, Lika yang entah sakit ataupun kurang waras.

"Tidak perlu minta maaf. Karena kakak yang salah. Kakak kurang mengerti perasaanmu. Maaf," bisik Kak Gevan lembut.

"Kita berdua sama-sama salah."

"Ayo kita jalani apa yang kita harapkan!" ajak Kak Gevan tanpa ada nada emosi seperti tadi.

"Maksud kakak?"

Aku memicingkan mataku untuk menerka ucapan Kak Gevan. Apa harapan yang dimaksud Kak Gevan itu..

"Maksud kakak kita pacaran?" tanyaku. Kak Gevan mengangguk.

Bibirku membentuk garis senyum. Tidak lagi senyum terpaksa atau senyum palsu. Ini sungguh senyuman terbahagia yang pernah kutampilkan. Senang? Pasti. Akhirnya perasaanku dapat diterima oleh Kak Gevan. Harapanku dari dulu tercapai dihari ini. Meskipun aku ingin sekali harapanku itu dapat disaksikan bintang. Tetapi aku tidak boleh egois. Perasaanku terbalas saja sudah cukup bagiku.

Malam nanti aku akan mengatakan semuanya pada bintang. Akan kubuktikan bahwa malam nanti bintang berkilau bahagia, sebahagia hatiku saat ini. Aku kembali menatap mata Kak Gevan yang menurutku berbeda. Tidak secerah biasanya. Mungkin dapat dikatakan mata Kak Gevan terlihat sayu.

Entah sadar atau tidak, genggaman tangan Kak Gevan mulai melemah. Nafasnya yang ada di dekatku terdengar tidak beraturan. Wajah Kak Gevan sangat pucat.

Astaga!

Ada apa dengan Kak Gevan? Tubuhnya mulai menggigil dan mulutnya menyerukan namaku berkali-kali. Kak Gevan kenapa? Hanya dua pertanyaan itu yang memasuki pikiranku. Seketika dapat kurasakan tubuhnya ambruk tepat di pangkuanku. Dingin. Itu yang indra perebaku rasakan ketika menyentuh kulit halusnya.

Kumohon, jangan terjadi apa-apa dengan Kak Gevan.



TBC

Faster Update kan? Soalnya cerita ini memang udah selesai. Jadi kalian nggak usah khawatir kalau bakal nggantung. Teruntuk teman-teman yang suka digantung.

Amaliatussoleha


Badai Galatoma || #Wattys2019Donde viven las historias. Descúbrelo ahora