Part 54 - Titip Rindu

1.3K 82 4
                                    

Aku menengadahkan kepalaku ke hamparan langit. Belum satu kata yang terucap dari mulutku, mataku telah meresponnya terlebih dulu dengan keluarnya cairan bening. Banyak sekali yang ingin aku sampaikan pada Kak Gevan. Tapi perbedaan tempat antara aku dengannya membuat kata-kata itu masih mendekap di pikiranku. Dan hari ini, Badai, membuat harapanku teruwujud.

Bintang. Mengapa aku tidak berfikiran sampai disitu? Bukankah aku menyukai bintang? Aku juga sudah sering menulis salam untuk bintang.

Ya, aku tahu sangat tidak mungkin bintang berbicara pada orang yang telah meninggal. Bagaimanapun bintang adalah benda mati yang bersinar. Hanya itu. Dia tidak memiliki mulut untuk menyampaikan semua yang ingin aku sampaikan. Tapi itu dilihat secara logika.

Bagaimana jika bintang mampu melakukan hal itu? Kita yang ada di bumi tidak pernah tahu. Karena tangan Sang Penguasa begitu lihai merancang segalanya. Apapun yang hanya kemungkinan mampu menjadi kenyataan karena tangan-Nya.

"Sampai kapan kamu diam seperti itu?" cibir Badai yang berhasil membuat kepalaku menoleh ke arahnya.

Aku tidak menggubris ucapannya karena mataku melihat gadis cantik dengan seorang pria yang cukup tampan. Kak Citra. Dia sangat terpukul dengan kepergian Kak Gevan. Tapi sebulan setelah kepergian Kak Gevan, aku mendengar kalau Kak Citra mulai menyukai teman sekelasnya yang juga menyukainya. Itu yang aku dengar dari mulut Tiara langsung.

Cukup lama aku memandang kegiatan Kak Citra dengan pria itu. Kalau tidak salah namanya Kak Bagas, mantan wakil OSIS. Aku pernah melihatnya bersama Kak Gevan saat ada rapat OSIS dulu. Mengingat Kak Gevan aku segera memandang langit.

"Bintang, bagaimana kabar Kak Gevan? Apakah dia sekarang sedang sibuk?" Kulihat langit di atas sana terdiam tanpa meneriakkan sesuatu yang membuatku tersenyum. Aku yang bodoh saat ini. Seharusnya aku tidak menanyakan pada benda mati seperti mereka. Tetapi kepada siapa lagi selain mereka? Seakan makhluk di bumi ini hanya membukam mulut ketika aku menanyakan hal itu.

Mereka hanya akan mengatakan bahwa Kak Gevan sudah tenang di sana. Bagaimana mereka tahu kalau mereka saja tidak melihatnya?

"Apakah dia sudah makan? Katakan ke kakakku kalau aku tidak ingin melihatnya kurus," ucapku lagi.

"Sampaikan padanya kalau aku akan menunggunya di setiap mimpiku." Aku mengusap air mata yang semakin derasnya membasahi pipiku. "Aku menyesal telah memiliki perasaan seperti itu. Seandainya bisa, aku ingin memutar waktu dan menghapus perasaan itu dari hatiku."

"Tolong katakan pada Kak Gevan bahwa perasaanku masih sama seperti dulu. Masih sangat mencintainya. Namun kali ini bukan cinta pada seorang pria melainkan cinta pada seorang kakak. Sampaikan padanya ya," ujarku lagi. Perlahan bintang yang sebelumnya banyak mulai meninggalkan langit.

"Katakan padanya kalau aku di sini akan selalu mendoakan agar dia tetap tersenyum. Aku yakin suatu hari nanti akan ada waktu dimana kita saling bertemu." Kali ini aku tidak menatap langit. Aku menundukkan kepalaku hingga mataku hanya mampu melihat tubuhku sendiri.

"Aku malu menangis di hadapannya. Katakan pada Kak Gevan, aku minta maaf karena tidak tahu penyakitnya. Aku juga minta maaf karena permohonanku pada Tuhan. Kalau saja dulu aku tidak meminta Tuhan memberiku kesempatan, mungkin Kak Gevan masih di sini. Bintang..aku rindu pada Kak Gevan. Sampaikan salam rinduku ini padanya. Aku sangat rindu."

Aku terdiam cukup lama untuk menormalkan nafasku sambil mencegah air mata yang masih mengalir meski tidak sederas tadi.

"Untuk kak Gevan di sana, aku rindu pada kakak. Mungkin kakak telah menerima salamku dari bintang atau mungkin kakak melihatku saat ini. Aku sangat rindu pada kakak. Sangat rindu. Lewat salamku pada bintang, aku sadar bahwa garis takdir kita seperti ini. Dimana kakak harus meninggalkanku. Katakan pada bintang apa yang ingin kakak sampaikan padaku. Akan kutunggu salam rindu kakak dari bintang."

Aku menghela nafas sebentar dan kembali menyuarakan suaraku yang sudah sangat serak. Tubuhku bergetar karena begitu kuat menahan tangisku. Kuulas senyum tipis yang sangat sulit kulakukan saat ini. "Kakak jangan cemburu dengan pria yang tidur di sampingku ini ya?"

EH?!

TBC

Badai Galatoma || #Wattys2019Donde viven las historias. Descúbrelo ahora